Patricia memang sudah melihat sendiri surat yang menyatakan dia dipindahkan ke perusahaan yang lebih besar atas rekomendasi langsung dari CEO. Suratnya bahkan berbeda sendiri dari milik Allan, dia juga mendapat surat untuk direkrut di tempat lain yang lebih besar, tempat yang sama seperti Patricia.“Aku benar-benar iri dengan kalian berdua, kalian mendapatkan tempat bekerja yang jauh lebih baik dengan berbagai fasilitasnya. Jadi kalian berdua akan meninggalkanku sendirian di sini? Padahal kita bertiga baru saja menjadi dekat dan akrab,” keluh Julia.“Yang lebih beruntung justru dia, dia akan bekerja di bawah CEO perusahaan yang baru, mungkin dia akan menjadi seorang asisten manager, personal asisten sekretaris atau apa pun karena suratnya langsung dari CEO. Berbeda denganku yang dipilih perusahaan, aku tidak tahu akan menempati posisi apa ketika di sana. Posisimu sangat aman sekali yang Patricia?” Julia dan Allan menatap Patricia dengan mata yang penuh dengan rasa iri.“Kenapa kalian
“Untuk apa kamu menemuiku disini?” Patricia mengajaknya duduk di bangku panjang yang tidak jauh dari tempatnya bekerja sambilan. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Erick, pacar Julia di tempat ini.“Aku melihatmu sedang mengelap meja dari luar, jadi kuputuskan untuk menemuimu saja. Sekarang kamu bekerja di tempat ini? apa kamu dipecat dari perusahaanmu?” Patricia menatapnya beberapa saat sebelum menjawab pertanyaannya.“Aku tidak dipecat dan aku tidak bisa memberitahumu kenapa aku bekerja disini. Itu urusanku dan kuharap kamu tidak mencampurinya. Dan tolong jangan beritahu siapa pun lagi tentang ini,” pinta Patricia padanya.“Jadi ini rahasia antara kita berdua? Aku merasa senang karena kamu mau membagi rahasiamu padaku. Aku merasa jadi sedikit lebih dekat denganmu,” ujar Eric. Aneh, kenapa dia terus tersenyum padaku sejak tadi?“Hanya beberapa orang saja yang tahu aku mengambil beberapa pekerjaan
“Ah…kamu… emm…” tiba-tiba saja Patricia tidak mengingat namanya.“Kamu sudah melupakanku? Padahal baru beberapa hari yang lalu kota bertemu di perusahaan. Tidak kusangka pegawaiku dengan mudahnya melupakan wajah dan nama boss perusahaannya.” Orang itu sedikit melotot kesal pada Patricia.“Maaf, aku sedang panik jadi aku tidak bisa berpikir dengan benar.” Patricia menenangkan dirinya lebih dulu dengan menarik napas dan mengeluarkannya pelan-pelan sampai tiga kali.“Apa kamu sudah ingat siapa aku?” ulangnya.“Ehem, Sean Fernandez… senang bertemu denganmu disini. Ada perlu apa sampai datang ke kota ini?” tanya Patricia dengan sangat sopan.“Memangnya aku tidak boleh datang kesini? apa kamu pemilik dari kota ini sehingga aku perlu izin darimu?” sepertinya Patricia salah bertanya atau memang dia adalah orang yang sedikit pemarah.“Maaf, tapi
Pandangan semua orang beralih padaku, dari tatapan matanya aku tahu mereka semua bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan calon pemimpin perusahaan mereka, bukan hanya pemimpin tapi juga pemilik perusahaan yang sangat besar.“Senang bertemu dengan anda disini.” Patricia mengabaikan pertanyaan si Crazy Baldie dan menyapa Sean yang sedang menatapnya sambil tersenyum simpul. Dia langsung duduk disamping Allan dan menunggu apa yang akan mereka sampaikan pada kami.“Semua orang yang sudah terpilih dan lulus sudah berada disini, selanjutnya aku serahkan padamu Tuan.” Patricia melihat Crazy Baldie itu memperlakukan Sean dengan sangat hormat dan sopan, entah apa yang sudah dia katakan padanya sebelum Patricia datang. Tapi yakin dia sudah menjilatnya dengan kata-kata manis, berbagai pujian dan juga kebohongan untuk menaikan reputasi dirinya.“Seperti yang kalian tahu, aku sangat tidak pandai berbasa-basi seperti yang biasa d
Begitu sampai, Patricia langsung berlari menuju ruang perawatan di lantai tiga dengan membawa kue dan beberapa hal lain kesukaan ibunya. Dia berharap dengan membawa ini semua, ibunya sudah benar-benar kembali seperti dulu, bukan manusia yang hidup seperti batu yang diam saja sambil menatap kosong ke satu tempat. Patricia sangat berharap hal itu benar-benar terjadi.“Mama!” Patricia membuka pintu kamarnya dengan sedikit membanting tapi dia tidak ada di ruangannya. Mungkinkah dia berada di taman? Patricia berlari lagi kebawah menuju taman yang ada di belakang rumah sakit ini. Dia mencari-cari keberadaan ibunya, tapi sepertinya dia tidak ada di mana pun.“Permisi, apa kamu melihat pasien bernama Amber dan dokter Alvine? Aku sedang mencari mereka berdua,” tanya Patricia pada seseorang yang merupakan salah satu petugas rumah sakit ini.“Dokter Alvine? Aku melihatnya sedang berjalan-jalan di taman sebelah barat. Dia sedang menemani bebera
Patricia sama sekali tidak mengerti kenapa orang-orang sangat suka untuk bergosip apa lagi berita yang sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Membiarkan mereka dengan fantasi mereka adalah satu-satunya cara agar gosip itu tidak menyebar menjadi berita yang aneh. Patricia hanya akan kembali menulikan telinganya dan bersikap tidak ada yang terjadi. Seperti biasanya.Entah siapa yang menyebarkan gossip tentang kedekatanku dengan Sean Fernandez di kantor ini. Gosip yang mengatakan bahwa dia menggoda CEO itu dengan menjual dirinya untuk mendapatkan posisi kerja yang bagus. Lalu ada lagi bahwa Patricia meminta Sean untuk menyingkirkan orang-orang yang selalu mengganggu dirinya di kantor. Apa mereka tidak takut menggosipkan seorang Tuan Muda dari perusahaan besar yang bisa memecat mereka kapan saja?“Apa kamu akan membiarkan orang-orang itu bergosip tentangmu Tricia? Kalau itu aku, aku tidak akan membiarkan mereka menggosip diriku, apa lagi membicarakan h
“Sial, kenapa dia tidak mengangkat teleponku!” Patricia benar-benar kesal karena sudah dua kali dia meneleponnya, tapi orang itu sama sekali mengabaikannya setelah mengirim laporan seperti itu. Patricia hanya ingin benar-benar memastikan ini bukan suatu kebohongan. Sekali lagi, jika dia tidak mengangkat teleponnya, aku akan mengirimkan pesan singkat padanya. Dering pertama, dering kedua…sampai dering ke empat tidak dia angkat, Patricia akan mematikan teleponnya. “Halo?” sebuah suara menjawab teleponnya. “Halo, Sean Fernandez?” Patricia ingin memastikan yang menjawab telepon adalah orangnya langsung. “Ya, siapa ini?” “Aku Patricia, orang yang kamu kirimi dokumen tentang adikku. Bisakah aku memercayai itu?” “Patricia? Ah, kamu wanita yang tadi pagi. Sepertinya banyak yang ingin kamu tanyakan padaku, benar bukan? Aku sama sekali tidak menyangka kamu akan meneleponku duluan, tapi kenapa tidak ke nomor pribadiku saja?” sekali lagi Patricia me
“Mungkin saja, mengingat kamu bisa melakukan apa pun dengan power yang kamu punya. Semua hal bisa saja terjadi,” balas Patricia.“Bukankah aku sudah memberi bukti salinan transaksi yang keluar dari kartu kreditku selama tiga hari di tanganmu, maksudnya adikmu? Jumlahnya juga mencapai delapan ratus juta. Kamu bisa membacanya lagi, jika tidak percaya. Apa kamu tidak tahu caranya membaca laporan keuangan?” Patricia memejamkan matanya rapat-rapat begitu mendengar kata ratusan juta keluar dalam beberapa hari.“Aku tahu, tapi tetap saja masih tidak merasa percaya dia bisa melakukan hal seperti itu. Dia sedikit berbeda dari adik perempuanku, tapi aku tidak menyangka dia akan menyulitkanku seperti ini. Benarkah adikku yang melakukannya?” Patricia masih tidak percaya adikku William bisa melakukan hal senekat ini. Bagaimana dia menghamburkan uang sebesar itu dalam tiga hari.“Bukankah disitu ada foto adikmu? Kenapa kamu masih terl