Share

Bab 4. Visi Elara

Elara menghabiskan malam terakhir sebelum pertempuran besar di ruang pribadinya, merenungkan perjalanan yang telah membawanya ke titik ini. Sebagai keturunan klan Valen, dia memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keamanan dan kelangsungan kerajaan. Namun, beban sebagai seorang peramal dan penasihat utama juga memberikan tekanan yang luar biasa.

Sejak kecil, Elara selalu merasakan keanehan dalam dirinya. Di saat anak-anak lain bermain, dia kerap kali tenggelam dalam visi dan mimpi yang terasa sangat nyata. Orang tuanya, anggota klan Valen yang setia, segera menyadari potensi istimewa putri mereka. Mereka mengirimnya untuk belajar di bawah bimbingan seorang penyihir bijak bernama Arion, yang tinggal di pegunungan utara Eldoria.

Arion mengajarkan Elara cara mengendalikan visinya dan menggunakan kemampuannya untuk kebaikan. Dia belajar membaca tanda-tanda alam, memahami aliran energi, dan menguasai sihir pelindung. Namun, Arion selalu mengingatkannya bahwa kekuatan besar datang dengan tanggung jawab besar.

“Kekuatanmu bukan untuk disalahgunakan, Elara,” kata Arion pada suatu hari. “Visimu adalah anugerah, tetapi juga beban. Kau harus selalu berhati-hati dalam memilih jalanmu.”

Kembali ke masa kini, Elara teringat kata-kata Arion ketika dia duduk di meja belajarnya, memandangi kristal ramalannya. Perang yang akan datang akan menentukan nasib Eldoria, dan dia merasa bahwa tanggung jawabnya lebih besar daripada sebelumnya. Sebagai penasihat dan peramal, dia harus memastikan bahwa pasukan Eldoria selalu selangkah lebih maju dari musuh.

Pintu ruangannya diketuk pelan, dan ketika dia membuka pintu, dia menemukan Kael berdiri di sana. Pemuda itu terlihat cemas namun penuh tekad.

“Bolehkah aku masuk?” tanya Kael dengan suara rendah.

Elara mengangguk dan mempersilakannya masuk. Mereka duduk di dekat jendela yang menghadap ke luar kastil, di mana bintang-bintang bersinar terang di langit malam.

“Aku merasa beban ini sangat berat, Elara,” kata Kael, matanya mencerminkan kegelisahan. “Aku takut tidak bisa memenuhi harapan semua orang.”

Elara meletakkan tangannya di bahu Kael. “Kita semua merasa seperti itu, Kael. Tapi ingatlah bahwa kita tidak sendiri. Kita memiliki satu sama lain, dan kita memiliki dukungan dari seluruh Eldoria. Kita hanya perlu percaya pada diri kita sendiri dan pada kekuatan yang kita miliki.”

Kael mengangguk, meski masih tampak ragu. “Bagaimana kau bisa begitu tenang dan percaya diri?”

Elara tersenyum lembut. “Aku tidak selalu merasa seperti itu. Ada banyak malam di mana aku merasa takut dan tidak yakin. Tapi Arion mengajarkan aku untuk mempercayai visiku dan menggunakan kekuatanku untuk kebaikan. Aku yakin kita bisa mengatasi ini bersama.”

Setelah Kael pergi, Elara memutuskan untuk mencari ketenangan di tempat favoritnya di kastil – taman rahasia di belakang menara utama. Taman itu penuh dengan bunga-bunga langka dan tanaman obat, dijaga dengan cermat oleh penyihir taman, Nyssa. Di tengah taman, ada sebuah kolam kecil dengan air yang jernih, tempat Elara sering merenung.

Nyssa, seorang wanita tua dengan rambut perak dan mata yang penuh kebijaksanaan, sedang merawat tanaman ketika Elara tiba. “Malam yang indah, bukan?” kata Nyssa dengan senyum hangat.

Elara mengangguk. “Ya, meski ada banyak kekhawatiran di benakku.”

Nyssa mendekati Elara dan meletakkan tangan di bahunya. “Aku tahu beban yang kau rasakan, anakku. Tapi ingatlah bahwa alam selalu mendukung kita. Setiap bunga di taman ini tumbuh meskipun ada badai. Kau juga bisa melalui ini.”

Elara tersenyum dan merasa sedikit lebih tenang. Dia duduk di tepi kolam, memandang bayangannya di air yang tenang. Dia merenungkan visinya, mencoba mencari petunjuk lebih lanjut tentang musuh dan bagaimana menghadapinya.

Tiba-tiba, air di kolam beriak, dan visi lain muncul di hadapan Elara. Dia melihat bayangan Eirik Draugr dan Marcus Leoric bersekongkol dengan Zarek dari klan Shadowclaw. Mereka merencanakan serangan mendadak dengan menggunakan sihir gelap yang kuat.

Visi itu menghilang, meninggalkan Elara dengan perasaan cemas. Dia segera bangkit dan berlari kembali ke ruang pertemuan, di mana Alaric dan para pemimpin klan lainnya masih berkumpul.

“Kita dalam bahaya besar,” kata Elara dengan napas terengah-engah saat dia tiba. “Eirik, Marcus, dan Zarek merencanakan serangan mendadak dengan sihir gelap. Kita harus bersiap.”

Lord Garrick mengerutkan kening. “Kita sudah memperkuat pertahanan kita, tapi sihir gelap bisa menjadi ancaman besar. Apa yang harus kita lakukan?”

Elara berpikir sejenak, lalu berkata, “Kita perlu memperkuat pertahanan magis kita. Aku akan bekerja sama dengan Lady Seraphina dan para penyihir lainnya untuk menciptakan perisai magis yang kuat di sekitar kastil.”

Lady Seraphina mengangguk. “Aku akan segera mengumpulkan para penyihir. Bersama-sama, kita bisa menciptakan perisai yang cukup kuat untuk menahan sihir gelap mereka.”

Elara juga menyarankan agar mereka mengirim mata-mata untuk memantau pergerakan musuh dan memberikan peringatan dini. Klan Nightshade, dengan keahlian mereka dalam penyamaran, siap menjalankan tugas ini.

Saat malam semakin larut, Elara dan para penyihir bekerja tanpa lelah, menciptakan perisai magis di sekitar kastil. Mereka menggunakan kekuatan kristal yang ditemukan Kael untuk memperkuat sihir mereka, memastikan bahwa perisai itu cukup kuat untuk menahan serangan sihir gelap dari Eirik dan Zarek.

Ketika fajar menyingsing, perisai magis selesai dibuat. Elara merasa kelelahan tetapi puas. Dia tahu bahwa mereka telah melakukan yang terbaik untuk melindungi Eldoria. Namun, dia juga tahu bahwa pertempuran besar masih di depan.

Elara kembali ke ruang pribadinya untuk beristirahat sejenak. Di tengah kelelahan, dia merenungkan peranannya dalam pertempuran ini. Dia bukan hanya seorang peramal dan penasihat, tetapi juga seorang pemimpin yang harus memastikan keselamatan dan keberhasilan pasukannya. Dengan beban tanggung jawab itu, dia bertekad untuk terus berjuang demi masa depan Eldoria.

Ketika pertempuran akhirnya pecah, pasukan Eldoria siap menghadapi musuh dengan kekuatan penuh. Perisai magis yang diciptakan oleh Elara dan para penyihir berhasil menahan serangan sihir gelap, memberikan keunggulan penting bagi pasukan mereka.

Dalam kekacauan pertempuran, Elara terus memberikan petunjuk dan peringatan, memastikan pasukan Eldoria selalu selangkah lebih maju. Dia menggunakan semua kekuatan dan visinya untuk membantu Kael dan Alaric dalam pertempuran.

Kael, dengan kristal bercahaya di tangannya, memimpin serangan balik yang menentukan. Dia mengerahkan kekuatan elemen alam untuk melawan sihir gelap Eirik dan Zarek. Dengan bantuan Alaric dan prajurit Valen, mereka berhasil memukul mundur pasukan musuh.

Di tengah pertempuran, Elara melihat momen yang menentukan. Eirik Draugr, yang penuh dengan kebencian dan amarah, mencoba menyerang Kael dengan sihir hitam yang mematikan. Namun, Elara dengan cepat menangkis serangan itu dengan sihir pelindungnya, memberikan Kael kesempatan untuk melancarkan serangan balasan.

Dengan satu serangan yang kuat, Kael berhasil mengalahkan Eirik Draugr, membuat pasukan musuh panik dan mulai mundur. Marcus Leoric dan Zarek, melihat bahwa pertempuran telah hilang, juga memutuskan untuk mundur, berjanji akan kembali dengan kekuatan yang lebih besar.

Ketika malam tiba dan pertempuran mereda, Elara, Alaric, dan Kael berdiri di atas dinding kastil, memandang medan pertempuran yang kini hening. Mereka telah memenangkan satu pertempuran besar, tetapi mereka tahu bahwa perang masih jauh dari selesai.

Elara merasa lega namun juga penuh tekad. Dia tahu bahwa peranannya sebagai peramal dan penasihat masih sangat diperlukan. Dengan kekuatan dan visinya, dia akan terus berjuang demi masa depan Eldoria, memastikan bahwa kerajaan mereka tetap berdiri kokoh di tengah ancaman yang datang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status