Share

Part15

"Oh, itu, Mas, anu. Maaf." Aku merasa gugup. "Tadi Delima juga udah nolak. Tapi Mama maksa, jadi Delima nggak berani ngebantah." Aku membela diri, meskipun juga merasa bersalah tentang apa yang aku lakukan.

"Ya, sudah. Lain kali kalau mau ke mana-mana, bilang sama Mas." Dia mulai sedikit melunak, mendengar kata Mama sebagai alasan.

"Kalau begitu Delima pamit ke kamar dulu ya, Mas." Aku pun pamit dan meninggalkannya.

Memangnya kalau aku bilang mau pergi ke mana, dia mau apa? Nganterin? Bisa-bisa mbak Silvi ngamuk lagi. Seharusnya tadi dia bilang saja mau membelikan aku mobil. Dengan begitu aku bisa bebas ke mana saja yang aku mau. Bahkan bisa membawanya ke kampung saat sudah bercerai nanti.

*

Keesokan harinya aku kembali mengerjakan pekerjaan rumah. Sarapan pagi sudah kuhidangkan di atas meja. Tak lama Mas Raka dan Mbak Silvi muncul dan langsung mengambil tempat duduk.

Meskipun aku bekerja seperti asisten rumah tangga di rumah ini, namun Mbak Silvi dan Mas Raka masih menganggapku sebag
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status