Mendengar pernyataan Tui Lau, Feng Guang hanya mengangguk saja sambil tersenyum lebar."Mohon maaf untuk semuanya, alangkah baiknya sekarang kita makan saja dulu. Kebetulan putriku dan para penduduk lainnya sudah menyiapkan makanan lezat untuk kalian semua," kata tetua desa dengan sikap ramah."Terima kasih banyak, Tetua. Kami merasa berhutang budi kepadamu," jawab Feng Guang sambil menjura.Tetua desa hanya tersenyum saja, kemudian bangkit dan langsung mengajak Feng Guang, Jui Shin, dan tiga orang pendekar dari kelompok Yanmar agar segera bergabung dengan para pendekar mantan anggota kelompok Sekte Iblis Merah untuk makan bersama di sebuah saung yang ada di samping kediamannya.***Keesokan harinya ....Feng Guang dan Jui Shin pamit kepada tetua desa dan semua penduduk desa tersebut. Siang itu, mereka langsung meninggalkan desa Buihang menuju desa Shengcun bersama para pendekar mantan anggota kelompok Sekte Iblis Merah yang sudah menyatakan diri siap bergabung dengan kelompok Sekte H
Secara serempak semua pendekar yang ada di tempat tersebut langsung menjura hormat kepada Lei Cuan."Maafkan kami, Suhu," ucap mereka secara bersamaan.Lei Cuan hanya mengangguk, kemudian berkata lagi, "Untuk saat ini, kalian harus fokus menjaga wilayah kota Yuanzi dengan baik. Harus kalian ketahui bahwa kerajaan ini sedang dalam keadaan tidak baik, terutama yang terjadi di kota Yuanzi. Tentara kerajaan sudah tidak dapat dipercaya lagi, sebagian dari mereka sudah mulai terpengaruh oleh hasutan para pejabat yang kontra dengan pemerintah kerajaan.""Baik, Suhu. Orang-orang kita sudah tersebar di berbagai pelosok kota Yuanzi, mereka akan selalu memantau kondisi terkini di wilayah masing-masing," jawab salah seorang pendekar yang dipercaya sebagai ketua dari kelompok para pendekar Sekte Hu Yui Se yang bertugas di desa Shengcun dan juga di distrik-distrik yang ada di seluruh kota Yuanzi.Pria senja itu hanya tersenyum-senyum saja, kemudian mengangguk pelan dan langsung menghentakkan kakiny
Menjelang matahari terbenam, Feng Guang dan Suhu Yin sudah meninggalkan istana. Mereka pulang dengan menunggangi kuda masing-masing.Saat tiba di kota Yuanzi, Feng Guang berpisah dengan Suhu Yin. Ia saat itu hendak menemui seorang pembuat pedang yang ada di kota tersebut. Sementara Suhu Yin terus melanjutkan perjalanan menuju pulang ke desa Shengcun.Saat tiba di pusat keramaian kota, Feng Guang tampak heran sekali. Di tempat tersebut terdapat banyak tentara kerajaan, mereka berbaris rapi di sepanjang jalan utama dengan persenjataan lengkap."Ada apa ini? Kenapa banyak sekali prajurit kerajaan?" gumam Feng Guang.Penuh rasa penasaran, Feng Guang langsung turun dari kudanya, ia berjalan sambil menuntun kudanya ke arah seorang pria yang tengah berdiri di depan bangunan kuno yang ada di kota tersebut."Mohon maaf, Paman. Apa yang sedang terjadi? Kenapa begitu banyak prajurit kerajaan di sini?" tanya Feng Guang lirih."Mereka sedang bersiap siaga untuk melakukan operasi keamanan ke wilaya
Seiring demikian, tangan pria tersebut bergerak cepat bagai kilat menyambar pergelangan tangan Feng Guang. Tetapi, Feng Guang tak tinggal diam, ia pun bergerak cepat dan balas mencekal pergelangan tangan sang lawan."Kemenangan belum sepenuhnya ada di tanganmu!" bentak Feng Guang langsung memukul wajah pria bertubuh kekar itu.Pria itu mengerang kesakitan dan langsung jatuh di hadapan keempat kawannya. Tampak dari hidung dan mulutnya mengeluarkan darah segar.Empat orang lainnya tampak kaget melihat kehebatan Feng Guang yang sudah melakukan serangan cepat. Padahal saat itu, ia sudah mengalami luka yang lumayan parah."Bedebah, dia benar-benar memiliki ketahanan tubuh yang kuat. Padahal pukulanku tadi sangat telak sekali," gumam pendekar lainnya yang tadi sudah berhasil memukul jatuh Feng Guang."Kita harus menyerangnya secara bersama-sama, agar kita mengetahui titik kelemahan yang ada pada pemuda itu," sahut kawannya.Melihat kawannya berhasil dijatuhkan oleh Feng Guang, sontak mereka
Salah seorang dari mereka kemudian menjawab dengan sikap ragu-ragu, "Silakan saja, Anak muda. Kau mau bertanya apa?""Aku ingin mencari seorang tabib, apakah di desa ini ada tabib yang bisa mengobati luka dalam?"Kedua orang itu saling berpandangan, sepertinya mereka menaruh kecurigaan terhadap pemuda asing yang ada di hadapan mereka.Melihat sikap dua orang laki-laki yang ada di hadapannya seperti itu, Feng Guang hanya tersenyum saja. Lalu kembali menangkupkan kedua telapak tangannya sambil membungkukkan badan penuh hormat."Aku baru saja bertarung dengan sekelompok orang pendekar di kota Yuanzi dan aku mengalami luka yang lumayan parah. Aku mohon bantuan kalian untuk mengantarkan aku Kepada seorang tabib," jelas Feng Guang. "Aku harap kalian sudi menolongku," sambungnya penuh harap."Sepertinya, pemuda ini benar-benar sedang butuh pertolongan. Kau lihat saja wajahnya, lebam dan berdarah," bisik salah seorang dari kedua pria itu."Baiklah, aku akan mengantar dia ke rumah Tabib Hong."
Pagi harinya, Feng Guang sudah meninggalkan rumah Tabib Hong Than. Saat itu kondisinya sudah benar-benar pulih, rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah tidak terasa lagi.Saat Feng Guang berpacu dalam kecepatan tinggi, mendadak ia menghentikan laju kudanya, karena melihat ada bayangan putih yang terbang mengikutinya dari belakang.Bayangan putih itu adalah sesosok pendekar wanita, ia meluncur deras ketika Feng Guang sudah menghentikan laju kudanya, kemudian langsung mendarat sempurna di tengah jalan, tepat di hadapan kuda yang ditunggangi Feng Guang.Feng Guang terperanjat, ia tampak kaget sekali melihat sosok wanita cantik yang secara tiba-tiba menghadang perjalanannya. Wanita tersebut mengenakan pakaian serba putih, dengan rambut diikat rapi ke belakang. Ia menyanggul sebilah pedang yang gagangnya berbentuk kepala burung rajawali, penampilannya menandakan bahwa wanita tersebut bukanlah seorang wanita sembarangan."Siapa wanita ini? Kenapa dia menghadang perjalananku?" gumam Feng Guang t
Feng Guang hanya tersenyum saja, kemudian melanjutkan kembali perjalanannya masuk ke dalam desa Shengcun. Tiba di rumah sederhana yang kini menjadi tempat tinggalnya bersama Lei Cuan dan Jui Shin, Feng Guang langsung beristirahat. Kebetulan saat itu, Jui Shin dan Lei Cuan sedang mengawasi para pendekar yang tengah berlatih di halaman barak tidak jauh dari rumah tersebut. Ketika mengetahui Feng Guang sudah pulang, Jui Shin langsung meninggalkan barak dan segera melangkah menemui Feng Guang. "Kak Feng!" teriak Jui Shin sambil mengetuk pintu kamar laki-laki tampan yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya itu. Feng Guang yang sudah tertidur lelap tidak mendengar teriakan dan ketukan pintu dari gadis cantik itu. Feng Guang benar-benar kelelahan setelah melakukan perjalanan berjam-jam. "Rupanya Kak Feng sangat lelah sekali," gumam Jui Shin mengintip dari sela-sela pintu kamar tersebut. "Aku harus membuatkan minuman rempah-rempah untuk Kak Feng, tubuhnya akan menjadi bugar setelah minum
Namun, para pendekar Sekte Butong masih saja diam. Tidak ada satu orang pun dari mereka yang berani maju. Sepertinya mereka merasa takut jika harus melanjutkan pertarungan dengan dua orang pendekar Sekte Yan."Kenapa kalian diam?!" bentak salah seorang pendekar dari Sekte Yan. "Kami tidak akan pernah main-main dengan apa yang sudah kami katakan. Kalian akan kami binasakan jika memaksa untuk tetap melanjutkan perjalanan menuju desa Shengcun!" Matanya membola tajam menatap ke arah para pendekar Sekte Butong.Mendengar perkataan pendekar dari Sekte Yan. Maka para pendekar dari Sekte Butong mulai paham bahwa ancaman tersebut memang benar-benar diucapkan secara bersungguh-sungguh.Dengan demikian, mereka berpikir, jika tidak mematuhi apa yang diminta oleh dua orang pendekar Sekte Yan yang ada di hadapan mereka, itu artinya mereka sudah berani menantang maut."Ancaman mereka sangat berbahaya sekali, apa yang harus kita lakukan?" bisik salah seorang pendekar Sekte Butong kepada kawannya."Ki