Share

44. Ternyata

Hari terus berjalan dan usaha ayam bakar kami mulai merangkak dan dikenal oleh sebagian warga sekitar bahkan sampai ke luar kecamatan. Aku sangat bahagia atas pencapaian ini. Sungguh sebuah kenikmatan yang tidak terhingga.

Masih sama dengan hari biasanya, setiap sore setelah aku melakukan penghitungan untuk laba hasilnya selalu diminya oleh suamiku. Aku tidak diberi uang hasil penjualan sedikitpun. Uang yang aku pegang masih sama asalnya yaitu dari penjualan kaki dan uritan ayam. Masih untung bagiku bagian ayam yang itu tidak dia minta sekalian. Dengan begitu aku bisa memegang uang.

Andaikata semua penjualan ayam dia ambil maka aku pasti gigit jari. Beberapa hari ini orderam ayam bakar terbilang sangat ramai, dalam satu minggu ini laba yang terkumpul cukup banyak. Suatu malam, Yahay datang mendekat padaku, lali duduk tepat di sampingku.

"Umi, kita beli sepeda montor, Yuuk!" ajaknya

"Lalu yang ada itu bagaimana?" tanyaku.

"Biarkan saja, itu sudah rongsok. Abi ingin beli motor baru,"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Muchakamah Djoned
aku kok gemes ya sama laki macam itu lagian umi kalo pas si tinggal dakwah kenapa uang nya ga disimpen sendiri ebak aja itu laki
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status