“Ah, apakah saya belum menyebutkannya?” “Saya adalah ketua dewan siswa. Dan saya menggunakan otoritas saya untuk menjadi perwakilan yang mengantarkan hasil ujian Nona Kalista.” ucap putra mahkota. “Apa?” Kalista hampir tak mempercayai apa yang baru saja Ia dengar. Tidak hanya memiliki akses untuk membawakan hasil ujian akademi miliknya. Pemuda di hadapannya juga menjadi ketua dewan siswa. Apakah ada hal yang bisa mengejutkannya lebih dari dua hal tersebut hari ini? “Tapi Nona Kalista tidak perlu khawatir. Saya sama sekali tidak melihat hasil ujian Anda. Hasil ujian hanya bisa dilihat oleh orang yang namanya tercantum di dalam amplop.” ucap putra mahkota. Seolah belum cukup, pemuda berambut pirang itu kembali menjatuhkan bom lain, “Karena saya bisa menjadi ketua dewan siswa, itu artinya saya juga adalah salah satu siswa di Royal Akademi. Karena kita mempelajari hal yang sama, saya harap bisa bertemu dengan Nona Kalista lebih sering di akademi nanti.”“Tidak mungkin.” balas Kalista
“Hyah!” (Sring.) (Sring.) (Duak!) Tampak dua orang pemuda yang tengah berduel. Suara tabrakan pedang terdengar memekakan telinga. Kendati demikian, keduanya sama sekali tak berniat untuk menghentikan duel. (Sring.) Lelaki yang tampak lebih muda terlihat lebih agresif. Gerakan menusuk dilakukan tepat ke arah jantung. Di sisi lain, pemuda yang lebih tua dapat menepisnya dan melakukan serangan balik. Tendangan ke arah ulu hati tampak kuat. Namun sebelum tendangan itu mendarat, lelaki yang tampak lebih muda itu telah melompat mundur. Menghindari tendakan keras yang dapat menyebabkan cedera serius. (Tap.) Kali ini, tampak keduanya dipisahkan oleh jarak yang tidak terlalu jauh. Peluh terlihat membasahi tubuh. Bahkan pakaian yang dikenakan tampak basah oleh keringat yang terus menetes. Sedetik kemudian, keduanya sama-sama maju ke depan. Dengan satu lompatan, suara pedang kembali terdengar saling beradu. Saat ini, kedua pedang tampak mengeluarkan aura biru yang tampak hampir seru
Pagi yang cerah dengan matahari yang bersinar terang. Para pedagang telah membuka toko mereka dan tengah melakukan tawar menawar dengan para pelangganya. Pasar terlihat ramai dengan setiap aktivitas yang dilakukan. Di sisi lain, jalan utama telah dipenuhi dengan kereta-kereta yang ditarik oleh kuda. Sesekali, terlihat seorang ksatria di sisi kereta.Di Kediaman Duke Ruliazer. Kalista yang bersiap lebih awal dari biasanya telah menyelesaikan persiapannya. Bagaimanapun juga, hari ini adalah hari penerimaan murid baru. Jadi dia bermaksud untuk datang lebih awal. Sekarang, gadis itu tengah dalam perjalanan menuju ke kereta kudanya. Seorang pelayan tampak mengikuti di belakang sang nona muda. (Tap.) (Tap.) (Tap.) Langkah kaki diambil. Dengan setiap langkah, perjalanan mereka pada akhirnya sampai di tempat tujuan. (Ceklek.)Ksatria yang menunggu di sisi kereta membukakan pintu. Dipandu oleh ksatria yng sama, Kalista mengambil langkah untuk menaiki tangga kecil. Pada mulanya semuan
“Leon, kemari!” perintah tegas diberikan dengan nada dingin. “Saya baik-baik saja, Nona Muda.” pemuda berambut hitam memberi senyum menenangkan. “Ke.ma.ri.” Kalista hampir menggerakkan giginya saat berbicara. Suasana santai sebelumnya menghilang. Digantikan dengan ketegangan yang kuat. Sang nona muda menatap begitu dingin. Sedangkan pemuda yang duduk berhadapan dengannya hanya bisa tersenyum kecut. Sebelum duduk di samping sang nona muda. Mengikuti perintah dari gadis cantik bermanik lavender. “Sejak kapan?” Kalista bertanya saat gadis itu memeriksa lengan kanan bagian atas milik Leon. “Kemarin, Nona Muda.” jawab sang pemuda. “Seberapa jauh penyebarannya?” Kalista kembali bertanya. “Itu..” Leon mengalihkan pandangannya. “Leon, jawab pertanyaanku.” Kalista memberi tatapan tajam. “Selain lengan kanan, kaki kiri, dada dan punggung juga memiliki tanda hitam yang sama.” jawab Leon. Kali ini suara yang terdengar lebih rendah. Meski begitu, Kalista dapat mendengarnya dengan jelas
“Kalau begitu perhatian kesehatanmu. Kau yang sehat akan jauh lebih berguna di masa depan.” balas Kalista. “Nona Muda. Bukankah saya mengatakan untuk...”“Oh, siapa ini? Bukankah ini Nona Muda yang katanya sering sakit-sakitan?” tiba-tiba dari arah samping, terdengar suara yang menginterupsi. Sontak, Kalista dan Leon sama-sama menghentikan langkah mereka. Keduanya menatap dingin pada gerombolan gadis yang datang tanpa diundang. “Tolong jaga ucapan Anda, Nona Muda.” orang yang berbicara adalah Leon. Sosok yang seperti pemimpin para gadis awalnya hanya mengarahkan tatapannya pada Kalista. Namun saat Ia melihat ke arah pemuda yang berbicara, dirinya tak dapat menahan diri untuk tidak tertegun sejenak. Ini adalah pertama kalinya Ia melihat keindahan seperti itu. Tampan dan mempesona. Kedua hal tersebut digabungkan tanpa mengabaikan nilai kegagahan seorang lelaki. Terlebih, sosok itu terbilang lebih tinggi dibanding pemuda rata-rata. Memberi kesan jantan dan pelindung. Sebenarnya, bu
“Nona Muda, apa gadis yang menyebarkan rumor adalah orang yang sama dengan gadis yang mendekatiku di ruang ujian tertulis?” saat tinggal dua orang yang tertinggal, Leon bertanya pada Kalista. “Itu benar.” sang nona muda tidak berniat untuk menyembunyikan apapun. “Maaf, Nona Muda. Ini semua salah saya.” Leon memiliki ekspresi yang bermasalah. “Itu bukan salahmu. Sebelum kau bertemu dengan gadis itu, aku sudah bertemu dengannya. Dan juga, itu bukanlah pertemuan yang baik. Jadi, kau tidak perlu merasa bersalah.” ucap Kalista. “Terlebih, bukankah sebelumnya kau yang merengek untuk diberi keadilan?” lanjut gadis cantik itu. “Nona Muda..”“Kenapa Anda sangat keren? Jika terus begini, kapan saya bisa melampaui Anda?” Leon bertanya antara rasa kagum dan rendah diri. “Entahlah. Mungkin seribu tahun lagi.” balas Kalista saat gadis itu mulai melangkah kembali. “Nona Muda, bagaimana Anda bisa mengatakan hal seperti itu?” di belakang, Leon berlari mengejar. ***Upacara penyambutan murid bar
“Kau lihat itu, Leon. Aku tidaklah sebaik yang kau pikirkan.” “Melihat gadis itu diejek ataupun dicemooh, aku sama sekali tidak merasa kasihan. Bahkan, aku senang dengan penderitaan yang gadis itu alami.” Kalista berbisik lirih pada pemuda yang berdiri sangat dekat dengan dirinya. Setelah mengucapkan hal tersebut, gadis cantik itu hendak berbalik untuk pergi. Namun tiba-tiba, telapak tangannya dipegang oleh seseorang. “Itu tidak benar, Nona Muda. Bagi saya, Anda adalah gadis terbaik di dunia. Anda menyelamatkan saya dan Anda tidak pernah memperlakukan saya dengan buruk. Bagi saya, itu semua sudah cukup. Saya tidak perduli dengan apa yang terjadi pada orang lain.” suara itu terdengar lembut dan penuh perhatian. “Jadi, tolong jangan terlalu keras pada diri Anda sendiri.” Leon berkata dengan tulus. “Anak bodoh.” ucap Kalista sebelum pergi. Kali ini, Leon tak menghentikan kepergian gadis itu. Hal tersebut dikarenakan Ia melihat senyum tipis di bibir Kalista sebelum gadis itu pergi.
“Apa Anda tahu sesuatu tentang profesor yang ingin menjadikan Nona Kalista sebagai murid pribadi?” “Saya khawatir Anda akan ditipu karena tidak mengetahui apapun.” ucap putra mahkota lembut. Ekspresi pemuda itu masih ramah. Namun, entah bagaimana Kalista merasa adanya atmosfer yang memberatkan. Sebenarnya, kalimat yang diucapkan oleh pemuda di hadapannya sangat tepat sasaran. Bahkan setelah Connie mencari tahu lewat guild informasi, tak ada satupun yang berhasil menggali latar belakang Profesor Ray. Itu memang membuatnya agak terganggu, tapi bukan berati Ia akan memilih untuk berada di pihak putra mahkota hanya karena hal tersebut. “Karena kita bisa dibilang terhubung dalam ikatan pertemanan, saya akan memberitahu Anda beberapa hal. Bagaimanapun juga, saya sudah berada di Akademi ini lebih lama dibandingkan Nona Kalista. Jadi, saya mengenal beberapa profesor dengan baik.” “Pada dasarnya, profesor yang dapat memiliki murid pribadi adalah seseorang yang telah mencapai bintang 6 ke