“Sejak kemarin ada beberapa orang yang tinggi besar bolak-balik di depan rumah. Orang itu melihat ke rumah kita. Aku takut itu adalah sekelompok penjahat yang akan merampok rumah,” jawab Karin.“Tenang Karin, jangan takut. Apa kamu sudah menelpon polisi? Teleponlah polisi jika orang-orang itu datang lagi. Julia masih menginap kan? Aku akan meminta dia untuk menjemputmu saat pulang sekolah. Tutup pintu dan jendela rapat-rapat jika kamu sendirian di rumah, oke?” Patricia menenangkan Karin yang masih cemas karena orang-orang asing yang mengawasi rumah mereka.“Besok aku pulang, jangan terlalu khawatir.” Patricia mematikan teleponnya. Dia menarik napas lalu mengeluarkannya sekaligus.“Ada masalah lagi di rumah, untungnya besok kita sudah pulang. Kenapa semua masalah hidup selalu terjadi padaku, Allan,” keluh Patricia pada Allan.“Semua orang punya masalah Tricia, mereka punya masalah sesuai dengan porsinya sendiri. Jadi bagaimana, mau pulang ke hotel atau jalan-jalan sebentar?” tanya Alla
Julia membawa Karin ke dalam kamar dan menenangkannya yang masih terus menangis sesegukan dan juga ketakutan. Dia masih belum menyadari bahwa Patricia sudah pulang. Sambil menunggu Karin lebih tenang, Patricia membereskan rumah yang sangat berantakan, bahkan tidak ada satu tempat pun untuk melangkah. Lebih baik membereskan barang pecah belah dulu yang ada di depannya, bahaya jika ada yang lewat lalu menginjak pecahan beling. Patricia memunguti dulu pelan-pelan pecahan kaca yang cukup besar dan memasukannya kedalam keranjang buah yang kosong untuk sementara.“Apa kamu punya kantung plastik? Aku harus membuang pecahan-pecahan ini sebelum terinjak oleh orang lain dan membuat mereka terluka.” Suara Allan membuat Patricia tersadar bahwa dia masih ada disini dan belum pulang.“Allan, maaf. Kamu bisa pulang saja dan beristirahat, kamu tidak perlu ikut membantuku membereskan tempat ini.” Patricia memegang kedua kepalanya dengan raut yang frustasi dan malu. Allan melihat kondisi rumah yang san
Tidak habis pikir bagaimana ada orang yang menggunakan namaku untuk meminjam uang dengan jumlah sebesar itu. Lalu bagaimana caranya aku mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu kuang dari dua puluh hari? Haruskah aku merampok bank? Mencuri? Memikirkannya saja sudah membuat kepalaku pusing dan ingin meledak. Jangankan satu milyar, untuk sehari-hari saja aku sudah sangat berhemat agar bisa hidup satu bulan sampai ke bulan berikutnya aku menerima gaji. Aku bahkan sudah tidak bisa menabung lagi karena kondisi keuanganku sudah sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan tiga orang, pikir Patricia. Tanpa sadar dia mulai menangis diam-diam.“Kamu tidak tidur Tricia?” suara lembut Allan yang ada di belakang Patricia membuatnya terkejut, dengan buru-buru Patricia menghapus air matanya.“Aku tidak bisa tidur karena sedang memikirkan sesuatu. Kamu sendiri kenapa belum tidur Allan? apa kamarnya tidak nyaman?” Patricia sama sekali tidak mau menatap Allan, biarkan saja dia melihat punggungnya. Patric
“Jangan-jangan mereka datang lagi,” imbuh Karin dengan ketakutan. Patricia juga takut karena hanya ada mereka berdua yang perempuan di tempat ini.“Masuk ke kamar dan kunci, Karin. Biar aku yang menghadapi mereka, jika ada keributan segera telepon polisi,” balas Patricia. Dia memberanikan dirinya untuk menghadapi orang-orang itu sendirian.“Tidak! Bagaimana jika mereka melukaimu? Lebih baik kita jangan membukakan pintu untuk mereka. Kita telepon polisi saja sebelum mereka masuk!” Karin menahan kakaknya yang ingin berjalan membukakan pintu pada orang-orang jahat.“Tidak apa-apa Karin, percaya padaku. Sekarang kamu masuk ke kamar dan kunci pintunya, Oke? Ingat apa yang aku ucapkan tadi.” Patricia masih berusaha meyakinkan Karin yang terlihat ragu pada keputusannya. Sementara itu suara gedoran dan bel pintu terus terdengar.“Tidak ada waktu lagi. Cepat masuk kamar!” Patricia akhirnya mendorong Karin ke kamarnya. Langkah Patricia begitu berani membuka pintu masuk rumahnya.“Kamu? Untuk ap
Patricia memang sudah melihat sendiri surat yang menyatakan dia dipindahkan ke perusahaan yang lebih besar atas rekomendasi langsung dari CEO. Suratnya bahkan berbeda sendiri dari milik Allan, dia juga mendapat surat untuk direkrut di tempat lain yang lebih besar, tempat yang sama seperti Patricia.“Aku benar-benar iri dengan kalian berdua, kalian mendapatkan tempat bekerja yang jauh lebih baik dengan berbagai fasilitasnya. Jadi kalian berdua akan meninggalkanku sendirian di sini? Padahal kita bertiga baru saja menjadi dekat dan akrab,” keluh Julia.“Yang lebih beruntung justru dia, dia akan bekerja di bawah CEO perusahaan yang baru, mungkin dia akan menjadi seorang asisten manager, personal asisten sekretaris atau apa pun karena suratnya langsung dari CEO. Berbeda denganku yang dipilih perusahaan, aku tidak tahu akan menempati posisi apa ketika di sana. Posisimu sangat aman sekali yang Patricia?” Julia dan Allan menatap Patricia dengan mata yang penuh dengan rasa iri.“Kenapa kalian
“Untuk apa kamu menemuiku disini?” Patricia mengajaknya duduk di bangku panjang yang tidak jauh dari tempatnya bekerja sambilan. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Erick, pacar Julia di tempat ini.“Aku melihatmu sedang mengelap meja dari luar, jadi kuputuskan untuk menemuimu saja. Sekarang kamu bekerja di tempat ini? apa kamu dipecat dari perusahaanmu?” Patricia menatapnya beberapa saat sebelum menjawab pertanyaannya.“Aku tidak dipecat dan aku tidak bisa memberitahumu kenapa aku bekerja disini. Itu urusanku dan kuharap kamu tidak mencampurinya. Dan tolong jangan beritahu siapa pun lagi tentang ini,” pinta Patricia padanya.“Jadi ini rahasia antara kita berdua? Aku merasa senang karena kamu mau membagi rahasiamu padaku. Aku merasa jadi sedikit lebih dekat denganmu,” ujar Eric. Aneh, kenapa dia terus tersenyum padaku sejak tadi?“Hanya beberapa orang saja yang tahu aku mengambil beberapa pekerjaan
“Ah…kamu… emm…” tiba-tiba saja Patricia tidak mengingat namanya.“Kamu sudah melupakanku? Padahal baru beberapa hari yang lalu kota bertemu di perusahaan. Tidak kusangka pegawaiku dengan mudahnya melupakan wajah dan nama boss perusahaannya.” Orang itu sedikit melotot kesal pada Patricia.“Maaf, aku sedang panik jadi aku tidak bisa berpikir dengan benar.” Patricia menenangkan dirinya lebih dulu dengan menarik napas dan mengeluarkannya pelan-pelan sampai tiga kali.“Apa kamu sudah ingat siapa aku?” ulangnya.“Ehem, Sean Fernandez… senang bertemu denganmu disini. Ada perlu apa sampai datang ke kota ini?” tanya Patricia dengan sangat sopan.“Memangnya aku tidak boleh datang kesini? apa kamu pemilik dari kota ini sehingga aku perlu izin darimu?” sepertinya Patricia salah bertanya atau memang dia adalah orang yang sedikit pemarah.“Maaf, tapi
Pandangan semua orang beralih padaku, dari tatapan matanya aku tahu mereka semua bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan calon pemimpin perusahaan mereka, bukan hanya pemimpin tapi juga pemilik perusahaan yang sangat besar.“Senang bertemu dengan anda disini.” Patricia mengabaikan pertanyaan si Crazy Baldie dan menyapa Sean yang sedang menatapnya sambil tersenyum simpul. Dia langsung duduk disamping Allan dan menunggu apa yang akan mereka sampaikan pada kami.“Semua orang yang sudah terpilih dan lulus sudah berada disini, selanjutnya aku serahkan padamu Tuan.” Patricia melihat Crazy Baldie itu memperlakukan Sean dengan sangat hormat dan sopan, entah apa yang sudah dia katakan padanya sebelum Patricia datang. Tapi yakin dia sudah menjilatnya dengan kata-kata manis, berbagai pujian dan juga kebohongan untuk menaikan reputasi dirinya.“Seperti yang kalian tahu, aku sangat tidak pandai berbasa-basi seperti yang biasa d