Patricia dan Karin memutuskan untuk mengajak Mama berjalan-jalan di Central Park yang jaraknya sekitar satu jam setengah dengan naik bus. Selama perjalanan, Mama hanya diam saja sambil mendengarkan cerita-cerita panjang Karin sambil menggenggam erat kedua tangannya. Matanya sama sekali tidak pernah lepas menatap Karin, sepertinya dokter itu benar, Mama merindukan semua anak-anaknya dan kehadiran kami semua bisa membuat Mama lebih kuat dan semangat lagi.“Apa kalian sama sekali tidak menganggapku ada? Aku benar-benar sakit hati karena kalian hanya mengobrol berdua saja sejak tadi, aku benar-benar tidak dianggap.” Patricia pura-pura merajuk pada mama yang duduk bersama Karin di kursi seberang sebelah kiri.“Kamu sejak tadi hanya diam saja dan menatap keluar jendela, kupikir kamu tidak mau bergabung dengan Mama dan mengobrol, jadi kita biarkan saja dia sendirian. Benar kan Ma?” Karin mulai memperlihatkan sifat manjanya di hadapan Mama.“Dari tadi kalian hanya mengobrol berdua saja tanpa
“Kenapa kamu meninggalkannya sendirian untuk membuang sampah?! Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak meninggalkannya walau sedetik saja?! Kenapa tidak menunggu aku kembali dan kamu bisa membuang sampah itu? sekarang bagaimana kita mencarinya di tempat seluas ini?!”Patricia memarahi Karin yang begitu ceroboh meninggalkan Mama sendirian hanya untuk membuang sampah yang lokasinya memang tidak begitu jauh dari tempat kami duduk tadi. Karin menelpon Patricia ketika Patricia baru saja menyelesaikan urusannya di toilet dan mengabari kalau Mama hilang. Patricia langsung berlari menemui Karin karena dia mendengar teriakannya di kejauhan. Karin tertunduk merasa bersalah, orang-orang yang sedang lewat juga memerhatikan kami berdua dengan raut penasaran.“Maaf, aku tidak seharusnya memarahimu di tempat umum seperti ini. Aku panik dan takut Mama tidak bisa ditemukan.” Patricia menepuk bahu adiknya pelan, menenangkan adiknya sekaligus dirinya sendiri. Matanya mencari-cari keberadaan ibunya yan
Dokter Malvin datang sedikit lebih lama dari yang seharusnya, dia memakai kendaraan pribadi yang harusnya bisa datang lebih cepat karena tidakperlu memutar jalan seperti naik bus. Patricia memakluminya karena ada pasien rumah sakit yang membutuhkan penanganannya.“Apa dia akan terus seperti itu, dokter? Tidak ada cara lain untuk menenangkannya? Dia sudah menangis cukup lama, aku khawatir Mama akan…” Patricia tidak mau menduga-duga hal yang buruk pada ibunya sendiri.“Tidak apa-apa, dia masih memiliki kemarahan yang sangat besar pada suaminya dan sudah memendamnya terlalu lama. Begitu dia bertemu dengan sosok yang mirip, dia ingin melampiaskan semua pada orang itu dan tentu saja pemicunya adalah orang yang sangat mirip dengan orang yang membuatnya seperti ini, begitu juga dengan yang terjadi di rumah sakit beberapa waktu yang lalu.”Dokter Malvin menenangkan mama dengan merangkulnya dan mengelus lengannya pelan, tangis Mama perlahan semakin mereda sejak dokter Malvin datang. Patricia d
Ternyata orang yang dimaksud oleh Madam Gracia memang Sean Fernandes yang waktu itu. Pria berengsek yang hampir membuat Patricia nyaris mati karena hampir menabraknya dengan mobil, menggoda dan sekarang Patricia kembali berhadapan dengan orang itu di tempat ini. Nasib baik memang tidak pernah berpihak padanya. Dia melihat lelaki itu sedang bersenang-senang dengan beberapa wanita dengan pakaian yang sangat minim.“Yang lain saja, masih banyak yang lain untuk melayani orang itu selain aku,” tolak Patricia mentah-mentah. Dia sama sekali tidak mau berurusan dengan orang itu lagi.“Kamu menolak orang seperti itu? dia akan memberikan uang tips yang sangat besar jika kamu mengantarkan minuman atau melayani kebutuhannya selama dia di sini. Aku tahu kamu sedang butuh uang, manfaatkanlah selagi tidak merugikanmu,” usul Madam Gracia.“Aku memang butuh uang, tapi bukan berarti aku mau melakukan apa pun. Selain itu aku tidak mau mendekati seorang playboy, apa lagi dia menggunakan kekayaan orang tu
“Wanita jalang, sepertinya kamu tidak puas sudah merebut Papa dariku dan sekarang kamu bersenang-senang dengan lelaki lain di belakangnya? Aku yakin uang yang kamu pakai disini adalah uang Papaku,” ucapku dengan tak kalah sinis darinya. Dari dulu, aku ingin sekali menampar, memukul dan merusak wajahnya yang sok cantik ini.“Dengar anak sialan, Papamu yang lebih dulu mendekatiku, memberikan semua yang dia punya padaku. Tentu saja aku tidak bisa menolak pemberian gratis, kita diajarkan untuk tidak menyia-nyaikan pemberian orang lain apa lagi itu barang yang sangat bagus dan berharga.” Wanita ini menjambak rambut Patricia. Dia tidak sudi seujung rambutnya disentuh oleh wanita jalang ini, dengan sangat sengaja Patricia memelintir tangan jalang itu sampai dia mengaduh kesakitan.“Aku sama sekali tidak keberatan Papaku memberikan barang atau uang padamu, aku akan menganggapnya sebagai sumbangan karena kamu tidak mampu untuk menghidupi dirimu sendiri. Tapi kamu yang menggoda Papaku dan merus
Katanya orang itu sudah menunggu di meja dekat bartender, tapi ketika Patricia datang tidak ada satu pun orang yang mencarinya. Patricia celingak celinguk mencari orang itu, siapa tahu dia berada di tempat lain tapi tidak ada yang menunggunya. “Apa ada orang yang menungguku di sini? Madam Gracia bilang aku harus menemui seorang lelaki.” Patricia bertanya pada seorang bartender yang sedang mengelap meja. “Memangnya ada yang ingin menemuimu? Kamu yang anti dengan lelaki itu?” tanya sang bartender sambil menatapku heran. Ya, Patricia memang dikenal anti lelaki oleh beberapa orang yang bekerja di sini. “Madam Gracia yang menyuruhku untuk menemui seorang lelaki di sini,” balas Patricia. Dia tidak peduli dengan tatapan menelisik dari bartender itu. “Apa kamu sekarang sudah mulai berubah? Mau mendekati mereka karena uang?” tanyanya pada Patricia. “Jangan salah paham! Aku hanya menemaninya berbicara saja, bukan untuk hal yang lain. Jika Madam Gracia tidak menyuruhku aku juga tidak akan ma
Patricia memandangi sejumlah uang yang berada di tangannya seolah uang ini akan bertambah jika dipandangi terus seperti itu. lima ratus dolar? Orang itu memberi Patricia lima ratus dolar untuk ongkos taksi? Apa dia tidak berlebihan memberikan uangnya? Hanya perlu dua puluh dolar untuk ongkos taksi tapi dia memberi uang dengan sangat banyak. Selain itu dia juga menelepon perusahaan taksi langsung untuk mengirimkan taksi di depan Athena klub secepatnya. Sepertinya dia mau menyombongkan kekayaannya karena kudengar dia adalah pimpinan dari satu perusahaan yang sangat besar.Tak lama kemudian Patricia sudah sampai di depan rumahnya dan kebingungan memikirkan sisa uang yang ada padanya. Patricia ingin mengembalikannya tapi bagaimana caranya karena dia sama sekali tidak memiliki kontak lelaki itu. Jika dia menggunakan uang ini untuk kepentingannya, Patricia takut suatu saat bertemu dengannya lagi lelaki itu akan menagihnya, memintanya untuk mengembalikan semua yang dia pinjamkan padaku terma
“Siapa kalian?” Patricia sedikit takut melihat beberapa orang tinggi besar datang ke rumahnya. Suara berdebum tadi ternyata suara pintu rusak yang jatuh ke lantai. “Beraninya kalian datang dan merusak rumahku? Ada urusan apa kalian kemari?”Meski dia ketakutan, Patricia tidak mau memperlihatkan ketakutannya di depan orang-orang asing yang datang ke rumahnya entah untuk apa.“Pintu rumahmu sudah sangat rapuh saat kami mencoba masuk ke dalam,” jawab salah seorang uang berdiri paling depan.“Kami sudah bertahun-tahun tinggal di sini, tidak mungkin rumah kami serapuh itu. Sekaran gada keperluan apa kalian datang kemari?” di belakangku, Karin mencengkram erat lenganku. Patricia bisa merasakan ketakutan adiknya, namun dia harus tetap tenang agar adiknya juga tidak terlalu takut.“Ah, Boss menyuruh kami untuk mengirimkan makanan pada kalian.” Begitu orang di depan Patricia mengatakan hal seperti itu, beberapa orang di belakangnya maju dengan membawa beberapa kotak besar yang berisi makanan.