Dia seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Rachel mencoba memutar kembali memorinya dan sedetik kemudian dia membuang kembali pemikiran tersebut. Rachel berjongkok untuk merendahkan tubuhnya dan berkata dengan lembut,“Ok, tanya saja.”“Kenapa mau menyerang keluarga Hutomo?”Setiap kata yang terucap dari bibir Eddy terasa bagaikan belati tajam. Pertanyaan tersebut membuat Rachel tercenung di tempatnya. Anak ini merupakan malaikat penolongnya, sehingga ketika Rachel bertemu lagi dengannya membuat dia sangat bahagia.Namun saat ini perasaan bahagianya lenyap tak bersisa. Dia baru menyadari sorot tatapan bola mata anak ini terlihat sangat dingin ketika menatapnya. Mata tersebut tidak sama seperti binar mata milik anak berusia empat tahun.Bibirnya terkatup rapat dan berkata, “Kenapa kamu tahu tentang keluarga Hutomo?”“Shania Hutomo, dia adalah mamaku,” kata Eddy dengan suara datar tetapi terdengar dingin. Dia terlihat cukup tenang ketika mengucapkan kalimat tersebut, tetapi Rachel ju
Setelah berpisah dengan Rachel, Eddy pergi ke rumah sakit. Shania masih terkulai lemas di atas ranjang pasien. Wajahnya terlihat sedikit berbinar ketika melihat Eddy yang baru saja masuk.“Eddy, Mama tahu kamu pasti anak yang paling berbakti. Mama bahagia sekali kamu mau datang ke rumah sakit untuk menjenguk Mama. Hal yang paling beruntung dalam hidup Mama adalah sudah melahirkan anak sepintar dan sebaik kamu.”Dia menarik tangan Eddy dan menggosok telapak tangan kecil itu dengan cukup kuat. Eddy yang merasa tidak biasa dan tidak nyaman langsung menarik tangannya dan berkata, “Ma, Mama nggak perlu mikirin urusan di kantor lagi. Mama rawat diri dengan baik.”“Bagaimana mungkin nggak perlu mikirin?” ujar Vrilla yang duduk di samping ranjang pasien.“Eddy, sekarang mama kamu sudah diusir dari Rapat Pemegang Saham, Rachel akan masuk ke perusahaan dengan lancar. Nggak lama lagi, Hutomo Group akan jatuh ke tangan Rachel. Kalau sampai saat itu tiba, nggak akan ada gunanya lagi kita berbuat ap
Kedua bola mata Shania melebar sambil mengangguk dengan sekuat tenaga. “Mama sangat mencintai Papa kamu dan juga kamu serta Darren. Mama ingin sekali menjadi keluarga kalian semua! Tetapi Papa kamu justru nggak sudi melihat Mama. Mama benar-benar takut dia menikah dengan perempuan lain dan membuat kalian memiliki mama tiri!”“Mama takut nanti mama tiri itu justru menyiksa kalian dan jahat dengan kalian. Dia akan membuat kalian melupakan Mama yang menjadi ibu kandung kalian ….” Kalimat ini merupakan apa yang ada di dalam hati Shania sekarang. Dia menangis sambil mengucapkan kalimat tersebut.“Papa sudah menghabiskan waktu Mama selama lima tahun dan memang itu adalah kesalahan Papa. Hari ini aku akan bicarakan hal ini ke Papa,” ujar Eddy sambil bangkit berdiri dan kembali berkata, “Mama istirahat saja dan tunggu kabar dari aku.”Setelah mengatakan kalimat tersebut, Eddy melangkah keluar dari kamar.Wajah Shania tampak sumringah sambil menggenggam tangan Vrilla dan berkata dengan girang,
Ronald masuk ke rumah dan disambut oleh pelayan dengan mengambil tas kerja milik lelaki itu.“Pak, Den Darren sedang belajar dan Den Eddy baru saja kembali.”Ronald mengangguk sambil mengganti sepatu kerjanya. Meski dia baru saja kembali dari kantor, lelaki itu tetap masih mempunyai segudang kesibukan untuk diselesaikan. Dia membuka pintu dan menemukan sosok Eddy yang duduk di sofa sambil menunggunya.“Pa, ada waktu buat bicara?” tanya Eddy sambil mengangkat wajahnya.“Kamu mau bicara tentang apa?” tanya Ronald.Putra sulungnya ini sangat mirip dengan dirinya. Baru berusia empat tahun, tetapi sudah menjadi seorang pemimpin yang sangat luar biasa. Dia bisa bersikap begitu sabar menghadapi sikap Shania karena perempuan itu telah memberikannya seorang keturunan yang begitu sempurna.“Aku ingin membicarakan tentang Mama.”Ucapan Eddy membuat wajah Ronald berubah menjadi dingin secara mendadak. Dengan jengah dia membuka ikatan dasi di lehernya dan berkata, “Apa yang harus dibicarakan lagi t
Eddy yang ada di samping diam-diam menghela napas lega.***Setelah Rachel menjemput kedua anaknya, dia tiba di depan rumah milik keluarga Winata. Setiap minggu di hari jumat, di rumah keluarga tersebut akan ada acara. Oleh karena itu, Rachel sengaja memilih datang di hari kamis.Hanya ada Rima dan Roy yang ada di rumah. Di meja makan sudah tersusun rapi makan malam mereka hari ini.“Nenek, Om,” sapa Michael yang menggandeng Michelle sambil berjalan masuk.Rima mengelus kepala kedua anak kecil itu dan tersenyum lembut sambil berkata, “Michael makin lama makin ganteng. Michelle juga makin cantik.”“Nenek, jangan terlalu memuji,” ujar Rachel.“Sebenarnya Michael anaknya sangat pemalu, setelah masuk sekolah guru-guru dan orang tua murid selalu memuji dia ganteng. Sekarang dia merasa luar biasa bangga,” kata Rachel lagi.“Ma, aku mana ada bangga!” seru Michael dengan wajah memerah.“Iya, kamu nggak bangga. Kamu hanya narsis saja!” balas Rachel sambil terbahak dan mencubit pipi bocah lelaki
Tangan perempuan itu berada di lengan Ronald. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup Rachel, dia berada di satu acara yang sama dengan lelaki itu. Hal ini merupakan sesuatu yang dia impikan selama empat tahun ini. Akhirnya malam ini terkabulkan.Rachel tahu pasti Eddy sudah mencari Ronald dan membicarakannya. Oleh karena itu, lelaki ini membawa Shania menghadiri acara yang begitu penting.Malam ini perempuan itu tampak berdandan secara khusus. Dia mengenakan gaun dengan taburan berlian dan juga kalung berlian edisi terbatas yang baru saja dikeluarkan. Selain itu, tangannya menenteng sebuah tas kulit kecil yang hanya ada satu di dunia ini. Dandanannya membuat dia menjadi perempuan yang paling menarik perhatian dalam acara malam ini.Shania mengangkat dagunya tinggi-tinggi dan dengan bangga menerima tatapan dari semua orang. Dalam dunia perbisnisan semua orang tahu kalau Ronald tidak begitu suka menghadiri acara formal seperti ini. Meski dia datang, lelaki itu selalu datang seorang dir
Ronald memperkenalkan klien sepenting ini pada dirinya. Apa maksud dari lelaki itu? Apakah Ronald telah menganggapnya sebagai orang sendiri?Pemikiran tersebut membuat senyuman di bibir Shania semakin lebar. “Pak Alec selain rambutnya yang tipis, sebenarnya pribadinya cukup tampan.”Perempuan itu mulai melayangkan pujian pada lelaki di depannya ini. Alec yang baru saja dipuji oleh perempuan cantik otomatis bahagia hingga rasanya melayang ke langit ke tujuh.“Bu Shania yang merupakan perempuan benar-benar cantik. Aku sering menghadiri banyak acara di Suwanda dan baru pertama kalinya melihat perempuan yang jauh lebih cantik dari bintang dan bulan di angkasa,” ujar Alec balas memuji.Senyuman di bibir perempuan itu membuat kedua matanya semakin menyipit. Perempuan mana yang tidak suka dipuji apalagi oleh seorang pengusaha sukses? Dia menunduk sambil menahan senyum sambil menunjukkan ekspresi malu-malu.Ronald meneguk setengah gelas alkoholnya dan berkata, “Bu Shania baru saja keluar dari
Ronald berkeliling dari luar dan setelah itu masuk kembali ke dalam ballroom. Pemandangan pertama yang menghampirinya adalah sosok seorang perempuan yang tengah dikelilingi oleh banyak lelaki.Perempuan itu memiliki kulit seputih susu. Cahaya lampu yang menerpa wajahnya menunjukkan rona merah di pipinya dan juga membuat bibir merahnya berkilat. Perempuan itu mengenakan gaun terusan berwarna putih yang simpel dengan model ketat hingga ke daerah pinggang.Kedua kaki jenjangnya berdiri di atas sepatu hak dengan betis yang begitu ramping dan mulus.Sedetik kemudian Ronald paham kenapa orang-orang banyak yang tertarik dengan bagian tungkai milik perempuan. Karena ternyata ada beberapa orang yang memiliki kaki indah hingga membuat orang lain sulit mengalihkan tatapannya.Dia menyesap minumannya dan menarik pandangannya dengan berat hati. Akan tetapi dia menemukan senyuman Rachel yang menghiasi wajah indah perempuan itu. Rachel tengah tersenyum dengan para lelaki yang mengelilingi.Sebersit p