"Kamu masih gak ngerti apa kesalahanmu heh?!!!" tanya Vania sambil uring-uringan di telpon.
"Iya, Van. aku tidak tahu, Van. mungkin ada orang yang memfitnah aku. mungkin si tukang Cleaning Service itu yang memfitnahku," jawab Ardy membela dirinya di ujung telpon."KAMU JANGAN MENUDUH ORANG!!! GAK ADA ORANG YANG FITNAH KAMU!!! AKU MELIHAT PERBUATANMU DENGAN MATA KEPALAKU SENDIRI DAN ITU SUDAH LEBIH DARI CUKUP BAGIKU, UNTUK PUTUS DENGANMU, TAU!!!" teriak Vania yang sebal dengan sikap Ardy yang seenaknya menuduh Davin sebagai tukang fitnah itu."Perbuatan apa sih? aku gak ngarti, say. please, jangan terpengaruh orang, say," kata Ardy ngeyel."Aku melihat perselingkuhanmu dengan Lita kemarin di kantor. dan aku melihat perbuatan kalian berdua itu dengan mata kepalaku sendiri. jadi, jangan bilang kalau ada yang fitnah kamu, karena aku yang melihatnya sendiri, MENGERTI!!!" sembur Vania."Kemarin? oh, itu. itu bukan apa-apa, beb. Lita hanya membantu tugasku di kantor. itu aja.""Kamu kira aku anak kecil yang tidak bisa melihat, mana yang sedang membantu dan mana yang sedang berbuat yang tidak-tidak, heh!!! sudahlah, jangan mengelak lagi, akui saja perbuatan mu itu!!!""Oke. baik. ehm....itu, aku akui. tapi, itu adalah perpisahan kami. ya....itu perpisahan kami. kami berdua berjanji untuk jalan sendiri-sendiri, dan itu adalah hal terakhir yang kami lakukan. begitu.""Sudahlah, Ardy. kamu gak perlu nge les lagi. karena aku sudah tahu siapa kamu, dan aku tidak akan pernah kembali padamu. tidak akan pernah!!! jadi, terimalah perpisahan kita ini.""Aku tidak akan mau menerimanya, Van. please...""POKOKNYA KITA PUTUS...TUS....TUS," teriak Vania sambil menutup teleponnya dan langsung memblokir nomor telpon Ardy dari handphonenya. karena Vania tahu, kalau Ardy, pasti akan mencoba lagi menghubunginya.Begitu Vania menutup teleponnya, dia kaget karena Davin sudah mengajaknya duduk di depan jendela kamar untuk menikmati sinar bulan di malam ini.Sebelum Vania duduk, Vania sempat menatap wajah tampan Davin, wajahnya terkena pantulan cahaya rembulan hingga wajah itu, terlihat tampan bagi Vania bahkan bukan cuma tampan, tapi, sangat tampan.Vania merasa sedikit menyayangkan saat mengingat profesi Davin yang hanya seorang karyawan Cleaning Service itu, tapi, bagi Vania, Davin dengan profesinya ini, masih jauh lebih baik dari Ardy dengan kelakuannya itu.Untuk beberapa saat, mereka berdua menikmati cahaya rembulan tanpa ada yang bersuara sama sekali, keduanya tenggelam dalam indahnya cahaya rembulan, tanpa kata-kata, tanpa suara, tapi, kedua hati mereka semakin menyatu di bawah cahaya rembulan."Aku ingin kesana," kata Vania memecah keheningan."Ke sana? hmm. hanya astronot yang bisa ke atas sana.""Aku tahu. karena itu, aku ingin ke Paris dulu. Menikmati menara Eiffel," kata Vania.Setelah itu, hening lagi, hingga akhirnya, Vania kembali memecah keheningan," Kamu sendiri, kamu ingin kemana?""Aku... aku tidak ingin kemana-mana. impianku sederhana. aku cuma ingin menemani wanita yang aku cintai kemanapun dia ingin pergi, kalau dia ingin ke Paris, aku akan menemaninya kesana, bahkan, kalau dia ingin ke bulan, aku juga akan menemaninya," jawab Davin sambil menatap wajah Vania."Hahahaha.... rupanya kamu bisa bercanda juga," kata Vania sambil menonjok pelan ke lengan atas Davin yang duduk di sampingnya."Itu bukan candaan," bantah Davin di dalam hatinya. dia memilih untuk tidak mengatakannya langsung kepada Vania, tapi mengucapkannya di dalam hati, agar menjadi janjinya untuk Vania, gadis yang sangat disukainya ini."Yuk ah. kita tidur. aku tidur di ranjang dan kamu boleh tidur di sofa, aku tidak akan mengajak teman-temanku kesini, jadi, kamu boleh tidur di kamar ini. oke," kata Vania yang langsung menuju ranjang untuk tidur.Davin masih duduk di tempatnya tadi, dia masih menatap ke arah rembulan, dia sengaja belum mengikuti anjuran Vania untuk tidur, karena, Davin masih menunggu saat yang tepat baginya untuk menikmati wajah Vania sepuasnya.Dan akhirnya, saat itupun datang, terdengar suara dengkuran yang sangat halus dari bibir Vania. walaupun halus, tapi, itu sudah cukup bagi Davin untuk mengetahui kalau saat yang dinantinya telah tiba.Setelah yakin kalau Vania sudah tidur, Davinpun kini menggeser posisinya lebih mendekat ke arah ranjang, karena Davin ingin melihat wajah Vania sepuasnya. saat ini, tubuh Vania telah dibalut selimut tebal, tapi, wajahnya tidak terbalut selimut, dan wajah itu, memancarkan keagungan dan kecantikan yang menjadi satu dalam sebuah kata yang disebut 'sempurna'. ya, kecantikan Vania ini, boleh dibilang, adalah kecantikan yang sempurna.Sebagai anak orang paling kaya di Hongkong, sejak kecil, Davin sudah melihat atau berkenalan dengan model-model cantik asal Hongkong yang beberapa kali menghadiri acara di rumahnya, tapi, Davin belum pernah menemui wanita secantik Vania, karena itu, saat ini, Davin pun memanfaatkan kesempatan ini untuk menatap wajah Vania sepuasnya.Setelah puas, Davin pun pergi ke sofa hotel dan jatuh tertidur. Davin terbangun di pagi hari, saat dia mendengar suara Vania yang memintanya untuk bangun."Vin, Davin....ayo bangun," kata Vania sambil duduk di sofa yang ditiduri Davin.Davin pun membuka matanya dan sangat kaget dengan pemandangan wajah Vania yang sangat dekat dengannya itu, hal ini membuat Davin terpesona, saat melihat wajah jelita Vania, setelah terpesona, Davin kelabakan saat menyadari kalau ada iler di pipinya. Davinpun langsung meloncat untuk menuju ke kamar mandi."Vin... cepetan mandi ya? kita mau ke restoran hotel. perutku laper," kata Vania kepada Davin."Iya. aku mandi dulu ya," kata Davin sambil ngeloyor ke kamar mandi hotel.**Beberapa saat kemudian, Davin dan Vania sudah berjalan mendekati restoran hotel, Davin dan Vania bermaksud makan di restoran hotel. Vania mengenakan baju cantik dengan blouse dan celana jeans, sementara Davin, cuma mengenakan kemeja murahan dipadu dengan celana jeans murahan. tapi, walaupun begitu, wajah mereka berdua yang ganteng dan cantik itu, terlihat serasi.Saat ingin memasuki restoran, mereka berdua dihadang oleh seorang pegawai hotel. Vania segera memberikan dua karcis ke petugas hotel, karcis untuk sarapan pagi mereka.Dengan ramah, petugas hotel itu, langsung mempersilahkan Vania untuk masuk tapi, waktu Davin juga ingin masuk, petugas hotel tidak membolehkan Davin untuk ikut masuk ke dalam."Loh pak. kenapa dia gak bisa masuk?" protes Vania saat melihat petugas hotel langsung mencegat Davin yang ingin mengikutinya masuk ke dalam restoran hotel."Begini, non. ada laporan dari seorang tamu terhormat, kalau pemuda ini, dicugai adalah seorang pencuri, tamu hotel kami itu, kehilangan barang berharganya dan dia curiga kalau pemuda ini yang mengambilnya, karena itu, dia tidak bisa masuk," kata petugas hotel sambil menunjuk ke arah Davin."Pencuri?!!!" tanya Vania kaget."Ya...ada seorang tamu terhormat di hotel ini yang kehilangan cincinnya yang dia taruh di mejanya, dia juga bilang, kalau pemuda bernama Davin ini yang berada di dekat meja, karena itu, pihak hotel akan memproses dulu kasus ini untuk menyelidiki persoalan ini," kata petugas hotel."Siapa tamunya? tunjukkan padaku," kata Vania penasaran. pegawai hotel langsung menunjuk ke restoran, dia menunjuk ke arah Ardy yang sedang tersenyum mengejek ke arah Vania dan Davin, Vaniapun langsung tahu, kalau itu semua adalah fitnah untuk Davin."Aku tidak mencuri, Van," bisik Davin kepada Vania."Aku tahu. ini pasti fitnah dari si kodok itu!" jawab Vania geram sambil menunjuk ke arah Ardy yang saat ini sedang tertawa-tawa di dalam restoran hotel."Yang penting bagiku, kamu tidak mempercayai fitnah itu. sekarang, kamu makanlah dulu, kamu kan sudah lapar. biar aku yang berusaha menjelaskan kepada mereka dan----""Tidak! rasa laparku sudah hilang. aku akan menemanimu menja
"Kuliah sih, tapi.... gak ku teruskan," kata Davin berbohong. padahal yang sebenarnya, Davin menjadi mahasiswa termuda di Harvard dan menggondol gelar sarjana di usia tujuh belas tahun, bahkan, bukan sekedar menjadi sarjana, tapi, menjadi lulusan terbaik di angkatannya. Sesudah itu, Davin langsung mengambil S2 nya dan lulus dengan memuaskan beberapa hari sebelum mencapai umur dua puluh tahun, tapi, saat ini, Davin tidak bisa membanggakan semua prestasinya itu, karena Davin ingin menjadi orang sederhana di mata Vania, gadis yang sedang diincarnya untuk menjadi jodoh sejatinya, setelah kegagalannya di masa lalu."Kenapa? kan sayang. harusnya, kamu pastinya sudah dapat pekerjaan yang lebih baik dari sekarang. bukan berarti aku merendahkan pekerjaanmu saat ini ya, tapi.... ya sudahlah," kata Vania terdiam. Vania pikir, Davin putus kuliah itu, karena faktor biaya, karena itu, Vania tidak ingin bertanya lebih jauh, karena Vania takut, itu akan membuat Davin tersinggung atau jadi sedih.Dav
Davin cuma bisa garuk-garuk kepalanya melihat kotoran yang harus dibersihkannya ini. walaupun dia sudah memutuskan untuk menjadi seorang Cleaning Service, tapi, dia sengaja memilih untuk pekerjaan mengepel lantai atau menyapu dan mengangkat sampah, dia punya perjanjian untuk tidak membersihkan toilet, karena dia merasa jijik juga kalau harus membersihkan kotoran manusia, tapi, saat ini, dia dihadapkan dengan banyak kotoran yang berserakan di lantai toilet.Terdengar suara-suara tertawa di lorong menuju ke Toilet, ini membuat Davin melongok keluar untuk melihat keadaan di luar. disana ada Billy dan Alex yang sedang ketawa-ketawa bersama Ardy. Saat Ardy melihat Davin, dia langsung tersenyum mengejek ke arah Davin. saat itu juga, Heru datang dan langsung melotot ke arah Davin dan membentak Davin," KERJA SANA!!!"Davin terpaksa melakukan tugasnya dia mulai membersihkan toilet yang penuh dengan kotoran manusia.saat dia sementara membersihkan lantai tiba-tiba Heru masuk dan mulai merekam
Sesaat sebelum jam istirahat makan siang, barulah Davin berhasil membersihkan semua kekacauan di toilet yang di bersihkannya sejak pagi hari. itupun, Davin baru berhasil saat di satu jam terakhir, Bram membantunya membersihkan toilet ini. Setelah cuci tangan sebersih-bersihnya, mereka berduapun mandi dengan cepat, sesudah itu, Davin dan Brampun, keluar dari Toilet untuk duduk di kursi di dekat lorong menuju ke arah kantin. setelah istirahat sebentar, Davin dan Bram, memutuskan untuk masuk ke kantin kantor, mereka ingin mengisi perut mereka yang dari tadi sudah meronta-ronta pingin diisi. tapi, baru saja Davin dan Bram memesan masing-masing seporsi nasi campur untuk mereka berdua, tiba-tiba, terdengar suara orang dari belakang "Ibu kantin, tolong, hari ini, mereka berdua ini, gak boleh makan disini," kata Alex sambil menunjuk ke arah Davin dan Bram."Kenapa begitu?" tanya ibu kantin."Karena mereka baru saja membersihkan kotoran di toilet. kotorannya banyak banget dan ada videonya ju
Setelah makan bersama di dapur kantin, Davin agak kecewa karena harus terpisah lagi dengan Vania. saat Vania mengangkat tangan kepada Davin, tiba-tiba, Bram mencoleknya."Kamu harus bergerak cepat, Vin," kata Bram sambil bersama Davin, memperhatikan Vania sampai Vania tidak kelihatan lagi dari pandangan mereka."Maksud kamu?" tanya Davin."Ajak dia jalan, bawa ke restoran, belikan boneka, belikan bunga, belikan pulsa.""Pulsa? Buat apa?" tanya Davin tidak mengerti, kalau belikan boneka dan bunga, mungkin dia setuju, tapi pulsa?"Kalau yang itu, buat gue, Vin. ehehehe.""Maunya? Huh... tapi, mungkin loe ada benarnya," kata Davin sambil manggut-manggut."Soal beliin pulsa, kan? Wah, makasih, Vin. Loe ngarti aja kalau gue lagi bokek," kata Bram sambil memanjatkan doa dan syukur."Eh, bukan. Maksud gue, soal ngajak jalan Vania. itu! Bukan yang lain," kata Davin sambil tertawa dalam hati. Dia tahu, Bram memang suka slebor dan tidak perhitungan, sehingga banyak kali, gajinya sudah habis seb
Vania menatap prihatin ke arah Davin yang sedang membersihkan ruangannya, di saat bersamaan, Vania lihat, teman-temannya seperti agak risih melihat apa yang sedang dikerjakan Davin itu. Bahkan, Lenny mulai mengelus-elus punggung Vania, sebagai tanda dukungannya kepada Vania, karena Lenny pikir, saat ini, Vania sedang dipermalukan dengan keadaan Davin yang bekerja di ruangannya saat ini.Beberapa rekan kerja Vania, mulai menatap Vania dengan pandangan prihatin, mereka tidak tahu, apa yang bergolak di dada Vania saat ini, mereka pikir, Vania adalah tipe cewek perasa atau pemalu yang akan malu dengan keadaan saat ini, mereka pikir, Vania akan gengsi, dengan keadaan Davin yang sedang membersihkan ruangannya, karena menurut pikiran banyak orang, kedudukan Vania sebagai seorang arsitek yang memiliki masa depan cerah itu, tidak sebanding dengan Davin yang hanya seorang Cleaning Service itu.Padahal yang sebenarnya itu, Vania sama sekali tidak malu dengan masuknya Davin ke ruangannya ini, kar
Setelah berkata seperti itu, Alex langsung pergi, tinggallah Vania yang wajahnya menjadi pucat saat mendengar kata-kata Alex tadi."Maafkan aku Davin, nampaknya, aku telah mencelakakan kamu. ternyata lawanmu itu, seorang petarung, ugh.... maafkan aku," kata Vania sambil memegang tangan Davin.Saat ini, Vania sangat khawatir dengan keselamatan Davin, apalagi, dirinyalah yang telah membuat Davin terlibat dalam pertarungan itu.Davin tidak berkata apa-apa, dia hanya memandangi wajah cemas Vania, karena dalam kecemasan Vania saat ini, wajahnya malah semakin cantik jelita di mata Davin."Awh... Van... Vania, kamu harus melihat ini," kata Rani terdengar panik. Vania pun langsung meninggalkan Davin dan berjalan mendekati Rani."Ada apa sih?" tanya Vania."Tadi kan, aku kepo, setelah mendengar kata-kata Alex tadi. Aku pikir, itu cuma bualan Alex saja. Terus, aku langsung searching tentang Ardy di Google, dan ternyata, Ardy itu, memang juara tinju kelas menengah saat di Harvard. Dia berhasil
"Bukan urusanku!" kata Vania tegas."Iya, Van. Itu memang betul. Dia memang cuma sedang mencari jam tangannya yang jatuh di bawah meja, saat dia datang menyerahkan laporannya. I swear," kata Ardy sambil mengangkat telunjuk dan jari tengahnya ke atas."Tadi kamu bilang dompet, sekarang jam tangan, yang benar yang mana?" tanya Vania sambil tertawa-tawa, sementara Rani dan Lenny, juga ikut tertawa tapi karena takut sama Ardy, mereka memilih untuk menahan mulut mereka dengan tangan."Eh...oh... yang benar dia sedang mencari dompet dan jam tangannya, dua-duanya jatuh. gitu ceritanya. I swear," kata Ardy gelagapan."Sudahlah. gak perlu capek-capek jelasin itu. Aku gak peduli kok, kalian boleh berbuat sesuka hati kalian. Oke.""Gak gitulah, Van. Aku tetap harus jelasin soal tadi, karena memang tidak seperti terlihat, gitu loh, Van," kata Ardy masih ngotot."Ya udah. Aku datang untuk meminta sesuatu padamu, bisa gak?" tanya Vania."Apa itu, beb. Demi kamu, apapun akan kulakukan. Katakan saja