Share

12. Mayat Siapa?

Sejak pagi hingga sore tidak ada pembeli, kulihat Andi dan Topan hanya duduk saja sambil bermain gane di ponsel mereka. Aku mendengus lirih, sementara Zahra menjadi sering nagis. Aku sendiri menjadi bingung menghadapi suasana seperti ini. Abdul hanya menatapku sendu, sesekali aku melihat dia mencuri pandang padaku.

"Umi, boleh aku minta uang untuk bayar iuran sekolah?" tanya Abdul padaku.

"Berapa?" tanyaku dengan nada lirih.

"Hanya sepuluh ribu, Umi. Iuran buat menjenguk guru yang sedang masuk rumah sakit," jawab Abdul sambil melihatku.

Aku pun berdiri mengambil dompet, kuambilkan uang kertas selembar berwarna ungu. Setelahnya aku sodorkan pada Abdul, anak itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Kemudian dia sedikit bercanda dengan adiknya yang masih terjaga setelah menangis karena kehabisan susu formula.

"Kamu jaga dulu adik ya, Dul. Umi ke depan dulu melihat ke warung," pamitku.

"Iya, Umi," jawarnya.

Aku pun keluar untuk melihat kondisi warung yang sepi. Saat aku mulai dekat seke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status