Share

Kenikmatan Terlarang Keponakan Suami
Kenikmatan Terlarang Keponakan Suami
Author: Zizara Geoveldy

Bercinta Dengan Keponakan Suami

Laki-laki itu bergerak kencang di atas perempuan yang terperangkap di bawah tubuhnya. Irama napasnya terdengar memburu bersama gairah yang membakarnya. Sedangkan perempuan di bawahnya tampak tertekan oleh gerakan beringas laki-laki itu.

“Pi, bisa pelan sedikit?” pinta Audry—perempuan itu. Ia meringis menahan sakit. Cara Jeff—suaminya, mencumbui, membuatnya tidak nyaman.

Alih-alih akan memenuhi permintaan istrinya, Jeff malah marah. Ia tidak suka diinterupsi, diprotes, disela, atau apa pun namanya. Itu hanya akan membuat suasana hatinya jadi memburuk.

“Apa aku menyuruhmu bicara? Sudah berapa kali kukatakan kamu tidak berhak untuk membantah apa pun yang kulakukan. Kamu tinggal ikuti dan nikmati!” sergahnya keras sambil menjambak rambut Audry.

“Pi, sakit … tolong awaskan tanganmu.” Audry meringis lagi. Jambakan keras Jeff di kepalanya membuatnya kesakitan. Ini bukanlah untuk yang pertama. Jeff tidak segan-segan mengasarinya setiap kali ada hal yang tidak berkenan di hatinya. Termasuk saat mereka sedang bercinta.

“Aku ingatkan sekali lagi, jangan pernah membantahku.” Jeff lantas melepaskan tangannya dari kepala Audry setelah perempuan itu memohon berkali-kali padanya.

Pria itu kembali bergerak terburu-buru seperti tadi tanpa peduli pada perasaan wanitanya. Hingga kemudian tubuhnya menegang sempurna ketika mencapai pelepasannya. Detik berikutnya laki-laki itu menarik diri dan menggulingkan tubuhnya ke samping.

Hanya sesaat, ia kemudian bangkit dan memberi perintah. “Sekarang bangun dan pakai pakaianmu. Kita harus segera ke ballroom.”

Meski badan dan kepalanya terasa sakit, Audry mematuhi semua yang dikatakan Jeff. Ia cepat berpakaian sebelum Jeff memarahinya.

Jeff menggandeng Audry dengan mesra memasuki ballroom tempat pesta diadakan. Malam itu mereka menghadiri sebuah pesta kaum old money yang diadakan di ballroom sebuah hotel ternama.

Pria itu menebar senyum pada siapa saja yang ditemuinya dan merangkul Audry lebih erat. Ia ingin menunjukkan bahwa kehidupan pernikahannya begitu harmonis.

Tidak ada yang tahu jika Audry tidak pernah bahagia menikah dengan laki-laki yang berumur tujuh belas tahun lebih tua darinya itu.

Saat itu Audry masih berumur dua puluh dua tahun. Ia terpaksa menikah dengan Jeff lantaran orang tuanya tidak sanggup membayar hutang yang banyak pada keluarga Clayton, nama keluarga Jeff. Keluarga Clayton akan mengambil rumah orang tua Audry yang nilainya tidak seberapa dengan hutang tersebut. Mereka pun terancam akan kehilangan tempat tinggal.

Keluarga Clayton yang kaya-raya akhirnya bersedia menganggap hutang tersebut lunas dengan syarat Audry harus menikah dengan Jeff, satu-satunya anak laki-laki di keluarga tersebut.

Namun sesungguhnya, orang tua Jeff dan para saudaranya tidak pernah suka pada Audry. Mereka juga kerap bersikap kasar dan memperlakukan perempuan itu dengan buruk.

Peggi—mertua perempuan Audry, menatapnya dengan sinis saat melihat Audry muncul.

“Selamat malam, Ma, maaf aku agak terlambat.” Audry menyapa mertuanya dengan ramah.

Bukannya mendapat sambutan hangat ia justru dikasari.

“Jadi kamu juga di sini? Siapa yang menyuruhmu datang?”

“Jeff yang mengajakku, Ma. Aku tidak mungkin tidak ikut.”

”Apa menurutmu pantas hadir di sini?” Peggi memindai Audry dari atas kepala hingga ujung kaki dengan tatapan penuh penghinaan.

“Yang datang ke pesta ini hanya para bangsawan, bukan orang kampung sepertimu.” Estelle—kakak iparnya, ikut-ikutan menghina Audry. “Lihat saja pakaianmu, gaun itu pasti malu melekat di tubuhmu.”

”Tapi gaun ini pilihan Jeff, Kak. Lagi pula ini bukan gaun murah.”

”Aku tahu gaun itu mahal, tapi kamu yang murah. Kamu tidak pantas memakainya. Mau pakai baju semahal apa pun tapi asalmu tetap dari kampung!” Estelle mencebik merendahkan Audry. Lalu perempuan itu dan ibunya pergi setelah meninggalkan tatapan sinis.

Audry terdiam di tempatnya berdiri. Sementara Estelle dan Peggi berlalu pergi dari hadapannya, bergabung dengan tamu lainnya yang merayakan pesta.

Audry gagal menahan air mata. Penghinaan mertua dan kakak iparnya membuat perempuan itu sedih dan merasa terhina. Bukan hanya hari ini, tapi hampir di setiap kesempatan ia mendapat hinaan dari keluarga suaminya.

Di saat orang-orang tengah berpesta, Audry duduk sendiri. Ia menenggak bergelas-gelas minuman. Perempuan itu melampiaskan segalanya karena hanya itu yang bisa dilakukannya. Ia tidak punya tempat untuk mengadu.

Dalam keadaan setengah sadar ia mendapat pesan dari suaminya melalui ponsel untuk mengambil dompet di kamar.

Audry melangkah dengan sempoyongan. Kepalanya terasa pengar. Pandangannya pun mulai nanar.

Audry terus memegang kepalanya. Ia merasa tidak kuat lagi. Tapi perempuan itu bertekad harus berhasil sampai di kamar atau Jeff akan marah dan mengasarinya lagi.

Pintu kamar terbuka. Audry yang mabuk berat tidak tahu kalau ia memasuki kamar yang salah. Ada seorang pria di sana.

Pria itu juga sedang mabuk. Ia tersenyum saat melihat Audry datang. Ia pikir Audry adalah partner one night stand-nya.

Untuk sesaat, Dypta—nama pria itu, terkesima. Semua jauh di atas ekspektasinya. Audry sangat cantik dan seksi dengan gaun malam berbelahan dada rendah. Sementara rambutnya yang panjang ditata dengan gaya messy bun, yang membuat leher jenjang perempuan itu terekspos dengan jelas.

‘Kenapa Jeff ada di sini? Bukankah tadi dia menyuruhku ke kamar untuk mengambil dompet?’ Audry bertanya-tanya sendiri di dalam hati. Ia pikir Dypta adalah Jeff.

”Kamu kenapa di sini?” Audry menyuarakan keheranan di hatinya.

“Karena aku sedang menunggumu.” Pria itu tersenyum seduktif padanya.

“Tapi tadi kamu kan-”

“Ssst, jangan banyak bicara.” Dypta menempelkan telunjuk ke bibir Audry, memintanya untuk diam. Laki-laki itu kemudian menatapnya dengan mesra, sedangkan bibirnya menyunggingkan senyum lembut.

Audry terpana. Ia tidak pernah melihat Jeff menatapnya semesra ini. Suaminya sangat keras dan bukanlah tipe pria yang romantis.

Laki-laki itu lalu mengecupnya. Kecupan yang lembut, hangat dan berirama. Kecupan singkat yang kemudian menjelma menjadi kecupan yang dalam dan bergelora.

Audry masih menganggap laki-laki itu sebagai suaminya. Meskipun terheran-heran atas cara Jeff yang berubah drastis men-treatment-nya.

Laki-laki itu menuntun Audry ke ranjang. Membaringkannya dengan lembut dan perlahan, seakan Audry adalah barang berharga yang akan rusak jika diperlakukan dengan keras sedikit saja.

Laki-laki itu mulai menjamahnya …

Tidak ada gerakan kasar dan cercaan yang keluar dari mulutnya. Dia melakukannya dengan lembut. Matanya yang teduh tiada henti menatap Audry dengan mesra.

Sesekali dia berhenti hanya untuk mengecup kening Audry dan menanyakan apa dia menyakiti perempuan itu.

Audry menggelengkan kepalanya. Tidak. Pria itu tidak menyakitinya. Ia merasa bahagia malam ini. Selama bertahun-tahun menikah dengan Jeff, baru kali ini Audry bisa menikmati saat laki-laki itu mencumbuinya.

Desahan halus mencuri keluar dari mulut Audry ketika laki-laki itu meledak di dalamnya, lalu merebahkan kepala di dada perempuan itu.

Tidak ada sentakan kasar saat dia menarik diri. Laki-laki itu melakukannya dengan perlahan.

“Terima kasih untuk malam yang indah ini,” bisiknya. Lalu mengakhiri romansa mereka dengan mengecup lembut kening Audry.

Audry tersenyum bahagia untuk pertama kalinya. Kemudian mengunci dirinya dalam pelukan hangat laki-laki itu.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status