Share

Bab 71

“Sebentar,” ucap Ayah dari dalam rumah.

“Selamat malam, Pak. Benar ini rumah Ibu Anggita?” tanya seorang laki-laki.

Aku hanya mendengarkan dari balik tembok ruang tengah, hanya berani mengintip, tak berani ikut menemui orang itu.

“Iya, benar. Bapak-bapak ini siapa?” tanya Ayah. “Kami dari kepolisian, apa Ibu Anggita ada?” Deg!

Jantungku serasa mau copot mendengar perkataan orang itu, dari kepolisian? Apa mereka tak salah? Apa jangan-jangan Arya yang melaporkanku? Tapi bagaimana dia bisa tahu? Saat itu sepi tak ada orang.

Aku sangat ketakutan. Harus bagaimana ini? Mau kabur pun percuma, Ayah sudah bilang kalau aku ada di sini. Aku menggigit jariku, berjalan pelan menuju kamar.

Aku memeluk Zea erat, perasaanku mengatakan kalau sebentar lagi aku akan berpisah dengan Zea. Aku menangis, menyesali perbuatan gegabahku kemarin. Kalau saja aku tidak mengambil sertifikat rumah milik Arya, Seandainya ... seandainya ... semua itu hanya seandainya saja.

Pintu kamarku terbuka, aku tak menggubris si
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status