Walaupun kamar yang Adrian tempati sangat bagus dan nyaman, tapi tidak membuat pria itu dengan mudah terlelap tidur. Setiap memejamkan mata, yang selalu dipikirkannya adalah Kayla. Kira-kira istrinya menunggunya tidak ya? "Aku gak ngabarin apapun ke Kayla, semoga dia gak nungguin aku."Adrian tidak mau terlalu percaya diri menganggap Kayla sedang menunggunya pulang. Toh Ia kan sudah membuat perempuan itu menangis karena mereka akan berpisah. Tetapi semoga saja Kayla itu tidak sampai ke tahap benci kepadanya. "Padahal nanti juga kita akan bersama lagi, tapi kenapa Kayla tidak mau berpisah sebentar ya?" gumam Adrian, "Seharusnya kan aku yang khawatir jika dia ke lain hati."Melihat waktu yang sudah menunjukan pukul dua belas malam, membuat Adrian memaksakan diri untuk tidur. Awalnya cukup sulit, tapi akhirnya Ia bisa juga terlelap. Di besok paginya pukul tujuh an, Adrian baru bangun. "Hoam enak juga tidur di sini," ucap Adrian sambil menguap lebar. Adrian memang masih mengantuk, tap
"Terima kasih kepada semuanya yang sudah berkumpul di sini, menyisihkan pekerjaannya sejenak," ucap Agung membuka pertemuan. Beberapa pria paruh baya yang berada di ruangan itu mengangguk pelan sambil tersenyum. Tentu mereka akan selalu menuruti perintah dari atasannya itu, sepertinya pertemuan tiba-tiba ini pun penting. "Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian, di luar tentang pekerjaan."Terlihat kebingungan dari mereka semua yang berkumpul di sana, jika di luar pekerjaan lalu apa? Tetapi ada juga beberapa yang bisa menyimpulkan saat melihat seorang pria muda yang duduk bersebelahan dengan Agung. Dari tadi dibuat bingung, Kira-kira siapa pria muda itu? "Adrian, ayo kenalkan diri kamu," perintah Agung. Adrian mengangguk lalu berdiri dari duduknya sambil sedikit merapihkan jas. Ia berdehem pelan menghilangkan gugup, kini dirinya lah yang menjadi pusat perhatian di ruangan itu. Adrian harus bersikap tenang dan profesional. "Perkenalkan nama saya Adrian Bagaskoro, mohon
Memasuki kontrakannya yang sepi, membuat Kayla menghela nafas berat. Padahal Ia sempat menduga jika Adrian ada di sini, membuatnya memutuskan pulang dari rumah Ibunya. Tetapi ternyata harapannya terlalu tinggi. "Dia sebenarnya dimana sih?" tanya Kayla kesal sendiri. Tidak ada kabar juga dari Adrian, sekedar pesan ataupun telpon, membuat Kayla frustasi. Kayla juga tidak mau menghubungi pria itu duluan, Ia terlalu gengsi. Lagi pula yang seharusnya minta maaf kan Adrian. "Apa ini?" tanya Kayla melihat sesuatu di atas ranjang. Ia pun duduk di sana sambil membaca tulisan di kertas itu. [Ini adalah keputusan yang berat untuk kita berdua, tapi percayalah hanya sebentar saja. Tunggu aku ya, kita pasti akan bersama lagi. Terima kasih untuk semuanya, bertemu dengan kamu adalah takdir terindah yang pernah aku temui. Percayalah Kay, aku pergi bukan karena tidak mau memperjuangkan cinta kita. Aku akan kembali, semoga hati kamu masih tetap untuk aku. Aku mencintaimu.]Perlahan kedua mata Kayla
Sudah sepekan lamanya Kayla menjalani hari sendirian, tidak ada lagi ada Adrian di sampingnya. Surat gugatan cerai yang pria itu berikan pun sudah di proses, sebentar lagi Ia dan Adrian benar-benar akan berpisah. "Terima kasih banyak Pak karena saya sudah diberikan kesempatan untuk bekerja di sini. Saya akan bekerja dengan baik dan rajin," ucap Kayla semangat. "Sama-sama, apalagi pengalaman kerja kamu sangat bagus. Semoga betah ya bekerja di sini.""Iya."Setelah melamar bekerja ke berbagai tempat, Kayla memutuskan bekerja di sebuah perusahaan terkenal di Jakarta. Ia terbilang cukup mudah diterima, bahkan lamaran pekerjaannya pun diterima semua. Tetapi Kayla tentu harus memilih-milih mana yang paling terbaik. "Besok mulai kerja lagi, ayo semangat Kayla," gumamnya. Saat sedang asik menyemil jajanannya, perhatian Kayla teralih mendengar nada pemberitahuan penting di ponselnya. Itu dari bank yang memberitahu jika ada uang masuk ke kartu ATM nya senilai lima juta rupiah. "Ini pasti d
Adrian menatap laut lepas di depannya, terkadang matanya terpejam menikmati angin bersepoy dan juga pemandangan tenang itu. Saat sendiri seperti ini, Ia selalu memikirkan Kayla. Sungguh sangat merindukannya. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini lagi, bagaimana bisa kebetulan seperti ini ya?"Suara lembut itu, membuat Adrian menoleh dan baru menyadari kehadiran perempuan lain. Adrian hanya tersenyum tipis lalu kembali menatap ke depan. Untuk beberapa saat, keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. "Kenapa pindah?" tanya Adrian. "Aku ingin mencoba melamar di perusahaan Kapal Pesiar ini, tapi ternyata malah bertemu kamu. Sudah lama bekerja di sini?" tanya perempuan itu balik. "Belum, ini baru bergabung.""Aku dengar kamu cucu Pak Agung Bagaskoro. Benar-benar sangat tidak terduga, ternyata kamu dari keluarga berada.""Kami juga baru bertemu, aku juga masih tidak menyangka punya Kakek sesukses dia.""Ternyata keputusan aku pindah kerja kesini benar, karena kita bisa kete
"Hah akhirnya selesai juga," desah Kayla sambil meregangkan badannya yang pegal. Perempuan itu melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukan pukul tujuh malam. Ia lembur beberapa jam, tapi untungnya tidak sampai larut malam juga. Kayla beranjak untuk bersiap pulang, membereskan barang-barangnya. "Loh Kayla, kamu belum pulang?" tanya salah satu atasannya. "Belum Pak, pekerjaannya baru selesai tadi.""Kalau ada kesulitan, jangan sungkan bertanya pada saya. Mungkin saya bisa bantu."Kayla menggeleng pelan, "Tidak perlu Pak, saya masih bisa kok.""Kamu memang pintar."Keduanya turun ke lantai bawah bersama, hanya mereka saja yang berada di lift itu. Untuk menghilangkan kecanggungan, Kayla memilih memainkan ponselnya dan melihat media sosialnya. "Kamu pulang sendiri?" tanya atasannya itu yang bernama Gavin. "Iya Pak, saya pulang biasa naik ojek online saja," jawab Kayla. "Sudah malam, mau saya antar pulang?""Tidak perlu Pak, saya pulang sendiri saja," tolak nya. "Kamu selalu
"Kayla, sudah mau pulang?" tanya Gavin saat keluar ruangan. "Iya Pak.""Mau pulang dengan saya?"Astaga pria itu, tidak lelah memangnya hampir setiap hari menawarkan tumpangan? Sudah tahu akhirnya juga nanti akan Ia tolak. Kayla menggeleng sambil berusaha tersenyum. "Ya sudah tidak apa, nanti lain kali saja ya," ucap Gavin, "Oh iya, ini untuk kamu.""Apa ini?""Kado dari saya, tadi pagi kan saya sudah janji bakalan ngasih kamu kado.""Tapi kan saya sudah bilang tidak perlu.""Tidak apa, sekali-kali. Ayo terima."Karena menolak takut dianggap tidak menghargai, dengan terpaksa Kayla pun menerima paperbag itu sambil mengucapkan terima kasih. Bukannya merasa senang, Ia malah merasa terbebani mendapat hadiah seperti ini dari suami orang lain. "Semoga suka," ucap Gavin. "Iya Pak, kalau begitu saya permisi. ""Hati-hati di jalan."Awal-awal bekerja di sini Kayla merasa nyaman saja, tapi semakin kesini Ia mulai tidak nyaman karena Gavin. Pasti semua orang mulai curiga kepadanya, apalagi s
"Kayla, kamu dipanggil Pak Gavin ke ruangannya," ucap salah satu teman kerjanya memberitahu. "Hah? Sekarang?""Iya.""Huft baiklah."Padahal Ia sedang asik memakan salad buahnya, tapi perintah atasan tentu harus di laksanakan saat itu juga. Kayla terlebih dahulu mengetuk pintu ruang kerja itu, setelah diperintah masuk langsung masuk. Gavin memintanya duduk di depannya lewat lirikan mata. "Ada apa ya Pak memanggil saya?" tanya Kayla. "Siang ini, kamu ikut saya bertemu klien ya.""Maaf tapi saya kan cuma bagian Marketing, kenapa harus ikut ya?" Seharusnya kan yang ikut itu sekertaris Gavin. "Ini permintaan langsung dari klien, mungkin saja dia kenal kamu.""Kalau boleh tahu siapa namanya?""Sayangnya dia meminta saya merahasiakan ini dari kamu, mungkin dia mau memberi kejutan."Kernyitan terlihat di kening Kayla merasa bingung mendengar itu. Klien kerja Gavin itu kira-kira siapa ya? Aneh sekali, kenapa ingin bertemu dengannya. Detak jantung Kayla mulai cepat, perempuan itu tiba-tiba