Setelah panjang lebar mendoktrin putra-putrinya untuk segera memiliki anak, Mami keluar dari ruang keluarga. Tinggallah Zack, Aurora dan Alzard yang terpaku menatap pintu yang baru saja ditutup Clara.“Memangnya ada tema perkumpulan seperti itu?” Zack menoleh pada Aurora.Tentu saja, Aurora menaikturunkan bahu. “Mana ku tau? Aku kan belum memiliki circle pertemanan dengan ibu-ibu.”Mata Zack lalu menatap Alzard yang tampak santai bermain ponsel.“Hey, Al. Mami itu berkumpul dengan ibu-ibu mana, sih? Kenapa tema pertemuannya aneh begitu?”Tanpa mengalihkan matanya dari layar ponsel, Alzard bercerita bahwa perkumpulan Mami itu memang memiliki tema pertemuan. Suatu ketika temanya, ‘Anak Lelakiku.’ Lalu tahun berikutnya, ’Anak Perempuanku.’ Pernah juga, ’Peliharaanku.’“Pokoknya begitu deh. Waktu tema anak lelaki, aku yang diseret. Tahun berkutnya Aurora saat tema anak
Sesaat, Aurora hanya terpaku di tempat. Sementara Zack mengerutkan kening melihat wanita yang datang bersama Alzard. Ia melirik adik kandungnya dengan tatapan tak suka.“Jenny, kenalkan ini kakakku, Zack dan istrinya.” Alzard memperkenalkan wanita yang dibawanya pada Zack tanpa memberitahu nama Aurora.Mereka berjabatan tangan. Aurora memperhatikan, Jenny sepertinya tidak mengenali bahwa ia adalah wanita yang sering ia bully saat sekolah dulu.Tentu saja, Aurora dulu dan sekarang memang berbeda. Mereka berjabatan tangan, lalu masuk ke dalam.Demi menghormati tamu dan ingin tau apa maksud Alzard membawa wanita itu ke rumah, Aurora dan Zack ikut duduk bersama di ruang tamu. Tak lama kemudian, Mami datang.“Mami, kenalkan. Ini, Jenny, temanku.” Alzard segera menghampiri sang Mami.“Hallo.” Clara tersenyum senang lalu mempersilahkan semua duduk.“Ini teman atau kekasihmu, Al?” Clara berkata sambil melirik putra keduanya.Spontan, Aurora melirik Zack. Jenny adalah kekasih Alzard? Pantas saj
Konser mini itu sukses membuat Aurora bersenang-senang sejenak. Ia kini ikut bernyanyi bersama sang suami. Bahkan Mami bisa mendengar suara mereka dari luar kamar dan tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.“Huhf … Jangan bilang kamu akhirnya termakan rayuan Elvis untuk membuat single album. Suaramu semakin bagus, Zack.” Aurora duduk bersandar di sofa setelah selesai bernyanyi beberapa lagu.Zack yang masih terengah karena habis bernyanyi dengan semangat menggeleng keras. “Tidak akan. Tetapi, akhirnya aku mengizinkan Elvis merilis lagu tersebut.”“Oh ya?”“Iya. Dengan syarat, Elvis sendiri yang menyanyikannya.”“Aku tidak sabar ingin membeli albumnya.”Mendengar pernyataan Aurora, Zack jadi teringat bahwa ia menyimpan banyak CD Elvis. Lelaki itu beranjak ke salah satu lemari dan mengambil setumpuk CD serta memberikannya kepada Aurora.“Sebelum single terbar
Alzard melakukan pertemuan intens dengan Jenny. Ia selalu berusaha memberi kesan yang baik dan penuh pengertian. Lelaki itu yakin, Jenny pun senang menerima segala perhatiannya.“Aku pikir kamu akan mengajakku ke rumahmu lagi.” Jenny berkata saat mereka sedang berjalan-jalan menghabiskan waktu akhir minggu.“Tidak ada yang istimewa di rumahku.” Alzard membalas singkat. “Bahkan rumahmu lebih megah dibanding rumahku itu.”Setelah berkata begitu, Alzard melirik Jenny. Melihat ekspresi wajah wanita di sampingnya. Jenny tampak hanya tersenyum sedikit.“Paling tidak di rumahmu ada Mami, kakak dan istrinya. Rumahku yang kamu bilang megah itu sangat sepi karena penghuninya selalu sibuk beraktifitas di luar rumah, bahkan saat akhir pekan.”“Sepertinya semua keluarga sama saja. Apalagi jika anak-anak sudah tumbuh dewasa pasti memiliki acara sendiri.”Kepala Jenny menoleh pada Alzard. “Tapi, saat itu di rumahmu bisa berkumpul lengkap. Bahkan kakakmu yang tinggal di luar negeri pun datang.”Senga
Jenny terlihat mengerjap sebentar lalu mengangguk. Setelahnya, wanita itu memilih memperhatikan jalanan di depan mereka.Sampai di supermarket, Alzard meminta Jenny memilih buah-buahan dengan dalih selama ini ia jarang melakukannya.“Biasanya aku pergi dengan Aurora dan dia lah yang memilih. Aku tinggal bawa keranjang saja.” Alzard menjelaskan pada Jenny.“Tetapi, aku juga tidak tau cara memilih buah yang bagus. Kita minta pegawainya saja, ya.”Saat menunggu pegawai mengambilkan buah-buahan, Alzard menemani Jenny mengambil beberapa makanan ringan. Wanita cantik itu terlihat beberapa kali bertanya pada pegawai tentang produk yang ia cari.“Memangnya kamu jarang berbelanja di supermarket?”Kan ada pelayan. Jadi, biasanya pelayan yang membeli semua kebutuhanku.”Semakin lama, Alzard semakin tidak menyukai Jenny. Memang wanita di sampingnya ini berasal dari keluarga kaya raya. Tetapi, dari cara bicaranya terlihat selalu membanggakan diri.Keberuntungan sedang berpihak pada Alzard. Saat me
Urusan dengan Jenny berakhir. Wanita itu berjanji di depan keluarga Morgan untuk memperbaiki sikap. Semua ia lakukan karena ia memang menyukai Alzard.Esok paginya, Aurora dan Zack sudah berada di pesawat. Sesuai janji, mereka akan mengunjungi Kakek Viscout.Dalam penerbangan, Zack menyempatkan memeriksa email-email pekerjaan. Sementara Aurora bersandar santai sambil bermain games pada ponsel Zack.“Sayang,” panggil Zack.“Ya?” Aurora menjawab sambil tetap menatap layar ponsel. “Kenapa?”“Kamu mendapat tawaran lagi untuk photoshoot kosmetik produksi Kak Sacha. Ini aku sedang membaca penawarannya.”“Oke. Aku tunggu hasil renunganmu saja.” Aurora terkekeh sendiri mendengar pernyataannya.Tak lama kemudian, Zack menutup laptop. Aurora menoleh menatap suaminya.“Bagaimana? Boleh aku photoshoot lagi?”“Boleh. Kak Sacha sendiri yang mengirim email, j
“Kita bisa membatalkannya, jika kamu ingin.” Zack berkata sambil mengamati Aurora yang sedang diberi alat perekam kecil di blusnya.“Kamu sudah mengatakan ini berpuluh kali dan aku akan tetap menjawab sama. Aku harus melakukannya.”“Well, maksudku, kita bisa saja menghindar, bukan?”“Sampai kapan, Zack? Aku tidak mau menyimpan masalah berlarut-larut.”Zack tetap menggeleng. Ia berkata, mereka bisa saja bersikap bahwa masalah ini tidak pernah ada. Yang terpenting sekarang, Trevor dan keluarganya tidak akan berani mendekati Aurora lagi.Namun begitu, Aurora tetap pada pendiriannya. Ia merasa harus bertemu dengan Trevor. Melihat sendiri bagaimana keadaan lelaki tersebut dan mendengar langsung penjelasannya.“Ya, sudah. Aku di ruang sebelah. Hati-hati.” Zack mengecup bibir sang istri sebelum keluar dari ruang pertemuan.Aurora memeluk Zack erat. Menempelkan sisi wajahnya di dada
“Kecuali … jika tanganmu jijik menyentuh kulitku. Mungkin orang lain bisa melakukannya untukmu. Zack pasti mau. Aku pasrah.”Aurora menggeleng samar. “Kamu benar-benar salah menilai kami. Zack bahkan tidak seperti yang kamu duga.”“Yang jelas ia sangat marah padaku, bukan?”Tidak ada yang tidak murka mendengar cerita malam itu. Jika keluarga Trevor bukanlah salah satu petinggi pemerintahan, bahkan semua sahabat Zack akan menyerbu kediaman Trevor.Mereka semua harus membela Zack sengan strategi. Untungnya berhasil hingga Zack hanya sebulan berada di penjara atas hukuman yang tidak pernah ia lakukan.“Ayolah, Aurora. Aku harus bagaimana agar kamu memaafkanku.” Manik mata Trevor kembali mengeluarkan air mata.“Sudah kubilang tadi bahwa aku memaafkanmu.”Dengan terisak, Trevor berkata, “Kenapa kamu begitu baik?”Tidak langsung menjawab, Aurora mengamati perawat meredakan emosi Trevor. Lelaki itu masih beruntung karena keluarganya kaya raya hingga bisa melakukan pengobatan terbaik.Aurora