Share

syukur

"Naik Koprades saja, Rin."

"Iya, itu bingkisan buat Rina sudah, Bu?" tanya Arin saat memakai kerudungnya.

"Sudah, ayo cepat. Keburu siang nanti panas di angkutan umumnya," ujar Narsih sambil menenteng kardus berisi oleh-oleh untuk anak bungsunya.

"Bentar, Arin kunci rumah dulu." Arin memutar kunci rumahnya dan meletakkannya di dalam slingbag miliknya.

Arin mengambil alih kardus di tangan Narsih dan membawanya ke ujung gang untuk menyetop angkutan umum berwarna merah dan ungu.

"Biasa ini si Koprades, kalau ditunggu lama kalau nggak ditunggu pada seliweran," gerundel Narsih.

"Sabar, Bu. Namanya juga angkutan umum, kadang ngetem dulu di pangkalan." Saat sedang menunggu, bu RT dan Umi serta ketiga warga yang lain lewat. Mereka sepertinya hendak ke sawah karena memakai caping di kepalanya dan pancong di tangannya.

"Ke sawah, Bu-Ibu?" sapa Arin dengan ramah.

"Iya dong. Kita wong deso, ya pasti pekerjaannya ke sawah dan ladang. Emang kamu, wong deso tapi lupa sama cangkang sendiri. Sok ngota
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status