PHUUUUU!Suara terompet terdengar di seluruh penjuru akademi. Semua murid terlihat langsung bergegas menuju halaman utama tanpa menunggu arahan dari guru pendamping. Pandya yang tidak tahu menahu tentang arti dari suara itu, hanya bisa melihat sekeliling dengan tatapan bingung.Dipta yang melihat sang pangeran tidak bergerak dari tempatnya langsung memberi isyarat untuk segera bersiap-siap keluar. Pandya hanya mengikuti arahan Dipta dan ikut bergegas keluar dari asrama bersamanya. Di sepanjang jalan menuju halaman, Pandya memanfaatkan waktu agar Dipta dapat menjelaskan tentang apa yang sedang terjadi."Jadi setiap terompet itu berbunyi kita harus berkumpul di halaman utama selain waktu makan?" tanya Pandya memastikan.Dipta hanya menjawab dengan anggukan kepala, karena mereka harus segera berpisah untuk berbaris sesuai urutan mereka. Pandya lupa untuk menanyakan nomor urut yang di maksud, tapi melihat barisan nomor 6 kosong—dia berpikir jika itu tempatnya dan langsung berdiri di baris
Agha mulai memasukkan tangannya ke dalam kotak, yang mendapatkan tatapan penuh harap dari para murid. Suasana hening dengan tatapan tajam dari ratusan pasang mata itu, membuat gerakan tangan Agha sengaja diperlambat. Akandra yang paham dengan kelakuan iseng rekannya, hanya bisa menggelengkan kepalanya perlahan.SEEET!Satu papan nomor sudah berhasil ditarik keluar, namun nomor yang ada di atasnya tertutupi oleh tangan Agha yang memegangnya. Semua murid tampak berharap dan seakan menghipnotis papan itu agar muncul nomor mereka. Namun, nyatanya nomor yang muncul pertama kali adalah nomor 30.Kini semua tatapan beralih dan tertuju pada Dipta, tak terkecuali Pandya yang menatapnya dengan senyuman dan langsung dia balasnya dengan anggukan kepala. Sebelumnya, Pandya sudah memberikan sebuah catatan yang berisi kitab apa saja yang bisa membantu salah satu kekuatan Dipta agar lebih menonjol, sehingga dia bisa memperdalam ilmunya—dibandingkan harus mempelajari ilmu baru yang tidak sesuai dengan
PAAAAAATS!Pandya merasa tubuhnya dialiri listrik dengan tenaga yang cukup besar, hampir saja dia tidak bisa mengontrol diri karena Sakra melakukannya secara mendadak. Tapi, dia berhasil bertahan dan membuat murid-murid lain maupun pemimpin akademi tidak menyadari apa yang terjadi padanya. Walaupun, dia masih belum benar-benar mengerti kenapa tiba-tiba Sakra melakukan hal itu padanya.Secara perlahan Pandya mulai membuka matanya, setelah sengatan listrik tadi terasa menyatu di tubuhnya dan tidak membuatnya merasa kesakitan lagi. Saat matanya terbuka sepenuhnya, Pandya tampak lebih terkejut dengan apa yang kini dia lihat dan rasakan. Dia tidak menyangka jika kini yang dia lihat maupun dengar jauh lebih akurat dari sebelumnya.Semut yang berjalan di salah satu sudut bisa terlihat dengan jelas, bahkan suara gertakan gigi salah satu murid yang cukup jauh darinya juga terdengar cukup jelas. Tubuhnya jauh terasa lebih ringan dan bertenaga, dengan otot-otot di tubuhnya yang semakin terbentuk
Pandya bangun cukup pagi dengan badan yang sudah kembali bugar, setelah semalam dia harus bertahan dengan efek samping yang masih cukup kuat—karena banyaknya kitab yang dia pindai. Sebenarnya Pandya bukan murid pertama yang terbangun, sebab tidak sedikit murid yang begadang semalaman karena khawatir tentang ujian tahap 2 yang akan dilaksanakan dalam beberapa jam lagi. TRAAAK!Pandya meletakkan pedang Sakra yang sudah di asahnya menjadi sangat tajam di atas pembaringan, sambil mulai menyiapkan perlengkapan lainnya. Walau belum ada yang mengetahui ujian apa yang akan para murid hadapi, tapi tidak ada larangan bagi murid untuk membawa perbekalan.Saat ini, semua jurus bela diri yang dipelajari Pandya semalam, sudah melekat dipikiran dan setiap otot tubuhnya. Bahkan otot-otot tidak tubuhnya semakin bertambah, seiring bertambahnya kemampuan bela diri miliknya.'Aku sudah tidak sabar, akan seperti apa ujian tahap ke 2 itu!' ucap Sakra tiba-tiba yang tampak bersemangat sambil melayang di ha
PHUUUUU!Suara terompet membuat beberapa murid tampak tercekat dan gugup. Padahal, mereka baru mendengar suara pertama—dan berarti itu tanda untuk mereka bisa menikmati sarapan. Walaupun, tidak semua murid bisa menikmati sarapan mereka dengan santai di saat seperti ini.Pandya berjalan keluar dengan santai dengan Dipta yang mengikuti di belakang. Sudah sejak tadi Pandya tahu jika ada sepasang mata yang menatapnya. Bahkan, tatapan itu memang seperti disengaja agar dia bisa mengetahuinya.Tapi, Pandya tidak ambil pusing tentang hal itu. Baginya saat ini ada hal yang lebih penting, dibandingkan hanya gertakan kosong. Ujian tahap ke 2 sudah di depan mata, dia tidak akan peduli dengan saudara-saudara tirinya. Jika memang mereka berencana menjatuhkannya Pandya tidak akan tinggal diam, tapi juga bukan berarti dia yang akan memulai pertarungan.TAAAK!Tibra yang baru saja datang di ruang makan, langsung meletakkan nampan di meja dengan kasar. Semua tatapan mengarah padanya, yang langsung diba
"SAGUH!" para murid menjawab dengan serempak.Agha tersenyum puas melihat dan mendengar jawaban dari para murid. Dia berjalan ke arah samping tempat gulungan kertas besar berada. Dengan sekali hentakan, gulungan itu terlepas dan memperlihatkan seluruh isi di dalamnya.Para murid barisan depan cukup terkejut selama beberapa detik karena apa yang mereka lihat. Sedangkan murid di barisan belakang baru memberikan ekspresi yang sama setelah Agha memberikan tenaga dalam pada tulisan di gulungan itu agar lebih besar, sehingga dapat terbaca oleh semua murid.ZHIIING!Tenaga dalam milik Agha tersebar ke seluruh sudut di halaman utama, membuat para murid merasakan suasana mencekam. Sebagian dari para murid tampak tersenyum percaya diri, sedang sebagian lagi terlihat panik dengan wajah pucat."Seperti yang kalian lihat dan baca, ujian tahap ke 2 ini akan mengurangi setengah dari jumlah kalian! Bahkan, bisa jadi lebih jika kalian tidak bisa menyelesaikannya!" Agha mengawali arahannya dengan suara
KRIIEEETTT!Pandya duduk di tempat pembaringannya di dalam asrama. Sudah beberapa jam terlewati, tapi tidak ada satupun murid yang menantangnya maupun menerima tantangannya. Dipta yang setia, juga menolak semua tantangan yang ditujukan padanya agar dapat menemani Pandya walaupun harus gagal dalam ujian.'Sepertinya memang ini rencana mereka untuk membuatku gagal ujian!' pikir Pandya kesal.'Mau dilihat dari sudut pandang manapun, sudah terlihat dengan sangat jelas jika memang itu rencana mereka semua! Mereka mengorbankan salah satu murid terlemah agar kau tidak bisa lolos di ujian kali ini!' sahut Sakra tidak kalah kesal sambil kembali melayang dihadapan Pandya.Satu persatu murid di asrama tempat Pandya saat ini, sudah mulai beristirahat dengan santai. Walaupun kini jumlahnya sudah sangat berkurang, karena hampir setengah murid yang gagal ujian langsung dipulangkan. Yang membuat Pandya mulai sedikit gusar, karena memang keadaan terburuk untuknya terjadi saat ini.Dipta menatapnya deng
Sebagian besar murid tampak mengerutkan kening mereka. Mereka tidak paham dengan apa yang Agha katakan, karena perubahan aturan tidak mungkin terjadi disaat ujian hampir selesai. Tapi, pemikiran mereka langsung terbantah saat Agha kembali menghentakkan sebuah gulungan kertas hingga terlihat semua isi di dalamnya.BAAAST!"Seperti yang kalian lihat, murid yang hingga saat ini belum melakukan ujian akan berkesempatan untuk menjadi pemimpin kelompok kecil di ujian tahap 3 nantinya!" jelas Agha yang mendapat tatapan marah dan kecewa dari para murid."Sebenarnya, ujian kali ini adalah untuk menguji kesabaran kalian dan bagaimana cara kalian mengamati keadaan. Aku yakin diantara para murid yang sudah menyelesaikan ujian tidak ada yang memikirkan mengapa kami memberikan waktu selama 3 hari hanya untuk melawan murid lain!" ucapan Agha membuat para murid yang marah langsung menundukkan kepalanya.Siapapun yang hanya mempelajari bela diri maupun tenaga dalam seorang diri, maupun belajar dari se