Share

Saya Pamit

Agni menutup mulutnya, melihat darah yang mengalir deras.

“Ti-tidak... Mbok!!”

Agni berlari sekuat tenaga menghampiri tubuh mbok Inem yang terbaring di tanah. “Tidak, tidak, Mbok... Mbok bangun!” Agni berteriak dengan keras tetapi mbok Inem hanya membuka matanya sedikit, lalu tersenyum.

“Untung saja, mbok tidak terlambat.” Darah mengalir dari dada sebelah kiri, dan celah bibir mbok Inem. Akan tetapi, wanita paruh baya itu tetap tersenyum. “Maafin kelalaian mbok ya, Mbak...”

Agni menggeleng, dia tidak ingin wanita yang selalu menemaninya di masa-masa tersulit, terus menyalahkan dirinya. “Mbok tidak salah. Ini murni kecelakaan.”

Agni terus berbicara dengan mbok inem, sementara Samudera meminta beberapa orang untuk memanggil tim medis.

Tadi, saat keluar dari area hotel, dia melihat ada sebuah klinik didekat sini. Karena kalau mereka memaksa untuk membawa mbok Inem ke kota. Samudera tak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status