Tanpa terasa, meja sudah dipenuhi piring kosong saja. Sebenarnya Anna sudah kekenyangan di pertengahan karena menunya cukup banyak. Namun Adit dengan tegas menyuruh Anna untuk tetap makan dan menghabiskan semuanya. Katanya, tidak baik jika menyia-nyiakan makanan. Ya sudahlah, salah Anna juga yang memilih satu set menu tanpa melihat ulang seberapa banyak porsinya.
"Ayo kita keluar," ajak Adit.
Saat Anna hendak berdiri, tiba-tiba layar ponselnya berkedip-kedip dan mengeluarkan getaran. Cepat-cepat Anna memeriksa siapa si penelepon, rupanya Raden. Merasa tidak mungkin dia menjawab telepon Raden saat bersama Adit, Anna menolak.
Di lain sisi, ada Raden yang heran. Seharusnya jika Anna bergerak sesuai jadwalnya, jam segini dia sudah bersantai di rumahnya. Tetapi kenapa Anna malah menolak panggilannya? Sekali lagi Raden menekan nomor telepon ponselnya dan mendapatkan suara membosankan yang sama.
Tidak menyerah, Raden membuat ponsel Anna tidak berhenti menyala da
Seperti yang lelaki itu katakan di pesan, dia datang dini hari. Bahkan Anna masih terlelap dalam mimpi saat pintu kamarnya diketuk. Saat mengetahui Raden sudah tiba, dia bergegas mencuci muka dan menggosok gigi. Jantungnya berdetak cepat saat melihat pria yang duduk di sofa dan tengah menggulir layar ipadnya. Ketika mata mereka bertemu, bulu kuduk Anna merinding, jantungnya berdetak cukup kencang. Tatapan mata itu, meski tidak lagi menampakkan sorot kebencian, tapi terasa sangat dingin dibanding akhir-akhir ini. Rasa penasaran berlebihan memang memunculkan petaka, padahal Anna sudah berniat untuk menjadi istri yang lebih baik ke depannya. "Duduk," perintah Raden dengan tegas. Anna duduk di hadapannya sedikit tergesa-gesa dan kemudian menarik nafas panjang. Persidangan singkat langsung dimulai oleh Raden. "Aku menemukan botol racun di tempat pembuangan sampah. Sudah kuduga, kamu sengaja mencelakai diri hanya untuk bertukar tubuh." Malam hari itu, saat
Sebenarnya kehidupan Anna tidak seratus persen tidak mendapat kasih sayang. Beberapa tahun sejak ia lahir, ada orang tua yang sangat memanjakannya. Kakeknya pun memberikan perlakuan terspesial ke dirinya dibanding Elsa. Samar-samar, dia masih ingat beberapa kenangan yang penuh tawa. Ketika Anna membalikkan kepalanya, dia akan mendapati tatapan mata penuh kasih sayang dari dua orang tuanya. Begitu juga saat dirinya menghampiri rengkuhan tangan sang Kakek. Apapun yang dia ceritakan akan didengarkan penuh perhatian. Sebelum kehidupannya berputar 180 derajat, setiap hari hanya dipenuhi canda tawa. Namun, semesta suka mempermainkan seseorang yang bahkan belum menginjak bumi lima tahun secara penuh. Kehidupan yang jahat segera ia dapati di depan mata. Kakeknya sempat menjadi sumber kebahagiaan terakhir setelah orang tua kandung Anna meninggal. Setidaknya Malik dan Masya akan membiarkan dia bermain sesukanya dengan sang Kakek. Selain itu, perlakuan mereka ke Anna ma
"Apa yang ingin kamu katakan sampai-sampai berani untuk pergi ke sini?" Terbalik dengan pertanyaan yang terkesan menyindir, justru Raden memberikan senyuman kecil yang nyaris tak terlihat. Tentu saja Anna melewatkan itu karena sudah jatuh dalam bayang-bayangnya sendiri. Seakan kalimat yang sudah ia rencanakan sebaik mungkin sebelum ke sini tidak pernah ada, wanita itu kelimpungan sendiri. "Aku ... aku ... ingin minta maaf. Setelah aku bercermin seharian, aku sangat menyadari betapa besar kesalahan yang kulakukan kemarin lusa. Maafkan aku, dengan tulus aku berkata." Fyuh, untunglah dia tetap berhasil mengatakannya. Sayang sekali, perkataannya tidak berhasil mengundang respon Raden. Justru pria itu lebih sibuk mengamati tingkah sang istri daripada mendengar ucapannya. Anna menyalahpahami maksud dari tatapan mata Raden, cepat-cepat ia melanjutkan kalimatnya, "Tapi aku sudah terlanjur tahu. Jadi mau bagaimana lagi?" Alis kanan Raden terangkat bing
Menjadi orang yang ditunjuk mendadak sebagai direktur sebuah perusahaan adalah sesuatu yang tidak mungkin bagi siapapun. Apalagi untuk Raden yang saat itu baru berumur tujuh belas tahun. Ini bukan cerita fiksi ala dongeng di mana seseorang bisa meraih kesuksesan di umur yang terlalu muda. Namun, Adit terus berkata, "Tidak apa-apa, Paman akan ada di sisimu. Selain itu, kamu juga tidak langsung menjadi direktur utama. Kamu harus masuk kuliah, kampus terbaik, ke luar negeri, menduduki jabatan sederhana sebelum sungguhan menjadi pemimpin perusahaan itu." Karena Adit merupakan teman akrab Ayahnya yang sangat perhatian, Raden pun percaya. Dia melakukan yang terbaik karena ada beban dari tanggung jawab besar yang kelak diletakkan di punggungnya. Selangkah demi selangkah, tangga demi tangga, hari-hari terus bergulir menjadi baru dalam, matahari terus menerus terbit dan tenggelam. Tiba hari di mana Adit kembali memanggilnya."Ini sudah waktunya. Usiamu saat
Sejak hari meminta maaf, semua terasa lebih melegakan dan menyenangkan. Mungkin hanya Anna yang bisa merasakan hal itu. Biasanya dia tidak hobi menyalakan televisi untuk benar-benar ditonton, tapi karenamood-nya cukup baik, remot yang dipegang sudah menyalakan televisi berukuran 120 inch. Kebetulan saat dia buka, program yang tengah ditayangkan adalah segmen untuk membicarakan para artis. Anna hanya sekedar mengetahui siapa nama artis tersebut dan menilai apakah mereka cukup cantik atau tidak tanpa fokus mendengarkan isi beritanya. Hingga tibalah di salah satu foto artis. Kebetulan, berita mengenai artis itu lebih panjang dibanding artis lain. "Wah, cantik banget! Siapa namanya?" "Melalui penampilan menariknya dalam film berjudul 'Anak Darah', Cathleen Arania berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia. Artis berdarah campuran...." "Oh, pantes aja cantik. Ternyata blasteran," celetuk Anna. Padahal sedaritadi dia tidak memperhatikan
"Sepertinya saya harus segera kembali karena harus mengikuti rapat. Tidak apa-apa jika saya membiarkan anda di sini, kan?" tanya Raden dengan sopan sesudah memeriksa jam tangannya. Tangan Cathleen menyalakan layar ponsel dengan cepat untuk melakukan hal yang sama. Ternyata laki-laki itu sungguhan hanya punya waktu 45 menit saja. Sedangkan sekarang empat puluh menit sudah berlalu sangat cepat dan dia sudah hendak pamit pulang. "Tidak apa-apa," jawab wanita tersebut dengan garis senyuman yang lebar. Saat Raden sudah akan berjalan satu langkah lebih jauh, Cathleen buru-buru menahan tangannya. Raden melihat ke tangan artis dengan tatapan curiga, dengan begitu sang artis langsung menarik tangannya. "Maafkan ketidaksopanan saya." Pria tersebut tidak mengatakan apapun selain membuat garis senyum dan menganggukkan kepala. "Apakah masih ada yang ingin Anda bicarakan?" "Kira-kira ... eum, apa kita bisa bertemu seperti ini lagi?" Anggukan kepala dari pria itu setelah pe
Sebenarnya Raden sudah yakin bahwa dia akan terlalu sibuk untuk bertemu dengan Cathleen lagi. Namun entah kenapa, seperti ada sesuatu yang membuat mereka terus bertemu. Bahkan setelah sebulan berlalu sejak penandatanganan kontrak kerja sama, Raden cenderung lebih sering bertemu dengan Cathleen dibanding istrinya sendiri. Di luar kantor, mereka bisa bertemu secara kebetulan di restoran yang sama. Biasanya Cathleen yang akan menyapa duluan. Jika Raden sedang tidak bertemu siapapun di restoran tersebut, pasti wanita itu menawarkan diri untuk menemani makan. Raden yang sendirian pun akan merasa sedikit tidak enak hati untuk menolak hal tersebut. Mungkin Raden akan merasa kebetulan ini sesuatu yang wajar jika mereka hanya bertemu di luar kantor secara informal. Tapi, ketidakwajaran mulai dirasakan saat Cathleen datang ketika seseorang baru saja membatalkan janji temu dengannya. Setiap kali ditanya kenapa dia ke kantor, ada saja bahasan-bahasan yang menarik mengena
Langkah kaki Anna terhenti ketika dia melewati dua orang dengan tanda pengenal menyebutkan nama yang sangat familiar di telinganya. "Semenjak kita bekerja sama dengan Mbak Cathleen, sepertinya Pak Raden sering makan di luar, ya?" Tentu saja ia menjadi tertarik sekaligus penasaran. Omong-omong Raden masih pemimpin perusahaan ini, kan? Memangnya boleh untuk bawahan membicarakan pemimpin mereka? Atau tidak apa-apa asalkan tidak diketahui orang yang dibicarakan? Ah, entah mana yang benar, Anna sudah terlebih dahulu menarik diri untuk menguping pembicaraan mereka secara diam-diam. Apalagi kali ini nama Cathleen disebutkan kedua kalinya. Orang yang menjadi partner bicaranya setuju dengan gagasan tersebut "Iya. Kata Handi, dia sempat lihat Pak Raden makan dengan Mbak Cathleen. Apa jangan-jangan mereka punya hubungan, ya?" Huh? Berita aneh macam apa itu? “Mungkin aja. Apalagi Pak Raden masih single. Si artis juga masih single. Mereka