Dokter Rizal pun pergi setelah berpamitan pada Firda, Ia berjalan dengan sangat cepat ke dalam lift. Pintu tertutup saat Ia menekan angka satu. Tak lama kemudian ia sampai dan lansung masuk ke mobilnya yang berjalan dengan kecepatan kencang, pikiran sedang menebak-nebak apa yang terjadi antara sahabatnya dengan ayah itu.Selama ini teman-teman tidak pernah mengetahui identitas orang tuanya, karena ia menutup rapat -rapat identitasnya itu. Ia malu punya ayah yang suka menikah dan main perempuan.Tiga puluh menit kemudian ia sampai di kediaman Bayu, Ia pun mengucap salam yang di jawab Oleh bik Surti. "Oh Den Rizal, ayo mas masuk, Den Bayu dan nyonya serta temannya ada di ruangan kerjanya, Mari saya antar," ucap bik Surti sambil berjalan mendahului Dokter Rizal ke sebuah ruangan setelah sampai di depan pintu bik Surti mengetuk beberapa kali tidak lama kemudian pintu terbuka dan Naila yang biasa dia panggil Rosmala itu berada di depannya.Naila terpaku dan terbelalak melihat Dokter Rizal
Jam sembilan malam akhir saham Herlan Crop menguat kembali, semua merasa lega begitu pula staf kantor. Dokter Rizal menelpon Firda dan mengatakan akan menjemputnya."Bay aku pulang dulu ya terimakasih makan malamnya," ucap Dokter Rizal."Tidak menginap di sini," tawar Bayu pada Dokter Rizal."Tidak, aku harus menjemput seseorang," jawabnya.Hugo, hanya menatap Dokter Rizal, ia tidak mencegah sahabatnya itu untuk pulang duluan."Ok! hati-hati di jalan ya," ucapnya pada Dokter Rizal. Kedua sahabatnya tidak tahu betapa gemuruhnya hati Dokter Rizal karena tahu ternyata ayah adalah sumber masalah antara Bayu dan Naila dan berusaha merongrong pernikahan mereka, sungguh ini membuatnya malu, bagaimana jika Naila tahu kalau dia adalah putra dari lelaki gila yang mengejar wanita itu.Dengan langkah lebar ia keluar dari rumah Bayu dan langsung masuk kedalam mobilnya. Ia memacu dengan kecepatan sedang dan berusaha untuk meredam kem
Mobil Dokter melaju kembali menuju apartemen sang Mama, semenjak tak ada lagi kehangatan cinta mereka mamanya tinggal di apartemen, tetapi sang Daddy selalu tahu tempat tinggal sang Mama dan akan datang jika sang Mama ikut campur urusannya.Mobil berhenti di basement gedung megah, Dokter Rizal melepaskan sabuk pengaman dan menoleh pada Firda."Ra, ayo ikut!" pinta Dokter Rizal"Namaku bukan Ra, Dok!" protes Firda sambil melepaskan sabuk pengamannya."Aku tidak bisa menyebut nama dengan huruf d yang ada di tengah, gak enak di lidah seperti makan daging dimasak tapi belum matang jadi susah nelennya. Lebih enak, Ra anaku ku panggil Na saja," kekehnya sambil meraih jemari Firda dan menggandengnya disepanjang perjalanan."Terserah, Dokter saja," jawabnya kesal "Ya jelas, Ra. ini, 'kan mulut saya, Ra," ucap Dokter Rizal sambil terkekeh "Dok, saya belum tua tidak usah di gandeng," ucap Firda."Kamu masih kecil takut hilang, kamu masih belum tahu area sini, kalau hilang bagaimana, nanti ana
Setelah tiba di apartemen, Dokter Rizal segera memesan makanan online tadi ia lupa untuk mengajak Firda untuk makan di sebuah restoran sebelum menjemput sang putri yang berada di apartemen Neneknya, tak lama kemudian bel pintu berbunyi dan Rizal berjalan ke arah pintu dan mengambil pesanannya tersebut lalu ia mengetuk pintu kamar putrinya dan sang putri menyembul keluar dari balik pintu."Daddy mau bobok sama kita?" tanyanya tanpa rasa bersalah gadis usia enam tahun itu menatap penuh tanya pada sang Daddy."Eem ... tidak Daddy mau kamu ajak Bunda makan sepertinya tadi belum makan dan Daddy gak bisa temani kalian ada yang harus Daddy urus sebentar," jawab Rizal lalu ia menatap Firda."Bun, Nanti kalau ada yang ketuk pintu atau menekan bel, jangan di bukakan," ucap Rizal sambil mengulum senyum ketika gadis menatapnya tajam saat Dokter Rizal memanggilnya, Bunda."Nara juga tidak boleh Dad?" tanyanya pada sang Daddy, Ia kalian berdua tidak boleh membuka pintu sebelum Daddy pulang dan Dadd
Linda mengambil kunci serep ruang kerja suaminya itu dan di berikan pada Rizal. "Bukalah sendiri, aku mau menemani Brave adikmu di kamar, dia tadi sangat ketakutan saat Papinya mengamuk.Rizal tertegun mendengar apa yang di katakan Linda, mematung tanpa menerima kunci yang di sodorkan Linda."Zal, Kau dengan Ibu, 'kan," ucapnya sambil menguatkan diri untuk tidak menangis"Jadi aku sudah punya adik? Ia bernama Brave? Kenapa diberi nama Brave?" tanya Rizal dengan pelan, ia tidak tahu kenapa bertanya demikian pada mantan kekasihnya itu."Karena saat itu aku ketakutan dan hanya dialah yang membuatku berani," jawabnya sambil pergi berlalu meninggalkan Rizal yang masih belum bergeming di depan ruangan kerja sang Daddy.Ia menghembuskan napas, menghilangkan sesak di dadanya melihat mantan kekasih terlihat kuyuh dengan tubuh kurus dan tatapan hampa. Bukan karena masih cinta. Tidak, tetapi rasa kasihan melihatnya begitu memprihatinkan. '
mobil Rizal pun berhenti basement gedung apartemennya lalu ia keluar dari mobilnya dan berjalan cepat masuk ke dalam lift. Ia menekan tombol angka menuju ke apartemennya.Pintu terbuka Rizal keluar dan berjalan dengan tergesa-gesa. Iya ini seberapa ketemu dengan Firda dan menatap wajah sejuknya itu.Ia buka pintu dengan key cardnya lalu masuk ke dalam dan berjalan menuju kamar Nara dibukanya pintu perlahan. dua orang wanita yang berbeda umur tidur dengan pulasnya.Ia menatap Firda yang tertidur lelap, wajah polos tanpa make up itu membuat daya tarik sendiri baginya. 'Tuhan tolong hadirkan cinta di hati gadis ini untuk saya dan putrinya,' bisiknya dalam hati.Dia itu menutup pintu dengan perlahan lalu berjalan menuju kamarnya, membuka kemejanya dan menggantinya dengan baju tidur kemudian ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan mulai terlelap meluapakan apa yang telah dilaluinya hari ini.Di rumah besar dan di sebuah kamar nampak wanita
Pagi menjelang, tercium bau basah sebab semalam di guyur hujan, tetes embun masih terlihat atas bunga. Naila membantu menyiapkan sarapan pagi untuk hari ini.Bayu menuruninya tangga menuju meja makan. "Ini kamu yang masak, Mam?" tanya Bayu.Naila terkekeh. "Bukan, ini Bik Surti yang masak aku hanya bantu mencicipi saja.""Bukan saya, Tuan, saya justru hanya membantu saja," jawab bik Surti.Baru saja tiga suap masuk ke dalam mulutnya. tiba-tiba saja terdengar suara dering telepon dari saku celana Bayu."Mas, makan dulu!" perintah Naila."Ma, itu handphone berbunyi terus biar ku angkat dulu," jawab Bayu."Terserah Papa sajalah! Toh yang punya perut papa," ucap Naila kesalBayu tertawa sambil mencolek dagu sang istri lalu menerima panggilan yang dari tadi."Maaf Pak menganggu, perusahaan Minco Crop mengajukan komplain, mereka ingin bertemu dengan Bapak Pagi ini juga dan mereka dalam perjalanan kemari," jelas Firda yang juga sedang dalam perjalanan menuju tempat kerjanya."Baik, saya akan
Mereka berjalan bersama masuk kedalam lift kemudian keluar lagi dan menuju ruang rapat di sana ia bertemu Anton selaku pimpinan Minco Crop.Rizal dengan percaya dirinya menghampiri pria itu. "Pak Anton, selamat pagi, Anda masih mengenal saya?" tanya Rizal.Pria itu mengerutkan keningnya mencoba mengingat sesuatu. "Apa Anda Tuan Rizal?" tanyanya setelah mengingat sesuatu."Betul, apa saya bisa bicara dengan Anda secara pribadi dengan Anda di sana?" tanya Rizal."Baik," jawab pria itu sambil tersenyum.Bayu dan Firda saling berpandangan, ia begitu heran kenapa Rizal yang berprofesi sebagai dokter bisa mengenal Tuan Anton yang notabene sebagai seorang pengusaha. Rizal dan Anton berjalan menjauh dari mereka lalu berbicara dengan sangat serius, tak lama kemudian mereka kembali menghampiri Bayu dan Firda."Mohon maaf, Pak Bayu, saya hanya mendengar selentingan kabar bahwa perusahaan Anda dalam masalah, jelas saya pun harus mempertimbangkan mengenai ini karena sebagai pengusaha saya juga ti