Patricia terdiam beberapa saat, dia sadar apa pun jawabannya bisa jadi merugikan dirinya. Terlebih lelaki ini bisa saja memanfaatkan dan memanipulasi situasi yang terjadi.“Apa pun, aku akan melakukan apa pun asalkan kedua adikku aman dan selamat dari ancaman Evelyn. Orang seperti dia pasti tidak main-main dengan ucapannya bukan? Aku juga tidak boleh setengah-setengah untuk melindungi keluargaku. Akan kulakukan apa pun untuk melindungi mereka,” ucap Patricia sambil menatap pada Sean.“Kau yakin dengan jawaban yang keluar dari mulutmu itu? Apa pun, berarti aku berhak meminta sesuatu darimu tanpa penolakan sama sekali bukan?”Patricia kembali terdiam, dia seperti sadar sudah mengucapkan hal yang salah dan ingin menarik ucapannya kembali.“Kau ragu dengan jawabanmu bukan? Ingin menariknya kembali? Tapi apa yang sudah terucap tidak bisa kau tarik kembali. Jadi aku bertanya sekali lagi padamu, apa kau yakin dengan jawabanmu itu?”“Aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak punya uang, tidak p
Patricia keluar kamar mandi dengan memakai jubah mandi dan handuk yang melilit kepalanya. Dia melihat Sean masih berada di situ dengan sebuah laptop di pangkuannya. Merasa heran karena sudah semalam ini orang itu masih saja bekerja dan dia juga tidak pernah melihatnya beristirahat sedikit pun, sekadar ketiduran di tempat kerjanya pun tidak pernah.“Apa yang ingin kamu bicarakan denganku tadi? Kamu bilang ada yang ingin dibicarakan setelah aku mandi, sekarang aku sudah selesai. Jadi apa itu?” Patricia datang menghampiri Sean lalu terhenti. “Jangan menatapku seperti itu! Atau aku akan melempar kepalamu dengan vas bunga ini!”Patricia mengambil vas bunga kecil yang terletak di meja terdekatnya dan bersiap melemparnya ke kepala Sean.“Apa gunanya mata jika tidak untuk melihat, Patcy. Ternyata seperti itu dirimu setelah mandi, menarik,” godanya pada Patricia. Patricia yang takut segera merapatkan jubah mandinya.“Kapan pelayanmu itu membawakan baju untukku?” tanya Patricia.“Mungkin sebent
Sudah selama dua minggu ini Patricia menjadi kekasih sewaan dari seorang Sean Fernandes. Banyak perubahan yang terjadi di hidupnya, termasuk gaya pakaian dia yang biasanya sederhana dan murah berubah menjadi fashionable dan bermerek mahal. Tak hanya itu, dia juga mendapat perawatan ke salon setiap akhir pekan. Dia benar-benar berubah dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.“Tidak, hari ini aku tidak bisa menginap di tempatku. Aku dan Karina ingin menjemput Mama pulang dari rumah sakit jiwa,” tolak Patricia pada permintaan Sean yang memintanya untuk menginap kembali di rumahnya.“Ya. Dokter Fhadh menyarankan untuk perawatan di rumah agar kondisi ibuku lebih stabil lagi. Katanya, jauh dari keluarga bisa membuat kondisinya naik turun. Dokter Alvin juga dulu menyarankan hal ini tapi aku tidak mendengarkannya dan memilih sibuk bekerja. Jadi, aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama kali ini,” beber Patricia Panjang lebar.“Kalau begitu nanti aku akan kirim makanan untuk kalian berdua,”
“Apa yang ingin kamu bicarakan sampai membawaku ke taman rooftop?” tanya Patricia. Dia sama sekali tidak menyangka ada taman rooftop seindah ini.“Berapa dia membayarmu?” wanita itu menatap marah pada Patricia.“Apa maksudmu? Ah, jika maksudmu gajiku sebagai asisten pribadinya itu hampir tiga digit,” jawab Patricia.“Katakan padaku berapa dia membayarmu untuk menjadi teman kencannya? Aku akan membayarmu dua kali lipat jika kau mau menjauhinya,” perintahnya.“Kenapa kamu ingin aku menjauhinya? Harusnya kamu yang menjauh darinya karena dia milikku.”Kata “milikku” yang diucapkan Patricia membuat perempuan Bernama Oliv itu tersulut emosi.“Jaga kata-katamu jalang! Dia tidak akan pernah menjadi milikmu!”“Kamu yang jalang! Sudah tahu dia memilihku masih saja terus menyangkal! Seharusnya kamu sadar diri!”Tangan kanan Oliv terangkat dan menampar keras pipi Patricia sampai menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Tak hanya diam, Patricia juga turut membalas apa yang wanita itu lakukan padanya
“Tolong gantikan aku sebentar saja! Hanya dua jam, aku janji hanya dua jam. Ibuku sedang tidak baik-baik saja di rumah sakit, perawat bilang mereka butuh aku untuk menenangkannya. Ayolah Julia, aku akan mentraktirmu makan malam nanti!” Patricia memohon pada rekan kerjanya untuk menggantikannya sementara dia pergi. Pihak dari rumah sakit tiba-tiba saja menelpon dan memberi tahu bahwa episode ibunya kembali terjadi. Emosinya tidak stabil dan menyerang semua perawat yang datang mengurusnya.“Hari ini aku ada kencan dengan Erick. Aku dan dia sudah merencanakannya jauh-jauh hari lalu kau datang menghancurkan rencana kencanku. Dia sangat sibuk, aku tidak tahu kapan kami akan berkencan lagi,” omel Julia. Dia sudah melotot kemudian mengentakkan kakinya kesal.“Aku tahu aku salah, tetapi aku tidak bisa membiarkan ibuku dalam kondisi seperti itu. Nanti malam aku akan mentraktirmu makan steak enak di restoran, aku janji! Tolong gantikan aku sebentar saja.” Patricia tampak pasrah, tahu lagi harus
“Kak, apa besok bisa datang ke pertemuan orang tua di sekolah? Kakak tidak perlu datang jika sibuk, aku akan memberi tahu guruku bahwa kakak sibuk dan tidak bisa datang,” ujar Karina adik bungsuku.“Jam berapa pertemuan itu dimulai? Kakak mungkin bisa datang setelah jam makan siang,” aku sibuk menyiapkan sarapan untuk adikku.“Pertemuannya jam sebelas siang, tenang saja kamu masih sempat datang di saat-saat terakhir, Kak. Tapi apa benar tidak apa-apa kau datang? Bagaimana dengan pekerjaanmu, kakak pasti sangat sibuk,” sahut Karin sambil mengunyah french toast yang dioles dengan madu dan juga buah stroberi sebagai topingnya.“Tidak apa-apa, aku satu-satunya keluargamu yang bisa datang di setiap kegiatan sekolahmu. Will sedang berada di tempat yang jauh. Dia pasti sangat sibuk sebagai mahasiswa tahun pertama, jadi dia sepertinya tidak akan pulang,” Aku selesai mengemasi sarapan sekaligus makan siangku. Kuminum susu cokelat yang menjadi favoritku sampai habis.“Kamu tidak pernah makan a
Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore dan semua pekerjaan selesai tanpa perlu lembur. Semoga saja Crazy Baldie itu tidak datang ke ruangan dan menyuruh untuk kerja lembur menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu masih punya waktu lebih dari satu jam sebelum pergi ke restoran yang menjadi tempat pekerjaan yang lain, tetapi sepertinya harus datang lebih awal karena hampir memasuki jam makan malam.Lagi, hal yang membuat kesal sejak tadi adalah ada beberapa nomor yang tidak dikenal sama sekali terus menerus mengirimkan spam pesan. Isinya hampir sama, berisi ancaman-ancaman yang tidak tahu apa alasannya, tawaran pada sesuatu yang sudah jelas merupakan suatu penipuan. Mereka benar-benar tidak lelah mengganggu orang lain dengan cara seperti ini.“Tricia? Kamu sudah pulang?” ternyata Julia yang memasuki ruanganku.“Juli? Kupikir yang datang Thomas si Crazy Baldie,” aku muncul dari tempat persembunyianku dengan penuh kelegaan.“Memangnya dia selalu datang ke ruanganmu setiap jam pulang
Itu bukan urusanmu untuk menyuruhku berhenti bekerja. Aku ingin bekerja di mana pun, berapa pekerjaan yang aku lakukan semua itu bukan urusanmu.” Rupanya dia ingin aku keluar dari sini. Tapi apa masalahnya sampai aku harus keluar, memangnya dia siapa?“Jangan serakah Patricia, perusahaan tempatmu bekerja adalah perusahaan multinasional yang memiliki banyak bisnis salah satunya adalah ritel supermarket terbesar. Gajimu pasti puluhan juta dari tempat itu, kenapa kau mau bekerja paruh waktu yang bahkan gajinya sangat jauh dari tempatmu bekerja sekarang.” Milla terus menekan agar Patricia keluar bekerja dari tempat ini dengan terus mengungkit gaji dari perusahaan tempatnya bekerja.“Kenapa mengaturku harus bekerja di mana. Sudah kubilang aku bisa bekerja di mana saja, tentang gajiku itu bukan urusanmu. Kamu tidak perlu tahu kenapa aku mengambil pekerjaan lain selain menjadi karyawan perusahaan. Bagaimana kamu bisa tahu profil perusahaanku, apa sebelumnya kamu juga bekerja disana?” cecarku