Setelah bersusah payah menyusul Dokter Rizal, akhirnya ia pun bisa membersamainya. "Dok, kenapa jalannya cepat sekali?" gerutu Naila sambil mengatur napasnya sebentar.
Lelaki itu tidak meresponnya sama sekali ia kembali berjalan masuk bersama Naila. Setelah itu ia pun duduk di depan Dokter Hamza dan di ikuti Naila duduk di sebelahnya.Naila menatap pria itu berusaha mencari sesuatu di wajah datarnya itu. dan sekarang ia benar-benar yakin bahwa lelaki itu tersinggung akan perkataan dan sikapnya kemarin."Begini bu, untuk hasil labnya baru bisa diketahui besok, untuk itu saya juga ingin memeriksa ibu untuk mengetahui apakah sumsum tulang belakang ibu cocok dengan Satria, Jika nanti memang perkiraan saya benar, maka untuk bisa sembuh secara total anak Anda butuh transplantasi sumsum tulang belakang. Utamanya, pendonor sumsum tulang ini memang diprioritaskan dari keluarga (yang memiliki kekerabatan dekat). Dengan cara ini, risiko terjadinya penolakan sistem imNaila pasrah ia telah kehilangan sosok yang hangat dan bersahabat karena kekerasan hatinya. 'Lebih baik begini agar dia segera mencari wanita lain yang lebih segalanya dariku,' pikir Naila.Dia berjalan menuju ruangan anaknya setiap waktu yang terlewat membuatnya berfikir keras, apa dia harus menemui Bayu, suaminya untuk mengatakan bawah putranya sakit dan saat ini sedang merindukannya. Bukankah ini semua ia yang memulainya. Setiap kali mempunyai niatan untuk mempertemukan sang putra dengan papanya selalu saja ketakutan bertemu dengan Regan membuat niatnya kembali menguap entah kemana.Ia tidak ingin tubuhnya dijamah pria itu bagaimana dia menjelaskan pada Bayu jika hal itu benar-benar terjadi.Lia yang berada di depan pintu ruangan itu terpaku saat Nanti melewati ruangan itu begitu saja."Ros, kau mau kemana? Apa kau sudah lupa dengan ruangan putramu sendiri?" tanya Lia sedikit berteriak.Naila tersadar dari lamunannya ia menyapukan tatapan di seluruh tempat itu, benar saja ruangan
Tanpa disadari mereka ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka, tidak lain adalah Dokter Rizal. Lelaki itu mengerutkan keningnya, sambil berfikir dengan keras.'Apa yang terjadi dengan hidupmu sebenarnya? Ternyata namamu Naila Maharani. Kau menyimpan misteri yang benar-benar aku tidak tahu, Naila. Baiklah aku tetap memanggilmu Rosmala hingga kau sendiri mau bercerita padaku tentang siapa kamu, Bayu dan Regan,' pikir Dokter Rizal.Dokter Rizal keluar dari persembunyiannya ia berjalan menuju kamar Satria, menyapa bocah itu dengan senyum manisnya."Bagaimana denganmu, Boy," tanya Dokter Rizal."Aku Baik, Om. Aku senang mereka datang menjengukku, karena aku bosan hanya bermain dengan Om Dokter dan Mama. Up, sorry, Om," ucapnya sambil menutup mulutnya menatap Dokter Rizal dengan puppy eyes-nya."Oh jadi kamu bosan sama Om, maunya main dengan mereka, gak mau main sama Om lagi?" tanya Dokter Rizal pura-pura merajuk."Bukan, hanya sedikit Om, percaya deh, Satria itu sayang sama Om, c
Setelah beberapa saat kemudian Hatan, Lia dan anak-anak pun pulang ruangan sepi kembali, membuat Satria sedih."Ma, kapan kita pulang?" tanya Satria.Nunggu perintah Dokter dulu ya, sayang," jawab Naila dengan lembut."Baik, Ma!" jawab bocah kecil sambil bermain dengan mainannya.Naila menghampiri putranya ia menyentuh pucuk kepala anaknya. "Nak, waktunya untuk membersihkan tubuhmu, ibu seka pakai air hangat, ya?" tanyanya pada sang putra."Belum boleh mandi, Ma?" tanya Satria.Naila terdiam ia menatap jam dinding menunjukkan jam empat sore, biasanya Dokter Rizal akan datang ke seni untuk menanyakan keluhan Satria tetapi entah kenapa ia belum ke sini juga."Sebentar, Mama lihat dulu badanmu masih panas atau tidak?" tanya Naila sambil menyentuh kening Satria."Masih hangat, Mama seka saja ya?" tanyanya pada putranya.Satria mengangguk pasrah dan Naila memencet bel untuk memanggil suster, Seorang suster datang membawa sebaskom air hangat untuk pasien."Ada sesuatu yang ibu butuhkan lagi
Langkah kaki lebar Dokter Rizal menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang rawat Satria, ia berusaha untuk melupakan apa yang terjadi pad dirinya dan Rosmala, jujur saat ini dia tengah patah hati, harapan yang semula menjadi hilang musnah.Sesampainya di pintu masuk ia mengucapkan salam dan di jawab oleh Naila dan sekecil Satria.Ia menghampiri bocah itu yang terseyum menyambutnya, ada tatapan aneh yang di tujukan pada dirinya dari Naila. Wanita itu mengernyitkan dahinya. Namun setelah itu ia pun kembali tersenyum."Om Dokter, apa besok aku boleh pulang?" tanyanya begitu melihat Dokter Rizal."Belum tunggu instruksi dari Dokter Hamza dulu ya, sayang," jawab Dokter Rizal."Kenapa lama sekali aku, 'kan mau main sama Clarissa dan Nara?" tanyanya lagi sambil mengerucutkan bibirnya.Dokter Rizal mencubit pipi gembul itu karena gemas. "Akan ku suruh paman Hatan mengantarkan kesini setelah pulang sekolah agar kamu bisa main bersama dengan mereka," jawab Dokter Rizal "Benarkah, aku senang se
Naila menatap punggung yang berlalu pergi, ada sesuatu yang mengusik pikirannya saat ini. 'Dia tadi memanggilku apa? Apa dia tahu nama yang sesungguhnya? Lalu, dari mana ia tahu namaku selama ini?' pikirnya.Naila menghembuskan napasnya dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, ia tidak pernah tahu sampai kapan ia akan hidup sebagai pelarian. Ingin sekali ia pergi untuk menemui suami lalu berkata, "Aku lelah, Mas." Matanya terpejam untuk sekedar menghilangkan penat hatinya, hingga ada menggoncang tubuhnya sangat keras."Ros, Bangun ini sudah magrib, tidak boleh tidur di waktu magrib." Terdengar seseorang membangunkannya.Ia membuka matanya tampak terlihat wajah Dokter Rizal begitu dekat, lalu pria itu menarik kepalanya kebelakang dan merubah posisinya dari membungkuk menjadi tegap berdiri kemudian duduk di sofa dengan perasaan kurang nyaman."Maaf," ucapnya"Tidak apa, aku sepertinya ketiduran?" tanyanya. "Ya, ini sudah magrib, biar ku jaga Boy, pergilah untuk sholat," saran Do
DI Korea di sebuah apartemen yang megah seorang wanita cantik menatap keluar jendela dengan tatapan kosong sambil berbicara dengan seorang lewat Sabungan seluler miliknya."Don, Apa belum Muncul wanita itu, aku sudah tidak sabar membalas sakit hatiku pada Regan," ungkap wanita itu."Mana berani muncul, nyonya, kalau resikonya adalah diculik dan diruda paksa oleh tuan Regan," jawab Doni.Wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Mawar, wanita itu rela merombak seluruh tubuhnya mirip dengan Naila. Sepintas tampak tak ada bedanya dengan Naila. Namun, ketika bersuara baru terlihat berbeda.Mawar menghembuskan napasnya. "Don, siapkan aku tempat tinggal di sana, aku akan ke Jakarta, rasanya lama menunggu wanita itu muncul, waktuku sudah tidak banyak lagi, Don," ungkap Mawar."Anda ingin melakukannya segera, tolong pikirkan, Nyonya. Jika Anda gagal maka akan membahayakan Nyonya Naila juga tuan Bayu," jawab Doni.Siapkan saja dulu tempat tinggalku, dan coba cari tahu di mana Naila lalu persiap
Pagi harinya Satria mendapatkan mandi pertamanya sejak berada di rumah sakit. Dia tersenyum gembira karena tubuhnya terasa segar setelah mandi dengan air hangat.Dokter Rizal datang membawa beberapa Nasi kotak untuk mereka karena ia tahu bawah mungkin Naila dan Satria tidak begitu suka dengan makanan rumah sakit, beberapa kali Satria menolak memakannya hingga Dokter Rizal mencari restoran yang bisa menyediakan menu sehat untuk Satria."Hai anak tampan, Om bawakan makanan pesananmu!" ucap Dokter Rizal setelah masuk dalam ruangan itu."Jangan terlalu memanjakannya, Dok!" larang Naila. "Tidak, Ini bukan bentuk memanjakannya Ros, ini upaya agar anakmu bisa mempunyai nafsu makan," jawab Dokter Rizal membuat Satria menatap sang Mama sambil mengerjapkan matanya."Boleh, sayang, tetapi harus di habiskan ya," ucap Naila kepada putranya itu.Satria tersenyum ia pun mengangguk. Om aku mau duduk di sofa bersama kalian," pinta bocah kecil itu."Baik, Boy," jawab Dokter Rizal menghampiri bocah itu
Dokter kembali melanjutkan penjelasannya, "Kemoterapi hanya menghambat kanker agar tidak merambat ke organ vital lainnya tidak bisa menyembuhkan secara total tetapi jika Anda ingin putra Anda sembuh jalan satu-satunya adalah traspalasi sumsum tulang belakang dan kami sudah memeriksa ibu. Namun, sayangnya tidak cocok. Traspalasi Tulang sumsum belakang sebaik berasal dari keluarga terdekat, Bu. Bisa anda atau dari ayah biologisnya, untuk menghindari resiko yang terhadap pasien dan pendonor itu sendiri. Untuk penanganan lebih baik saya akan buatkan rujukan di rumah sakit pusat di Jakarta yang lebih komplit dari ini. Bagaimana, Bu?" tanya Dokter Hamza pada Naila.Naila kembali terdiam ia tidak mampu berfikir apa pun saat ini otaknya hanya berputar bagaimana ia bertemu dengan Bayu dan menjelaskan ini semua. Hingga panggilan yang ketiga dia pun mendongak."Yang terbaik menurut dokter saja, jika harus dirawat di rumah sakit pusat saya tidak apa-apa," jawabnya pasrah lalu terpejam sesaat keta