Share

Terjebak dalam Formasi Musuh

"Tak ada waktu lagi untuk berpikir, pendekar itu bisa saja menyerangnya saat aku pergi mencari bantuan...." Setelah cukup lama mengamati posisi pendekar itu dari balik pohon, Arya Wiratama akhirnya memutuskan keluar dari tempat persembunyiannya.

Selain karena memikirkan nyawa Ayu yang bisa saja melayang ketika dia pergi mencari bantuan, Arya merasa masih mampu mengimbangi atau paling tidak, mengulur waktu sampai Dharma datang jika pendekar misterius itu menyerang tiba-tiba.

"Saat ini, paman Dharma pasti sedang mencari kami," Ucap Arya dalam hati, sebelum berjalan kearah Ayu.

"Ah, disini kau rupanya... Ayo kita kembali. Apa kau tau jika guru, dan yang lainnya mengkhawirkanmu?" Arya berteriak kencang, sambil sesekali melirik ke arah pepohonan yang ada di sisi kanannya.

Ayu sempat menoleh kearah sumber suara itu, namun dirinya kembali memalingkan wajahnya saat melihat Arya berjalan mendekat.

"Pergilah, aku akan kembali setelah suasana hatiku membaik.." Jawab Ayu datar.

"Tidak... Paman memintaku mencarimu karena kita akan segera melanjutkan perjalanan," Balas Arya cepat.

"Melanjutkan perjalanan? Bukankah kakek tadi mengatakan...."

"Wuuush!"

"Ayu, dibelakangmu!"

Belum selesai Ayu bicara, sebuah anak panah tiba-tiba melesat dari arah belakangnya. Beruntung, Arya bergerak cepat menyambar tubuhnya sebelum anak panah itu menancap di batok kepalanya

"Tap!"

"Bruak!"

Tubuh keduanya seketika bergulingan di tanah. Namun belum sempat mereka bereaksi lebih jauh, belasan panah kembali muncul dari segala arah dan kali ini dengan kecepatan yang luar biasa.

"Belasan anak panah? Gawat, pendekar itu tidak sendirian!"

Arya kembali menarik tubuh Ayu dan bergerak cepat ke salah satu pohon besar yang menjadi titik buta para pemanah misterius itu.

"A..anak panah?" Ucap Ayu terkejut sebelum menatap belasan anak panah yang teetancap di tanah.

"Hei, kecilkan suaramu sedikit atau kita akan ..." Ucapan Arya seketika terhenti saat melihat posisi belasan panah yang menancap di tanah. Walau, terlihat dilepaskan secara acak dari segala arah, tapi jika dilihat lebih teliti posisi anak panah itu seperti membentuk suatu formasi.

"Tidak mungkin! Bukankah ini adalah Formasi panah Cakra Byuha?!!" Wajah Arya langsung memucat saat mengenali formasi, milik kelompok Kalajengking Perak itu. Dia kemudian mendongakkan wajahnya sedikit sebelum melemparkan pedang kayunya ke area terbuka.

"Hei, apa yang kau lakukan dengan pedang kayumu i..."

"Wuuush!"

"Jleb!"

"Jleb!"

Belum sempat Ayu bertanya, belasan panah kembali muncul dari sisi lain dan mengincar mereka.

"Ikuti aku dan jangan sampai kau terpisah!!" Arya dan Ayu kembali bergerak saat lesatan anak panah menghujami mereka. Seperti sedang dikejar pasukan pemanah, sepasang pendekar muda itu berlari sekuat tenaga mencari tempat berlindung, memanfaatkan rimbunnya hutan itu.

Beberapa anak panah yang muncul di tempat tidak terduga sempat hampir memghujam tubuh mereka. Beruntung, Arya dengan sigap melompat ke atas dan berayun diantara ranting pohon yang sudah mengering.

"Cepat, ikuti aku!"

Arya yang bergerak paling depan dan menjadi "tameng hidup" Ayu sesekali merubah arah larinya untuk mengecoh para pemanah itu. Namun, sekuat apa pun dia berusaha, lesatan panah itu selalu berhasil menyudutkaan mereka ke area terbuka.

Seperti sebuah sistem yang saling terhubung satu sama lain, belasan pemanah itu bergerak dan bertukar posisi, mengikuti Arya yang terus menggunakan rimbunnya hutan untuk menghindar.

Menanggapi situsi itu, Arya terpaksa merubah rencananya. Dia melambatkan gerakannya sesaat sebelum menyambar pedang Ayu dan bergerak kearea yang terbuka.

"Pe... Pedangku...."

"Ayu, kita berpencar dan jangan bergerak sedikitpun sebelum aku memberi tanda!"

"Tap!"

Arya melompat cepat kearea terbuka dan langsung disambut oleh belasan anak panah dengan kecepatan tinggi. Sedangkan Ayu yang masih kebingungan segera bergerak ke arah pohon besar untuk berlindung.

Pergerakan dua pendekar muda itu berhasil memecah konsentrasi para pemanah hingga memberi waktu Arya melompat kesemak belukar yang ada didekatnya.

"Wuuush!"

"Jleb!"

Beberapa serangan panah berhasil ditahan Arya menggunakan pedang milik Ayu saat bergerak kedalam semak. Namun, satu lesatan panah yang datang dari sisi kiri luput dari pandangan, dan menancap di kakinya.

"Argggh!"

Arya segera berlari dan bersembunyi di balik pohon besar sambil meringis kesakitan.

"Sial! Andai saja tenaga dalamku sudah kembali!" Umpat Arya kesal sambil mengamati pepohonan dari celah ranting, yang menggelayut dindekatnya.

"Ini jelas Formasi panah Cakra Byuha milik Kalajengking Perak. Namun, apa yang sedang mereka lakukan di tempat ini .... " Ucap Arya dalam hati. Dia sangat yakin para pembunuh itu belum cukup gila, merencanakan penyerangan terbuka di wilayah aliran putih.

Terlebih, ketika sedang menghindari serangan panah mematikan tadi, Arya secara tidak sengaja melihat topeng kemerahan, yang memutupi wajah para pendekar Kalakengking Perak itu.

Kalajengking Perak sendiri adalah sebuah organisasi pembunuh bayaran yang beroperasi di seluruh wilayah Nusantara. Mereka bersedia membunuh siapa pun tanpa pandang bulu selama mendapatkan bayaran yang pantas.

Bisa dibilang, Kalajengking Perak adalah kelompok pendekar terbesar kedua di tanah Nusantara yang tak terikat dengan perguruan manapun, setelah Sayap Iblis.

Anggota Kalajengking Perak dibagi menjadi tiga kelompok kecil, yang semuanya memiliki tugasnya masing-masing.

Kelompok pembunuh topeng Merah yang berada di tingkat paling rendah di dalam organisasi biasanya bertugas membunuh para bangsawan atau rakyat biasa yang tidak memiliki kemampuan bertarung.

Sedangkan kelompok pembunuh topeng putih dan merah bertugas menjalankan misi sulit seperti menghabisi sesama pendekar dunia persilatan.

Arya sendiri pernah beberapa kali bersinggungan dengan kelompok itu dikehidupan pertamanya. Hal inilah yang membuatnya yakin mereka tidak merencanakan penyerangan Ayu, yang hampir semua orang tahu dia adalah cucu kesayangan Sudarta.

"Dilihat dari gerakan mereka yang hanya mengirimkan belasan pembunuh topeng merah, aku yakin bukan kami target yang dituju. Lalu apa alasan para pendekar itu menyerang Ayu dan ...."

"Trang!"

"Aku menemukan gadis itu!"

Arya tersentak kaget saat mendengar suara pedang beradu, dan ketika dia menoleh ke sisi kanannya, Ayu sudah melompat keluar dari persembunyian sambil menahan seragan salah satu pendekar Kalajengking Perak dengan gagang pedangnya.

"Ayu!"

"Wuuush!"

Sesaat setelah Ayu melompat keluar dari persembunyiannya, belasan anak panah kembali muncul, dan menyerang gadis itu dari segala arah.

"Gawat, gadis itu bisa tewas dalam sekejap ..." Arya langsung berlari keluar tanpa peduli dengan serangan panah yang mulai menghujaminya lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status