Share

Part52

"Aneh-aneh saja sikap Mas Deni ini. Masa begini aja dibilang pekerjaan. Pakai upah segala. Harusnya kalau cuman begini, Delima yang bayarin Mas Deni, karena udah ngajak Delima keliling kota."

"Ya udah. Kamu yang bayar. Mana?" tanyanya lagi sambil menjulurkan telapak tangan. Aku tercengang. Padahal aku hanya berbasa-basi. Tapi kalau dia tetap mau dibayar, ya mau bagaimana lagi.

"Berapa, Mas?"

Mas Deni menaikkan bola matanya, memikirkan sesuatu. Untung uang yang diberikan Mas Raka masih banyak. Kemarin saat ingin kukembalikan, dengan keras dia menolaknya. Katanya sudah ikhlas dan memang sudah menjadi hakku sebagai istrinya. Padahal aku sama sekali tak ada melaksanakan kewajibanku sebagai istri.

"Berapa apanya?"

"Bayarannya."

"Mas nggak mau dibayar pake uang."

"Terus? Pake apa?"

"Temenin Mas makan. Titik. Nggak pake nawar."

Lho, terus apa bedanya dengan upah yang mau dia kasi tadi? Makin aneh saja sikapnya hari ini.

.

Kami tiba di restoran yang tak jauh dari toko Mas Deni. Tempatnya juga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status