"Aku tidak akan pernah pergi meskipun kamu memaksaku, Bos!"Irene bersikap manja dan memeluk lengannya sambil berkata dengan lembut, "Maukah kamu menemaniku malam ini?"Owen tidak bisa berkata-kata."Oke?""Baiklah. Jaga tubuhmu. Malam ini... aku akan menemanimu. Namun, kamu harus tahu kalau aku ini masih perjaka. Aku sedang mempelajari seni bela diri bernama Seni Keperjakaan yang ada di Negara Washal. Aku tidak boleh kehilangan keperjakaanku sebelum menguasai seni bela diri ini! Jadi, jangan merayuku!"Irene tersenyum."Baiklah. Kamu bisa memukul pantatku jika aku melakukan hal itu kepadamu."Owen tidak mengatakan apa-apa.Nyatanya, Owen hanya memeluk Irene malam itu. Dia hanya tidur tidak lebih dari dua jam. Namun, mereka tidak melakukan apa-apa. Owen kesulitan untuk menahan berahinya.Irene terus bergerak dalam pelukan Owen dan berbincang dengan Owen. Mereka tidak tertidur sampai pukul dua pagi.Sebelum pukul empat pagi, Owen sudah bangun dan mengenakan pakaiannya. Kemudian, dia me
Tak lama kemudian....Seisi kelas menatap Soren yang tak kenal takut. Hanya saja, keberaniannya itu berasal dari ketidaktahuan."Kamu ingin menantangku?" Akhirnya Owen mengangkat kepalanya dan menatap mahasiswa baru itu yang pindah ke kampus ini dua hari yang lalu.Owen sedang duduk. Namun, dia membuat Soren yang berdiri merasa seperti dipandang rendah.Soren berasal dari keluarga kaya raya dan tahu betul apa yang dia rasakan. Itu menandakan bahwa Owen memiliki jiwa kepemimpinan yang terasah dengan sangat baik hingga membuat orang biasa merasa tertekan."Iya!"Soren takut. Namun, dia tidak ingin bersikap pengecut di depan Fiona.Jadi, dia berkata dengan kasar, "Mari kita bandingkan siapa yang lebih kaya."Seisi kelas mencemooh dengan serentak."Apakah dia bodoh?""Kurasa iya. Dia ingin membandingkan kekayaan dengan orang yang mempunyai Kartu Kredit Tanpa Limit Oflil. Pasti ada yang tidak beres dengan otaknya.""Dia pasti merasa dirinya sangat kaya. Dia lebih payah dari Connor."Sial!
"Baik."Remaja itu menunduk dan berkata, "Tuan Walsh ada di dalam. Kami berhasil menemukan sinyal ponsel Tuan Walsh dengan menggunakan peralatan khusus. Anda tidak perlu khawatir, Tuan Torres. Tidak ada masalah sama sekali.""Bagus."Orang tua itu berkata dengan nada serius, "Siapa pun yang menantang Keluarga Walsh harus mati. Ayo kita pergi."Dia melompati pagar setinggi dua meter, kemudian mendarat di halaman pabrik yang terbengkalai.Empat pria lainnya ikut melompat, lalu memanjat dinding. Mereka tidak bisa melompat setinggi dua meter.Mereka tidak memperhatikan ada tiga kamera mini di dinding sedang merekam gerakan mereka.Irene dan Tim duduk di dalam bangunan pabrik yang sangat besar, mengamati para penyusup itu melalui laptop mereka.Connor berada di dalam pabrik, terikat di sebuah kursi. Dia sebelumnya disiksa sampai pingsan."Mereka hanya berlima. Tidak usah takut. Namun, orang tua itu sepertinya sulit dihadapi.""Dia bisa melompat setinggi dua meter. Di Sembilan Hantu Pencabu
Owen melangkah pergi. Semua orang yang berada di kelas tertawa.Itulah sifat manusia. Tidak ada yang akan menyalahkan orang berkuasa yang membuat kesalahan. Tidak ada yang akan menolong yang lemah.Tidak ada yang mau menolong Soren ketika dia terjatuh."Ayo. Owen sudah pergi. Jadi, kita tidak akan ke ruang belajar.""Ayo, kita kembali dan bermain gim.""Kenapa kalian bermain gim setiap hari? Aku ada pekerjaan paruh waktu. Sana, minggir."Dalam satu menit, kelas sudah kosong. Lima menit kemudian, Soren berdiri."Dia benar-benar memukul wajahku."Soren geram. Dia mengepalkan tinjunya dan terlihat bengis. "Owen, aku akan membunuhmu. Kamu melarang Fiona mendekati pria lain, jadi aku akan mengejarnya. Bisa apa kamu?"Soren sampai sekarang tidak tahu bahwa Fiona melakukannya dengan sengaja. Dia telah dibutakan oleh kebencian.Owen dan yang lainnya berjalan menuju gerbang universitas."Owen, mau ke mana kamu?" Fiona mengejar mereka dengan marah.Maria berbisik, "Owen, bukankah kamu bilang ma
"Apa?"Setelah mendengar ucapan Owen, Connor memekik kaget. Suara Connor bahkan naik satu setengah oktaf meskipun saat itu dia sedang terluka parah dan nyaris mati."Aku sudah menjelaskannya dengan lengkap. Kalau kamu tidak mau bayar, tinggal saja di sini."Owen berdiri tegak dan berpura-pura akan pergi. Dia bahkan melambaikan tangannya dan berkata, "Aku suka menolong orang lain. Namun, aku tidak bisa menghamburkan uangku untuk menolongmu. Kamu bisa tunggu di sini. Aku akan pulang ke rumah dan tidur, lalu aku memanggil polisi untuk membantumu. Nanti, polisi yang akan menyelamatkanmu.""Jangan!"Saat itu, Connor tidak mau menunggu lebih lama lagi. Dia berkata, "Aku akan bayar. Katakan, berapa?"Owen berbalik dan berkata sambil tersenyum, "Tidak banyak. Dua belas miliar rupiah untuk biaya bensin dan tiga puluh tujuh miliar lima ratus juta rupiah untuk biaya sewa lebih dari seratus detektif swasta. Totalnya empat puluh lima miliar rupiah.""Owen, kenapa tidak sekalian rampok saja aku? Ba
"Bisa kita mulai sekarang?"Dari belakang Soren, terdengar suara yang dingin. "Owen memiliki keterampilan bertempur yang kuat, tetapi pasukanku sudah cukup. Pertempuran di Jalur Selatan akan sangat sulit.""Baiklah kalau begitu. Aku harap kamu punya cukup pasukan. Aku menantikan pertempuran hebat darimu dan pasukanmu," kata Soren dengan datar, tetapi dalam hatinya bersemangat karena tidak sabar ingin membalas dendam."Kamu akan segera melihatnya. Jalanan akan dipenuhi pasukanku. Ayo, kita berangkat!"Setelah mendapat perintah, banyak orang tiba-tiba bergegas ke jalan dengan membawa tongkat baja.Jalanan dipenuhi banyak orang, sesuai dengan janji.Ada begitu banyak orang yang membawa senjata dalam waktu bersamaan sehingga suasananya sangat mencekam dan membuat orang biasa ketakutan. Banyak pejalan kaki di pinggir jalan ngeri sehingga mereka bersembunyi di berbagai toko seperti ruang konser kecil maupun panti pijat. Namun, beberapa orang tidak bisa menyelinap untuk bersembunyi karena ad
Tepat saat Soren selesai berbicara, Owen menghabisi orang terakhir dengan pipa baja.Owen lalu berbalik dan matanya yang tajam tertuju pada puluhan anggota geng di belakangnya. Namun, kelompok terakhir itu bahkan tidak berani mengayunkan pisau ke arah Owen.Owen menatap mereka sebelum mencibir, "Bagaimana kalau kalian berbaring dan aku tidak akan menyakitimu?"Tiba-tibaPuluhan pria kuat melempar pisau mereka dan terjatuh. Seorang pria bahkan sampai berteriak, "Ya Tuhan! Kepalaku kena. Sakit sekali!"Luar biasa!Di lantai dua, Soren murka. Dia berbalik dan berteriak, "Felix, orang-orang lemah itu dari Keluarga Kelley. Lihat kelakuan mereka!""Omong kosong!"Felix berteriak, "Mereka bukan anak buah Keluarga Kelley. Mereka orang-orang dari Jalur Selatan.""Sial. Siapa mereka itu tidak penting, kita kekurangan orang sekarang. Apa selanjutnya?" tanya Soren dengan marah.Felix mendengus.
"Aku senilai itu aku hanya punya tujuh belas setengah miliar rupiah," kata Soren sedih.Owen mengabaikan Soren dan menatap Maria. "Maria, apakah kamu punya kartu ATM?""Punya," jawab Maria tanpa ragu."Baguslah!"Owen menunjuk Soren. "Transfer uang itu ke Maria sebagai kompensasi atas kerusakan moral yang dialaminya.""Apa?"Maria dan Soren terkejut bersamaan."Maria, kamu pantas mendapatkannya. Jangan menolak."Owen berkata dengan lembut pada Maria, lalu dia menoleh pada Soren. "Cepat transfer uangnya. Lakukan saja atau aku akan menghajarmu.""Baik!"Lalu, Soren mentransfer semua uangnya pada Maria. Melalui semua kejadian ini, Maria sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan hanya menuruti apa yang dikatakan Owen.Setelah itu, Soren merasa jauh lebih lega. Dia dengan tulus bertanya, "Tuan Green, Nona Lane, bolehkah aku pergi sekarang?""Kamu panggil aku apa?" Maria masih memikirkan uangnya. Soren memanggilnya seperti itu untuk menunjukkan rasa hormatnya, tetapi Maria mera