Share

75. Curhat Ke Adam

Pagi hari tiba dengan sinarnya yang mulai memanas. Aku kembali disibukkan dengan aktifitas yang seperti biasa. Dan seperti biasa juga, suamiku masih bergelung dengan selimut. Sepertinya semangatnya sudah berkurang lagi setelah mendapat oersetujuan dariku untuk buka cabang.

Apakah salah jika aku selalu memiliki prasangka yang negatif setiap dia aktif membantu di warung? Jadi inilah tujuannya selama ini ikut terjun dalam perputaran jualan ayam bakarku. Dia sedang inginkan sebuah cabang baru dengan modal 20 juta dari tabungan yang berhasil disishkan setiap harinya dari hasil penjualan.

Aku ingin sekali bercerita, tetapi pada siapa? Tidak mungkin juga aku bercerita pada Topan yang seorang pria. Tentunya dia akan membela Yahya sesama laki-laki. Akhirnya aku pun menelepon Adam, putra tiri pertamaku. Panggilanku langsung tersambung.

"Asaalamualaikum, Umi!" sapa Adam.

"Waalaikumsalam, Adam. Apakah kamu hati ini sibuk? Umi ingin cerita sedikit biar beban ini sedikit berkurang," kataku.

"Selalu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status