Firda merasa kecewa, karena Dokter Rizal tidak membicarakan ini sebelumnya, ia terdiam tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia menundukkan kepala dan memainkan kakinya mencoba memutuskan yang terbaik."Jika kamu keberatan menerima tawaran saya, kamu boleh menolak dan akan saya antar kamu pulang sekarang," papar Dokter Rizal.Firda mendongak menatap lelaki itu, ia melihat kekecewaan diraut wajah itu sehingga ia tidak tega untuk menolak permintaan Dokter Rizal. "Saya akan terima pekerjaan ini, sesuai dengan perjanjian bukan? Yaitu tiga kali lipat dari gaji saya. Tuan Bayu menggaji saya sebesar 25 juta satu bulan, Dokter Rizal," tanya Firda dengan serius, ia tidak ingin mundur karena ini kesempatan untuk menampar sang kekasih yang telah meremehkannya."Ok, 75 juta perbulan. Deal!" ucap Dokter Rizal sambil menjabat tangan Firda."Deal!" ucap Firda setuju.Sekarang saya tunjukkan kamar di mana kamu bisa membersihkan
Jelita yang masih di kantor buru-buru menghampiri suaminya di ruangannya. "Mas Frans, Mas Bayu tadi menelpon katanya Naila sudah kembali bersama anaknya," jelasnya pada suamiFrans terkejut dan menatap istrinya itu. "Benarkah? Di manakah mereka sekarang?" tanya Frans."Di rumah sakit Dharmais kata Mas Bayu," jawab jelita."Hem ... baiklah kita kesana sekarang, tolong jangan sampai terdengar karyawan lain! Kau mengerti, 'kan sayang," jelas Frans. "Ya, aku mengerti!" jawab Jelita.Mereka pun meninggal ruangan itu dengan segera sesampainya di lantai dasar mereka masuk kedalam mobil."Apa kau tahu sayang siapa yang sakit, Naila ataukah anaknya?" tanya Frans."Aku tidak tahu Mas Bayu hanya bilang dia di sana dan minta dibelikan nasi kotak dan si kecil minta ayam panggang madu," jawab Jelita."Hem ... ok! kita samakan saja," jawab Frans mengalihkan arah untuk mencari makanan buat mereka."Di sana ada empat orang jadi kita beli enam," jawab Jelita "Iya, sayang," jawab Frans.Mereka pun men
Frans menatap bocah kecil itu tidak mengira justru yang sakit ada anak sang bos kakak iparnya itu."Trimakasih, Frans," ucap Bayu "Sama-sama Mas," jawabnya "Frans tolong tinggikan tempat tidurnya," pinta Bayu sambil mengambil satu kotak makanan."Iya, Mas," ucap Frans Bayu menghampiri putranya itu, "Ayo makan setelah itu minum obatnya biar lekas sembuh, jika sembuh kita bermain bersama, Hem ...?" ucap Bayu sambil menyuapi sang putra.Satria menatap Bayu, hatinya sangat bahagia apa yang di inginkan selama ini sudah terkabulkan. "Papa aku sangat senang bertemu denganmu Papa." "Papa juga, Boy," jawab Bayu tersenyum."Jangan tinggalkan Satria, Pa," pinta bocah itu."Tidak, sayang. Papa tidak pernah meninggalkanmu. Pintalah Mama untuk tidak meninggalkan Papa," jawab Bayu dan bocah itu mengangguk.Makan siang di sore itu pun sudah tandas, Satria hampir separuh menghabiskannya. Dua lelaki berbeda usia itu maka bersama sambil bercanda.Bayu mengambilkan air minum dan juga obatnya."Pa, Sa
Di apartemen Dokter Rizal, Firda mulai memberikan pengertian pada Nara bahwa dirinya bukanlah Mama, tetapi Nara tetap boleh memanggilnya Mama dan tetap harus mendoakan Mamanya yang telah meninggal."Jadi, Mama tidak kembali dan tante bukan Mama," ucap gadis kecil itu."Hem, tetapi Nara boleh panggil tante dengan sebutan Mama atau bunda," jelas firda sambi tersenyum."Kalau begitu Nara panggil tante dengan sebutan bunda, ya," jawab Nara."Boleh," jawab Firda.Pintu di buka dengan pelan dua wanita berbeda usia itu menoleh ke arah pintu, Dokter Rizal masuk kedalam. "Daddy!" teriak bocah perempuan itu.Dokter Rizal menghampiri putrinya dan menggendongnya duduk di pangkuannya. "Daddy mau bilang bahwa besok Daddy akan kembali ke desa untuk mengurus kepindahan kita ke sini jadi besok kamu tinggal sama Nenek, dan Mbak Firda, besok libur dulu ya, dua atau tiga hari," jelas Dokter Rizal sambil menatap Firda."Baik Dok," jawab Firda menunduk."Ya, Nara jadi gak bisa bertemu dengan Bunda, dong,"
Pagi harinya Hatan menemui Bayu bersama seseorang, dan menyampaikan kalau hari ini akan kembali ke desa bersama dengan Dokter Rizal."Pak Bayu, perkenalkan ini Doni, anak buah yang menyamar juga sebagai anak buah Tuan Regan, jadi Anda tidak perlu kawatir terjadi sesuatu pada istri Anda, karena dia pasti tahu betul bagaimana sepak terjang bosnya itu," papar Hatan.Bayu menatap lelaki itu, dan mengeryitkan dahinya. "Bukankah kau yang menawarkan, Rasyid Crop milik nyonya Mawar pada saya saat itu?" "Betul, Tuan!" ucap Doni dengan hormat."Hem ... apa waktu itu kamu juga sudah tahu, di mana istri saya berada?" tanya Bayu pada pria itu."Tidak Tuan, pasalnya Mas Hatan juga baru mengabari saya bahwa dia ada di jakarta hari ini. Saya di pekerjakan oleh Nyonya Ratna Tuan," jawab Doni."Ok, baiklah ku percayakan keselamatan istriku padamu, selama Mas Hatan tidak ada di sini," jawab Bayu."Baik, Tuan. Saya siap untuk menjalankan,
Pa, Satria mau makan sama papa," pintanya."Baik Boy, papa suapi ya," ucap Bayu pada putranya dan satria mengangguk."Bagaimana apa enak?" tanya Bayu."Lebih enak kalau di suapi Papa," ucap Satria sambil tersenyum."Jadi gak enak rasanya kalau disuapi Mommy, begitu ya," protes Naila pada putranya.Satria terkikik. Tidak aku sudah mengenal rasanya tangan Mama tidak dengan tangan papa baru dua hari ini menyuapiku, maaf Mama," ucap Satria sambil mengerjapkan matanya.Mendengar ucapan putranya semacam itu membuatnya bersedih karena keegoisannya telah memisahkan ayah dan anak itu sehingga Satria terlambat menemukan kasih sayang. Matanya berkaca-kaca. Melihat perubahan raut wajah istrinya Bayu segera memeluk pinggang istrinya dan membawa ke dekapannya."Jangan menangis dan jangan buat ia sedih Mam!" bisik Bayu di telinga istrinya."Mama sedih ya, Bayu sakit?" ucapnya pada Mamanya.Tentu sayang karena Mama ingin kamu segera sembuh agar bisa bermain dengan Papa," ucap Naila."Aku mau sembuh,
Di sebuah apartemen sederhana namun terjaga kebersihannya dan steril itu menatap layar handphone terdapat foto wanita cantik dengan wajah sedikit kurus dan tirus, ia melihat kesedihan dimana wanita itu.'Aku harus sama dengan wanita ini jika ingin memancing lelaki durjana itu.' batinnya.Wanita yang hatinya terluka amat dalam ini, menaruh kebencian pada regan yang telah mengambil miliknya tanpa ada tersisa. Dari orang tuanya, hartanya, kesuciannya, dan harga dirinya. Ia tidak mampu berdiri tegak di hadapan kekasihnya itu. ia telah hancur berkeping-keping tidak tersisa sedikitpun."Hai aku akan menghilangkan ketakutanmu pada pria itu doakan umurku panjang hingga tiba saatnya nanti memberikan hukuman terbesar baginya, jangan takut, aku pasti membantumu, Nyoya Naila. Konsentrasi saja pada kesembuhan putramu," ucapnya lirih.Ia berjalan menuju balkon menatap kota dari ketinggian, hujan gerimis membasahi bumi tak mampu membasahi hatinya yang sedang kering, hatinya sedih saat sadar umurnya
Bayu Memeluk istrinya dengan sangat posesif, sudah dua hari ini ia berada di rumah sakit. Setelah pertemuan pertama dengan istrinya, kerinduannya belum terobati sepenuhnya."Ma, apa bisa kita keluar sebentar? Satria biar ditunggu Doni!" pinta Bayu."Memangnya kemana?" tanya Naila."Kita coba saran dokter, 'kan tidak ada salahnya Ma, kondisi Satria sudah lebih baik dan di depan rumah sakit ini ada hotel, kita cek in sebentar, satu jam saja. Mau ya Ma? Mumpung Satria masih tidur," ungkap Bayu.Naila terdiam semburat merah menghiasi wajahnya, ia menundukkan kepala tajam. Bayu menatap istrinya penuh rasa kerinduan yang amat sangat, lima tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menunggu kekasih hati kembali di sisinya, kerinduan yang menumpuk ingin ia tuntaskan sedikit demi sedikit, senyum terulas di bibir tipisnya."Ma, mau, 'kan, please?" pintanya dan pada akhirnya Naila pun mengangguk. ia tidak sampai hati pada Bayu yang sudah lama memendam kerinduannya.Mereka beranjak dari duduknya, d