Semuanya telah dipersiapkan, Arin Kaisar, Kenzi, Narsih dan pengacaranya ikut bertandang ke rumah Pak RT dengan menggandeng dua petugas polisi yang merupakan rekan dari pengacara yang dibayar oleh Kaisar.Dengan menaiki dua mobil yang berbeda mereka akhirnya sampai di Desa Sawangan. Baik Arin maupun Kaisar sudah menyiapkan segala pertanyaan dan semua akan dikatakan kepada Pak RT."Bismillah aja, Rin. Jangan gugup semoga semuanya bisa baik-baik saja." Beberapa orang yang berada di sana melihat heran karena ada dua mobil sekaligus yang masuk ke halaman Pak RT. Saat mereka menengok ternyata yang turun dari mobil adalah Arin dan Narsih serta beberapa lelaki. Yang membuat mereka kaget, ada dua orang polisi yang juga ikut ke rumah Pak RT.Tentu hal ini menjadi sesuatu yang heboh dan menjadikan bahan tontonan para tetangga yang melihat kedatangan Arin dengan mobil dan dikawal polisi."Bu RT...Bu RT, Cepat Ibu pulang sekarang! Ada dua orang polisi dan beberapa tamu yang dibawa oleh Arin dan B
Setelah mendatangi rumah Pak RT dan mendapatkan hasil yang memuaskan, Kaisar dan Arin pulang ke rumah Arin yang ada di Sawangan terlebih dahulu sebelum ke Rinjani."Enggak apa-apa 'kan, Mas kita mampir dulu ke rumah Arin. Kasihan rumah lama tidak dibersihkan, kalau Mas Kaisar dan Kak Kenzie mau pulang dahulu silakan. Kita bisa kembali ke Rinjani Menaiki bis," ucap Arin."Kita sengaja mengosongkan jadwal hari ini untuk menemanimu, Ayolah kita kesana biar Mas nanti bantu sekalian beberes." Karena sekarang musim penghujan maka jalan menuju rumah Arin sangat becek. Terlebih, jalan ini sudah jarang dilewati sehingga banyak rumput yang tumbuh dan duri yang menyangkut."Sayang sekali rumah ini tidak dihuni, Rin," ucap Narsih seraya memandang rumah kenangan dengan suaminya.Arin menghembuskan nafasnya berat, keputusan untuk menjual rumah ini sepertinya harus di pertimbangkan dengan keluarga besar mereka, mengingat jika rumah ini sudah tidak dihuni maka akan rusak dan juga menyeramkan.Narsih
=========Kanjeng Mami====Setelah membeli obat untuk Arin, Kaisar bergegas pulang. Ia khawatir Arin akan bertambah parah dan sesuatu yang buruk terjadi. Trauma kehilangan orang yang dicintai membuat Kaisar tidak bisa berlama-lama melihat wanita sakit.Sesampainya di rumah, Kaisar langsung memberikan obat itu pada Narsih agar di minum Arin supaya lekas sembuh."Sudah, Bu?" tanya Kaisar saat melihat Narsih keluar dari kamar Arin."Sudah, Nak. Terimakasih loh malam-malam mau membelikan obat buat Arin, Nak Kaisar baik sekali." "Sama-sama, itu sudah menjadi tangung jawab saya melindungi semua yang tinggal di rumah ini. Besok Arin tak usah bekerja, bilang sama Arin agar istirahat dan juga makan makanan bergizi.""Nggih, Nak Kaisar. Sekali lagi, terimakasih." Kaisar mengangguk lalu pergi ke kamarnya untuk istirahat. Besok ia akan ke percetakan lebih awal karena Arin tak masuk. Ia juga harus mengecek gudang karena kebanyakan pekerja di sana adalah karyawan baru.Ponsel Kaisar berdering, pan
Setelah dua hari beristirahat karena sakit, kini Arin sudah beraktivitas seperti biasanya. Arin akan mengerjakan beberapa desain yang masuk ke dalam email miliknya."Mas, hari ini Arin ikut ke percetakan ya?" ujar Arin."Yakin, kamu sudah sehat?" tanya Kaisar ragu."Alhamdulillah sudah enakan dan sudah sangat lebih baik daripada kemarin, tadi pagi Arin cek ada 5 email masuk ke alamat email Arin. Niatnya mau Arin kerjakan di toko saja. Sambil membantu beberapa karyawan di sana, Melly juga pasti kerepotan menghendel beberapa pelanggan yang datang ke toko.""Ya sudah, kali ini Mas izinkan tetapi kamu tidak boleh terlalu terforsir mengerjakan pekerjaannya. Takutnya nanti tambah sakit, Mas juga yang akan repot."" Siap Tuan Mas Bos," jawab Arin sambil tertawa riang.Setelah berpamitan dengan Narsih mereka berangkat bersama menaiki mobil, kali ini Kaisar tidak memperbolehkan Arin memakai mobil karena masih terlihat lemas."Mas kali ini akan berada di percetakan yang mana?" tanya Arin."Mas
"Mas, aku punya hadiah buat kamu."Bayu yang baru saja pulang dari bekerja disambut oleh wajah bahagia Susi."Kabar bahagia apa?"Susi menyodorkan sebuah benda pipih yang ada dua tanda merah di sana. Sebuah tespek yang menandakan bahwa dirinya tengah berbadan dua hasil dari pernikahan siri nya dengan Bayu."Apa ini?" tanya Bayu kaget."Ih... masa nggak tahu ini apa. Ini tuh tespek dan hasilnya aku positif hamil. Kamu senang kan, Mas? Akhirnya kita bisa punya buah cinta kita berdua," ucap Susi dengan wajah bahagianya.Sepertinya Bayu merasa tidak begitu senang dengan kabar kehamilan ini mengingat dirinya sudah kehilangan rasa sukanya terhadap Susi. Terlebih ia sedang ingin berusaha memperbaiki hubungannya dengan Arin dan memintanya untuk kembali."Kok Mas biasa saja, kayak nggak bahagia gitu mukanya? Nggak suka Susi hamil?" keluh Susi." Mas sedang lelah. Mas mau mandi dulu, kamu sudah memanaskan air belum untukku mandi?" Bukannya merespon ucapan Susi, Bayu justru memberikan perintah k
Hari ini Bayu sengaja tidak berangkat bekerja untuk menemui Arin bersama dengan Agam. Agam tidak tahu persis di mana lokasi rumahnya tetapi Agam ingat jika rumah Arin tidak jauh dari perumahan miliknya hanya berbeda blok saja."Agam yakin ini rumah Ibu?""Yakin, Yah. Bukan rumah Ibu sih, tapi rumah majikan Ibu. Kita turun sekarang?" Kedatangan Bayu kali ini sungguh sangat tepat waktu karena Kaisar dan Kenzie sedang berada di Baturaden untuk menemui simbok dan Kanjeng Mami.Bayu melihat gerbang rumah itu terbuka dan juga melihat Arin yang hendak masuk ke dalam mobil. Ternyata betul apa yang dikatakan ibu dan Susi, Arin sudah bisa menggunakan mobil ia terlihat menaiki bagian kemudi itu artinya dia yang akan menjadi supir mobil itu.Bayu bergegas turun agar tidak sampai Arin pergi. Bayu menggendong Agam dan memanggil Arin yang sudah membuka pintu mobilnya."Ibu." Arin menengok ke arah sumber suara dan ia melihat Agam bersama dengan Bayu."Agam?!""Rin, Mas sengaja datang ke rumahmu pag
"Pekerjaan aman?" tanya Kaisar lewat pesan yang dikirim pada Arin."Aman, Tuan Mas Bos," jawab Arin sesingkatnya. Dia sedang sangat sibuk dan tidak sempat membalas pesan dari siapapun. Namun, sekilas melirik ada nama Kaisar yang masuk di layar depan ponselnya dan segera Arin membukanya siapa tahu itu penting.Jam menunjukkan pukul 11.30 tapi pekerjaan di percetakan belum juga selesai. "Mbak bos, istirahat dulu. Sebentar lagi jam makan siang," Panggil Melly."Kamu belikan aku nasi padang saja. Selepas ini selesai, saya makan.""Baik mbak, Bos."Arin masih berkutat di layar monitor lalu mengeprint hasilnya dan diberikan kepada Anwar untuk dicetak."War, cetak ini sekarang juga, saya hendak pergi ke kafe sekarang. Pastikan nanti jam tiga semuanya sudah selesai karena kemungkinan saya akan ke sini lagi sore. Kamu kabari kalau pelanggan itu datang lebih awal ya," ucap Arin."Baik, Bu."Arin bergegas mengambil kunci mobil dan mengemudikannya menuju kafe milik Kenzie. Ia lupa jika tadi Mel
Arin kembali ke mobil dan melaju untuk pulang. Sampai di depan rumah Kaisar. Narsih yang sudah mengetahui anaknya pulang langsung membuka gerbang. Senyum Narsih menyambut kepulangan Arin selepas bekerja membuat lelah yang tadi mendera sedikit berkurang karena wajah bahagia sang Ibu."Malam banget, Rin. Ibu sudah panaskan air. Kamu langsung mandi, setelah itu makan. Kamu pasti lelah banget," ucap Narsih."Iya, Arin lelah banget hari ini. Rasanya badan mau copot tulangnya, perlu tukang urut besok pagi ini. Coba ada Mbok Jum ya, Bu. Bisa pijat enak satu jam sambil bergurau ria.""Mbok Jum kan jauh, Rin. Masa harus ke Sawangan dulu, nanti biar Ibu yang pijitin kamu sehabis makan.""Nggak ah, Ibu nggak boleh capek ngurusin Arin. Mungkin nanti langsung tidur, pasti pas bangun udah enakan," jawab Arin sambil berlalu setelah mencium pipi Ibunya.Arin begitu menyayangi ibunya hingga ia tak ingin beliau kelelahan. Sesibuk apapun Arin, dia tak akan pernah membiarkan ibunya kepikiran dengan kesib