Di apartemen Dokter Rizal, Firda mulai memberikan pengertian pada Nara bahwa dirinya bukanlah Mama, tetapi Nara tetap boleh memanggilnya Mama dan tetap harus mendoakan Mamanya yang telah meninggal."Jadi, Mama tidak kembali dan tante bukan Mama," ucap gadis kecil itu."Hem, tetapi Nara boleh panggil tante dengan sebutan Mama atau bunda," jelas firda sambi tersenyum."Kalau begitu Nara panggil tante dengan sebutan bunda, ya," jawab Nara."Boleh," jawab Firda.Pintu di buka dengan pelan dua wanita berbeda usia itu menoleh ke arah pintu, Dokter Rizal masuk kedalam. "Daddy!" teriak bocah perempuan itu.Dokter Rizal menghampiri putrinya dan menggendongnya duduk di pangkuannya. "Daddy mau bilang bahwa besok Daddy akan kembali ke desa untuk mengurus kepindahan kita ke sini jadi besok kamu tinggal sama Nenek, dan Mbak Firda, besok libur dulu ya, dua atau tiga hari," jelas Dokter Rizal sambil menatap Firda."Baik Dok," jawab Firda menunduk."Ya, Nara jadi gak bisa bertemu dengan Bunda, dong,"
Pagi harinya Hatan menemui Bayu bersama seseorang, dan menyampaikan kalau hari ini akan kembali ke desa bersama dengan Dokter Rizal."Pak Bayu, perkenalkan ini Doni, anak buah yang menyamar juga sebagai anak buah Tuan Regan, jadi Anda tidak perlu kawatir terjadi sesuatu pada istri Anda, karena dia pasti tahu betul bagaimana sepak terjang bosnya itu," papar Hatan.Bayu menatap lelaki itu, dan mengeryitkan dahinya. "Bukankah kau yang menawarkan, Rasyid Crop milik nyonya Mawar pada saya saat itu?" "Betul, Tuan!" ucap Doni dengan hormat."Hem ... apa waktu itu kamu juga sudah tahu, di mana istri saya berada?" tanya Bayu pada pria itu."Tidak Tuan, pasalnya Mas Hatan juga baru mengabari saya bahwa dia ada di jakarta hari ini. Saya di pekerjakan oleh Nyonya Ratna Tuan," jawab Doni."Ok, baiklah ku percayakan keselamatan istriku padamu, selama Mas Hatan tidak ada di sini," jawab Bayu."Baik, Tuan. Saya siap untuk menjalankan,
Pa, Satria mau makan sama papa," pintanya."Baik Boy, papa suapi ya," ucap Bayu pada putranya dan satria mengangguk."Bagaimana apa enak?" tanya Bayu."Lebih enak kalau di suapi Papa," ucap Satria sambil tersenyum."Jadi gak enak rasanya kalau disuapi Mommy, begitu ya," protes Naila pada putranya.Satria terkikik. Tidak aku sudah mengenal rasanya tangan Mama tidak dengan tangan papa baru dua hari ini menyuapiku, maaf Mama," ucap Satria sambil mengerjapkan matanya.Mendengar ucapan putranya semacam itu membuatnya bersedih karena keegoisannya telah memisahkan ayah dan anak itu sehingga Satria terlambat menemukan kasih sayang. Matanya berkaca-kaca. Melihat perubahan raut wajah istrinya Bayu segera memeluk pinggang istrinya dan membawa ke dekapannya."Jangan menangis dan jangan buat ia sedih Mam!" bisik Bayu di telinga istrinya."Mama sedih ya, Bayu sakit?" ucapnya pada Mamanya.Tentu sayang karena Mama ingin kamu segera sembuh agar bisa bermain dengan Papa," ucap Naila."Aku mau sembuh,
Di sebuah apartemen sederhana namun terjaga kebersihannya dan steril itu menatap layar handphone terdapat foto wanita cantik dengan wajah sedikit kurus dan tirus, ia melihat kesedihan dimana wanita itu.'Aku harus sama dengan wanita ini jika ingin memancing lelaki durjana itu.' batinnya.Wanita yang hatinya terluka amat dalam ini, menaruh kebencian pada regan yang telah mengambil miliknya tanpa ada tersisa. Dari orang tuanya, hartanya, kesuciannya, dan harga dirinya. Ia tidak mampu berdiri tegak di hadapan kekasihnya itu. ia telah hancur berkeping-keping tidak tersisa sedikitpun."Hai aku akan menghilangkan ketakutanmu pada pria itu doakan umurku panjang hingga tiba saatnya nanti memberikan hukuman terbesar baginya, jangan takut, aku pasti membantumu, Nyoya Naila. Konsentrasi saja pada kesembuhan putramu," ucapnya lirih.Ia berjalan menuju balkon menatap kota dari ketinggian, hujan gerimis membasahi bumi tak mampu membasahi hatinya yang sedang kering, hatinya sedih saat sadar umurnya
Bayu Memeluk istrinya dengan sangat posesif, sudah dua hari ini ia berada di rumah sakit. Setelah pertemuan pertama dengan istrinya, kerinduannya belum terobati sepenuhnya."Ma, apa bisa kita keluar sebentar? Satria biar ditunggu Doni!" pinta Bayu."Memangnya kemana?" tanya Naila."Kita coba saran dokter, 'kan tidak ada salahnya Ma, kondisi Satria sudah lebih baik dan di depan rumah sakit ini ada hotel, kita cek in sebentar, satu jam saja. Mau ya Ma? Mumpung Satria masih tidur," ungkap Bayu.Naila terdiam semburat merah menghiasi wajahnya, ia menundukkan kepala tajam. Bayu menatap istrinya penuh rasa kerinduan yang amat sangat, lima tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menunggu kekasih hati kembali di sisinya, kerinduan yang menumpuk ingin ia tuntaskan sedikit demi sedikit, senyum terulas di bibir tipisnya."Ma, mau, 'kan, please?" pintanya dan pada akhirnya Naila pun mengangguk. ia tidak sampai hati pada Bayu yang sudah lama memendam kerinduannya.Mereka beranjak dari duduknya, d
Dua hari berikutnya Hattan sampai di jakarta, ia langsung pergi ke rumah sakit sebab Bayu belum memberitahukan padanya dimana ia bertempattinggal saat dia sudah sampai di Jakarta.Setelah dua malam perjalanan dengan mobil, Hatan tiba di basement rumah sakit lalu memakirkan mobilnya kemudian ia keluar bersama dengan Istri dan anaknya menuju kedalam rumah sakit.Mereka menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar inap satria, sampai di sana, ia bertemu dengan Doni."Bagaimana amankah?" tanya Hatan pada Doni"Aman Bang, apa saya kembali sekarang?" tanya Doni pada Hatan."Nanti dulu Don, aku mau menemui Pak Bayu," jawab Hatan sambil mengajak anak istrinya masuk,Satria sangatlah senang saat melihat Clarissa datang dan matanya mencari seseorang melihat ke arah pintu kamarnya yang terbuka."Nara dan Om Dokter gak datang?" tanya Satria."Om Dokter belum bisa ke sini masih sibuk, mungkin mereka besok baru datang, Boy," ucap Hatan.Kalau besok ke sini tidak akan ketemu aku karena aku hari ini aka
Melati berjalan ke ara Naila, lalu memeluk tubuh yang terlihat kurus itu. "Kenapa baru pulang setelah sekian lama? Apa kau tidak kasihan pada kami? Mulai sekarang jangan pergi lagi, masalahmu adalah masalah kami, Nak," ucap Melati."Maaf Ma, Naila takut akan berimbas pada keluarga kalian," jawab Naila.Melati mengurai pelukannya lalu menatap menantunya dan menghapus airmata menantunya itu. "Tidak itu semua tidak akan terjadi Bayu akan bisa mengatasinya."Mana cucuku?" tanya sambil mencari bocah lelaki kecil. Saat Melatih sibuk dengan Naila. Herlan menghampiri cucunya lalu menggendongnya dan membawa ke pangkuannya dan terdengar olehnyq tertawa bocah kecil membuat Melati mencari sumber suara itu."Kenapa Daddy main serobot saja?" tanya Melati."Lah Mama kan masih sibuk dengan menantu Mama jadi akulah yang sama cucuku ini. "Sini sayang sama Oma, Namamu siapa sayang," tanya Melati."Satria, Oma," jawabnya sambil tersenyum.Setelah bercengkerama dengan sangat cucu Melati menatap taman pa
Melati menatap menantunya lalu ia bertanya pada wanita itu, "Siapa pria ini, Nak," tanya Melati. "Oh itu, Tuan Hatan suami Mbak Lia, dialah yang menolong saya waktu itu dan sudah menganggap saya adiknya dan Satria sebagai keponakannya sendiri. Dia diminta Mas Bayu tinggal di rumah sebelah. Ma, maafkan saya yang telah meninggalkan dan menelantarkan Mas Bayu karena ketakutan saya sendiri," ucap Naila sambil menundukkan kepalanya ia tidak berani menatap perempuan itu.Melati menoleh pada menantunya itu, ia pun tersenyum. "Lupakanlah, tulis kisah baru di rumah tanggamu, Nak. Tak perlu mengingat kesalahan yang telah berlalu. Bukan kau saja yang salah, Bayu juga ikut andil dalam hal ini tidak sanggup mempertahankan dan memperjuangkanmu. Mulai sekarang genggam erat tangan suamimu juga putramu, kau akan kuat menghadapi pusaran angin yang menggoyang bahtera rumah tanggamu," ucap wanita itu paru baya itu dan Naila menatapnya lalu mengangguk kuat dengan mata berkaca-kaca.