“Berhenti bercanda. Apa yang ingin kau katakan?” Kalista bertanya dengan tenang. “Nona Muda, saya akan pergi selama beberapa waktu.” jawab Leon. Kali ini muncul sedikit riak di manik lavender yang biasanya tenang. Kalista sama sekali tak menduga jika hal ini yang akan dikatakan oleh lawan bicaranya. Kendati demikian, gadis itu memang telah menebak sampai beberapa hal. Hanya saja, dia tak menyangka jika pemuda itu akan pergi tanpa tanda-tanda tertentu sebelumnya. “Aku mengerti. Berhati-hatilah.” suasana hati Kalista agak rendah saat berbicara. “Nona Muda!! Saya tidak mau!! Bagaimana saya bisa meninggalkan Anda di dunia yang berbahaya ini seorang diri?” memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, Leon memberi pelukan samping yang lembut. Kalista sebenarnya ingin mencubit kucing hitam yang suka berbuat seenaknya sendiri. Namun mengingat ini mungkin akan menjadi pertemuan mereka yang terakhir dalam beberapa tahun mendatang membuat gadis cantik itu menghentikan dirinya sendiri. “Nona
“Antar dia ke Kediaman Keluarga Lunox. Jangan dengarkan omong kosongnya dan kembalilah setelah secara pribadi menyerahkan pemuda itu pada penjaga di Kediaman Lunox.” titah Kalista. Kusir yang tidak tahu mengapa sang nona muda memiliki ekspresi dingin di wajahnya, “Ba..”“Baik, Nona Muda.” jawab si kusir. Leon yang mengintip dari balik jendela, "Tidak, Nona Muda. Saya mohon tolong pikirkan kembali keputusan Anda.""Nona Muda.""Nona Muda!" suara itu pada akhirnya tenggelam oleh hentakan kaki kuda yang mulai berlari. Setelah selesai mengusir anak pemberontak yang licik dan penuh tipu muslihat, Kalista segera pergi ke perpustakaan.Kedamaian yang didapat entah bagaimana membuat pikiran Kalista terasa lebih jernih. Sejak setahun terakhir, telinganya selalu diisi dengan omong kosong yang tidak berguna. Dan sekarang, akhirnya Ia bisa mendapatkan ketenangannya kembali. Sepertinya Ia harus berterimakasih pada pasangan Tuan dan Nyonya Keluarga Lunox. Mereka tentunya memiliki rasa sungkan y
“Dan alasan mengapa saya berada di sini adalah, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya. Saya ingin menyerahkan hasil ujian akademi Nona Ruliazer.” Putra Mahkota memiliki senyum ramah saat mengatakannya. Setelahnya, pemuda berambut pirang tersebut meminum cangkir di atas meja dengan tenang. Sama sekali tidak menunjukkan ketergesaan apapun. “Dia sengaja melakukannya.” batin Kalista dalam hati. Maksud pertanyaan yang Ia ajukan sebelumnya adalah mengapa Putra Mahkota yang mengantarkan hasil ujian akademi miliknya. Namun pemuda di hadapannya sengaja menggeser arti pertanyaannya menjadi mengapa Putra Mahkota berkunjung ke rumahnya. Alasan mengapa pemuda itu melakukannya, jelas karena perbuatan yang Ia sebelumnya. Dimana dia berpura-pura tidak tahu maksud Putra Mahkota yang ingin berbicara empat mata dengan dirinya. “Jadi dia ingin membalasku. Benar-benar picik.” penilaian sang nona muda terhadap Putra Mahkota semakin rendah. “Granet.”“Aku ingin secangkir teh chamomile. Tolong baw
“Ah, apakah saya belum menyebutkannya?” “Saya adalah ketua dewan siswa. Dan saya menggunakan otoritas saya untuk menjadi perwakilan yang mengantarkan hasil ujian Nona Kalista.” ucap putra mahkota. “Apa?” Kalista hampir tak mempercayai apa yang baru saja Ia dengar. Tidak hanya memiliki akses untuk membawakan hasil ujian akademi miliknya. Pemuda di hadapannya juga menjadi ketua dewan siswa. Apakah ada hal yang bisa mengejutkannya lebih dari dua hal tersebut hari ini? “Tapi Nona Kalista tidak perlu khawatir. Saya sama sekali tidak melihat hasil ujian Anda. Hasil ujian hanya bisa dilihat oleh orang yang namanya tercantum di dalam amplop.” ucap putra mahkota. Seolah belum cukup, pemuda berambut pirang itu kembali menjatuhkan bom lain, “Karena saya bisa menjadi ketua dewan siswa, itu artinya saya juga adalah salah satu siswa di Royal Akademi. Karena kita mempelajari hal yang sama, saya harap bisa bertemu dengan Nona Kalista lebih sering di akademi nanti.”“Tidak mungkin.” balas Kalista
“Hyah!” (Sring.) (Sring.) (Duak!) Tampak dua orang pemuda yang tengah berduel. Suara tabrakan pedang terdengar memekakan telinga. Kendati demikian, keduanya sama sekali tak berniat untuk menghentikan duel. (Sring.) Lelaki yang tampak lebih muda terlihat lebih agresif. Gerakan menusuk dilakukan tepat ke arah jantung. Di sisi lain, pemuda yang lebih tua dapat menepisnya dan melakukan serangan balik. Tendangan ke arah ulu hati tampak kuat. Namun sebelum tendangan itu mendarat, lelaki yang tampak lebih muda itu telah melompat mundur. Menghindari tendakan keras yang dapat menyebabkan cedera serius. (Tap.) Kali ini, tampak keduanya dipisahkan oleh jarak yang tidak terlalu jauh. Peluh terlihat membasahi tubuh. Bahkan pakaian yang dikenakan tampak basah oleh keringat yang terus menetes. Sedetik kemudian, keduanya sama-sama maju ke depan. Dengan satu lompatan, suara pedang kembali terdengar saling beradu. Saat ini, kedua pedang tampak mengeluarkan aura biru yang tampak hampir seru
Pagi yang cerah dengan matahari yang bersinar terang. Para pedagang telah membuka toko mereka dan tengah melakukan tawar menawar dengan para pelangganya. Pasar terlihat ramai dengan setiap aktivitas yang dilakukan. Di sisi lain, jalan utama telah dipenuhi dengan kereta-kereta yang ditarik oleh kuda. Sesekali, terlihat seorang ksatria di sisi kereta.Di Kediaman Duke Ruliazer. Kalista yang bersiap lebih awal dari biasanya telah menyelesaikan persiapannya. Bagaimanapun juga, hari ini adalah hari penerimaan murid baru. Jadi dia bermaksud untuk datang lebih awal. Sekarang, gadis itu tengah dalam perjalanan menuju ke kereta kudanya. Seorang pelayan tampak mengikuti di belakang sang nona muda. (Tap.) (Tap.) (Tap.) Langkah kaki diambil. Dengan setiap langkah, perjalanan mereka pada akhirnya sampai di tempat tujuan. (Ceklek.)Ksatria yang menunggu di sisi kereta membukakan pintu. Dipandu oleh ksatria yng sama, Kalista mengambil langkah untuk menaiki tangga kecil. Pada mulanya semuan
“Leon, kemari!” perintah tegas diberikan dengan nada dingin. “Saya baik-baik saja, Nona Muda.” pemuda berambut hitam memberi senyum menenangkan. “Ke.ma.ri.” Kalista hampir menggerakkan giginya saat berbicara. Suasana santai sebelumnya menghilang. Digantikan dengan ketegangan yang kuat. Sang nona muda menatap begitu dingin. Sedangkan pemuda yang duduk berhadapan dengannya hanya bisa tersenyum kecut. Sebelum duduk di samping sang nona muda. Mengikuti perintah dari gadis cantik bermanik lavender. “Sejak kapan?” Kalista bertanya saat gadis itu memeriksa lengan kanan bagian atas milik Leon. “Kemarin, Nona Muda.” jawab sang pemuda. “Seberapa jauh penyebarannya?” Kalista kembali bertanya. “Itu..” Leon mengalihkan pandangannya. “Leon, jawab pertanyaanku.” Kalista memberi tatapan tajam. “Selain lengan kanan, kaki kiri, dada dan punggung juga memiliki tanda hitam yang sama.” jawab Leon. Kali ini suara yang terdengar lebih rendah. Meski begitu, Kalista dapat mendengarnya dengan jelas
“Kalau begitu perhatian kesehatanmu. Kau yang sehat akan jauh lebih berguna di masa depan.” balas Kalista. “Nona Muda. Bukankah saya mengatakan untuk...”“Oh, siapa ini? Bukankah ini Nona Muda yang katanya sering sakit-sakitan?” tiba-tiba dari arah samping, terdengar suara yang menginterupsi. Sontak, Kalista dan Leon sama-sama menghentikan langkah mereka. Keduanya menatap dingin pada gerombolan gadis yang datang tanpa diundang. “Tolong jaga ucapan Anda, Nona Muda.” orang yang berbicara adalah Leon. Sosok yang seperti pemimpin para gadis awalnya hanya mengarahkan tatapannya pada Kalista. Namun saat Ia melihat ke arah pemuda yang berbicara, dirinya tak dapat menahan diri untuk tidak tertegun sejenak. Ini adalah pertama kalinya Ia melihat keindahan seperti itu. Tampan dan mempesona. Kedua hal tersebut digabungkan tanpa mengabaikan nilai kegagahan seorang lelaki. Terlebih, sosok itu terbilang lebih tinggi dibanding pemuda rata-rata. Memberi kesan jantan dan pelindung. Sebenarnya, bu