Saat adik-adikku suksesPart 41Hari ini Hendi mendapat surat panggilan dari pengadilan agama, Bu Ratri yang menerima surat tersebut begitu bahagia karena Dewi akan menjadi satu-satunya istri Hendi.Entah apa yang membuat Bu Ratri seperti itu, padahal sudah jelas Hendi tidak punya apa-apa, gaji pun mulai bulan ini akan di potong sebesar satu juta rupiah untuk mencicil hutangnya kepada Pak Rusli."Ibu kok girang banget sih?" tanya Dewi heran."Iya dong, artinya Ibu berhasil menyingkirkan Nurma, pokoknya Ibu gak ikhlas kalau si Hendi sukses dan Nurma masih menjadi istrinya.""Iya Ibu menyingkirian Teh Nurma tapi mengorbankan aku.""Maksud kamu?""Kenapa Ibu terus maksa aku nikah sama si Hendi sih? jangankan mau di sentuh lihat mukanya aja aku jijik!""Dengar ya Dewi, maksud Ibu itu baik loh, kalau kamu sampai lahiran nanti belum ada laki-laki yang menikahimu, mau di simpan di mana wajah Ibu hah?""Ya di kepala lah, masa nyimpan wajah di pantat.""Terserah kamu lah, kamu gak paham dengan
Saat adik-adikku suksesPart 42"Jangan sentuh aku, aku bukan wanita murahan seperti yang kamu kira!" Nurma menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Tidak usah munafik, kau pasti butuh uang kan? aku akan bayar lebih dari tarif yang kau pasang, asal puaskan aku!""Tidak, jangan dekati aku!"Saat tubuhnya hampir disentuh, dengan sekuat tenaga Nurma mendorong laki-laki biadab itu sampai jatuh tersungkur.Sebuah kunci tergeletak di bawah ranjang, segera ia ambil kunci itu lalu dengan cepat berusaha membuka pintu, setelah berhasil buru-buru Nurma melarikan diri pergi dari rumah itu.Nurma berjalan begitu cepat, matanya sesekali menengok ke belakang karena takut laki-laki itu mengikutinya.Setelah tiba di pos petugas keamanan Nurma baru merasa lega, akan tetapi dia tidak berani melapor tentang apa yang baru saja terjadi pada dirinya, karena dia tidak cukup memiliki bukti yang kuat."Sebentar amat Bu bertamunya?" tanya petugas keamanan yang tadi menunjukkan jalan."Iya Pak, ada urusan me
Saat adik-adikku suksesPart 43"Hilda, sebentar lagi kamu melahirkan, aku tidak yakin bisa mengurus bayi dan merawat kamu nanti setelah melahirkan, apalagi kata Bidan kemarin kamu ada kemungkinan harus melahirkan di rumah sakit karena darah kamu tinggi, pasti butuh biaya besar, sebaiknya kamu pulang ke rumah orang tuamu!" ucap Lukman pada Istrinya di suatu malam."Kamu ini gimana sih? jadi laki-laki gak tanggung jawab banget, ngehamilin bisa tapi pas udah jadi anak malah nyuruh orang tua aku yang ngurusin, apa gak malu?""Bukan aku tidak malu, tapi daripada kamu dan anak kita kesusahan nantinya karena punya kepala keluarga yang miskin sepertiku.""Kerja keras dong, jangan bisanya cuma pasrah. Ingat ya sampai kapanpun aku tidak akan kembali ke rumah orang tuaku, malu. Mau disimpan di mana wajahku hah?""Tapi yang namanya orang tua pasti memaafkan kesalahan anaknya dan mau menerima kembali apalagi kamu anak satu-satunya!""Gak ngaruh, meskipun punya anak satu mereka juga pasti capek ka
Saat adik-adikku suksesPart 44Karena jatah bulanan yang menurun Yuyun sampai terlilit hutang, dari bank keliling, bank emok, sampai pada orang-orang yang dia kenal.Yuyun berhutang untuk membayar cicilan dan arisan, karena jatah dari Farman tidak cukup untuk menutupi itu semua.Hingga sampai pada titik Yuyun tidak lagi memiliki uang sepeserpun, sedangkan cicilan harus tetap dibayar, seperti bank keliling yang datang setiap hari dan bank emok yang wajib dicicil setiap minggunya, karena jika tidak, sudah habis Yuyun menjadi gunjingan anggota lainnya karena harus menanggung renteng.Yuyun kalang kabut, jangankan untuk menyicil hutang, beras saja dia tidak punya."Jual dong perhiasannya, katanya punya perhiasan banyak, masa setor emok seminggu 75 ribu aja gak bisa!""Katanya suaminya udah sukses di kota, masa nama istrinya ada di setiap bank.""Ayo bayar, kita udah bosen bayar tanggung renteng terus!"Begitulan makian yang Yuyun dapat saat dia tidak mampu menyiapkan uang sebesar 75 rib
Saat adik-adikku suksesPart 45"Apa Bibi Yuli tidak bisa membantuku sedikit saja?""Tidak bisa, mending kamu pergi ke rumah si Deti atau si Sinta, mungkin mereka bisa menampung kalian!" Sama seperti Yuli, Deti dan Sinta merupakan Bibi Hendi. Ketiga bibinya itu adalah adik dari Pak Rahman, Bapak kandung Hendi.Nasib Pak Rahman hampir sama persis seperti Nurma yang rela berjuang demi adik-adiknya sampai tidak punya harta.Perceraian kedua orang tuanya yang membuat Pak Rahman sebagai Kakak tertua mau tidak mau harus berjuang menafkahi ketiga adiknya. Karena kedua orang tua mereka lepas tangan apalagi setelah memiliki keluarga baru.Hendi masih ingat kedua orang tuanya sering bertengkar karena masalah ini, Bu Juju istri Pak Rahman merasa suaminya itu pilih kasih, dan lebih mementingkan ketiga adiknya daripada kebutuhan anak dan istrinya."Hendi juga sepatunya udah jebol, Bapak bilang tunggu panen dulu baru beli sepatu, tapi pas si Sinta yang minta sepatu langsung Bapak belikan sampai ka
Saat adik-adikku suksesPart 46"Ma, bentar lagi Tedi ulang tahun kan ya?" "Tedi tahu dari mana?""Tedi nemu foto ini, terus ada tulisan tanggalnya gitu, ini tanggal lahir Tedi kan?" Tedi menunjukkan selembar foto yang sudah usang, foto itu adalah gambar dirinya saat masih bayi."Iya, ini tanggal lahir Tedi, dan ini Tedi waktu umur 4 bulan, waktu itu Tedi di fotoin sama Mbak Ria, dan Mama minta tolong sama Mbak Ria kalau dia ke kota buat cetak fotonya, kalau gak salah waktu itu Mama bayar sepuluh ribu.""Ma, boleh gak Tedi ulang tahunnya pengen kayak teman-teman?""Kayak gimana emang?""Kalau Mama punya uang, Tedi pengen pas Tedi ulang tahun nanti Mama ke sekolah bawa kue yang ada di lilinnya, terus di bagiin deh kuenya sama Bu Guru dan teman-teman.""Oh gitu, doain ya mudah-mudahan laundry Mama rame jadi bisa dapat uang buat beli bolu.""Iya Ma, semoga laundry Mama rame terus dan makin banyak pelanggannya."Sebenarnya Nurma memiliki cukup uang untuk sekedar membeli kue ulang tahun d
Saat adik-adikku suksesPart 47"Alhamdulilah, akhirnya semua selesai juga!" ucap Nurma saat keluar dari ruang sidang.Dia langsung pulang, tidak mau membuang waktu terlalu banyak, apalagi demi urusan ini laundrynya harus tutup.[Mbak urusanku udah selesai, sekarang lagi di jalan mau pulang, sekitar jam 1 kayaknya udah nyampe laundry] Nurma mengirim pesan pada Mbak Tina, karyawannya.[Oke Mbak, nanti udah dzuhur aku otw laundry]Tempat tinggal Mbak Tina memang dekat, dia ngontrak tidak jauh dari laundry.Setelah pelanggannya bertambah banyak, Nurma kembali mencari kontrakan untuk tempat tinggal, karena ruko yang disewanya itu terlalu sempit jika digunakan untuk tempat tinggal dan tempat usaha.Tedi jarang ikut ke laundry, dia tidak betah karena di tempat usaha Ibunya itu sangat sempit, tidak ada ruang untuknya bermain. Dia lebih suka menunggu di kontrakan meskipun harus di tinggalkan selama seharian penuh oleh Ibunya, tidak jadi masalah baginya.Meskipun sibuk dengan urusan bisnisnya,
Saat adik-adikku suksesPart 48Laundry tutup lebih cepat karena Nurma akan pergi ke rumah Pak Arif. "Udah beres semua di dalam? kabel-kabel udah dicabutin?" tanya Nurma sebelum mengunci rolling door."Udah Mbak.""Duluan ya Mbak Tina!" ucap Nurma sambil menyalakan mesin sepeda motornya.Rumah Pak Arif tidak jauh dari ruko yang disewakannya.Tok tok tokTok tok tok"Assalamualaikum . . . ,""Assalamualaikum . . . ,"Cukup lama Nurma menunggu namun tak kunjung ada yang membukakan pintu."Mba nyari siapa?" tanya seseorang yang keluar dari rumah yang ada di samping rumah Pak Arif."Mau ketemu sama Pak Arif.""Pak Arif sama keluarganya udah pindah keluar kota, baru aja kemarin.""Apa? pindah?""Iya.""Jadi mereka gak akan ke sini lagi?""Enggak kayaknya, rumahnya juga mau dijual katanya.""Ya Allah,""Mba pasti kena tipu Pak Arif ya?""Loh, kok Mba tahu?""Sebelum Pak Arif dan keluarganya pergi, udah banyak orang yang datang ke sini nyari Pak Arif, ada yang nagih hutang, ada yang minta p