Share

Bab 3. Salah Rumah

Meski Mona terus bertanya dan berbicara, Bella terlihat tenang menghabiskan makanannya. Dia juga membiarkan pelayan membersihkan meja memastikan putrinya kenyang baru melihat ke arah wanita yang masih duduk di hadapannya menunggu dia berbicara.

"Ada apa, Kau menemuiku?" pertanyaan pertama Bella mengejutkan Mona.

"Aku sudah bicara panjang lebar bertanya semuanya, bahkan tidak ada yang kamu jawab?" protes Mona.

"Kalau begitu aku pergi."

"Eh tidak tunggu dulu, La?" cegah Mona menghentikan Bella yang hendak pergi.

Bella duduk mencoba mendengarkan apa yang akan dikatakan Mona. Sekarang wanita itu malah menjadi ragu, dia tidak mengira jika bicara pada Bella membuatnya sesulit itu merangkai kata hanya sekedar menyapanya saja.

"Bagaimana kabarmu, orang rumah dan kamu sedang apa di sini?"

"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja. Orang rumah yang mana kau maksud, tidak kah kamu lihat kalau kami sefang makan datang ke sini?" balas Bella.

"Ah iya, maksudku ... Kamu minggat?" Mona melihat dua koper di samping Bella.

"Lebih tepatnya aku di usir."

"Apa, apa orang tuamu setega itu mengusir putrinya?"

"Bukan mereka, tapi keluarga mantan suamiku," jelas Bella.

"Kamu sudah menikah?" Mona semakin terkejut mendengarnya.

Mona tertegun mendapati Bella menatapnya tajam.

"Wajah cantik sepertimu yang paling aku ingat di keluarga!" seru Mona terkesan menerima sikap Bella yang tidak pernah terbuka pada siapapun.

"Apa yang sedang Tante lakukan?"

"Hahaha, Kamu selalu berbicara lugas."

Alih-alih menjawab, Mona melihat ke arah dua koper bawaan Bella. "Kalian mau kemana?" tanyanya.

"Aku sedang cari tempat tinggal," jawab Bella malas.

"Kontrakan. Untuk apa, dia siapa?" Mona tidak menyadari jika Aria adalah anak Bella.

"Dia anakku!" jawab Bella.

"Anak, kapan Kamu menikah?" Mona menahan tawa canggung.

"Yang ada kapan kamu kembali, masih hidup ternyata?"

"Hahaha, pedasnya bicaramu pasti Bella namanya!" tawa Mona.

Tidak ada tanggapan dari Bella, Mona berhenti tertawa dan kembali melanjutkan obrolannya.

"Jadi?"

"Aku sedang cari tempat tinggal dan jangan banyak bertanya," tegas Bella.

"Ck, Kamu ini masih saja sejudes ini. Aku tinggal di dekat sini ada juga tempat yang kosong Kalian tinggal saja di sana," ucap Mona.

"Tinggal?" tanya Bella.

"Iya sepetak," angguk Mona.

Bella berpikir sejenak, dia melihat ke arah Aria yang terlihat sudah kelelahan mencari tempat tinggal. Apalagi mereka memang belum istirahat pasca kembali dari rumah sakit menemani ayahnya yang ternyata malah meninggal.

Mona mengerti situasi saat ini tidak mungkin Bella akan percaya padanya. Apalagi dengan kebaikannya yang tiba-tiba.

"Bagaimana kalau begini saja aku akan memberikan kamu satu tempat dengan uang sewa yang tidak terlalu tinggi untukmu."

"Hmm." Bella menatap penuh tanya.

Mona terdiam memikirkan bagaimana pamannya pernah menitipkan Bella padanya dulu. Tapi dia tidak mengira kalau ternyata keponakannya itu sedang dalam kesulitan saat ini.

"Memang kemana suamimu?" Mona memberanikan diri bertanya.

"Dia meninggal tadi malam," jawab Bella.

Mona tertegun mendengar sembari melihat ekspresi Bella mengatakannya tanpa menunjukan kesedihan apapun padahal tanah kuburan suaminya masih belum kering dan sekarang Bella terlihat santai bahkan makan d restaurant terbaik yang cukup memakan biaya.

"Kau ...."

"Aku tidak akan pergi jika pembahasan tentang suamiku," sela Bella menegaskan.

Reaksi Bella yang begitu tidak mau mengatakan apapun tentang rumah tangganya membuat Mona hanya menghela nafas. Memang bukan bagiannya untuk mencaritahu tentang Bella dan suaminya.

"Lalu, kalian mau kemana?"

"Aku akan mempertimbangkannya," jawab Bella.

"Aku beri Kamu harga termurah, ikut saja denganku jika kamu tidak berpikir untuk kembali ke rumah orang tuamu."

Lama Bella berpikir, dia melihat Aria tengah menahan diri. "Pergilah, bukankah kamu harus ke toilet?"

Aria terkejut mendengar ibunya tahu apa yang sedang dia rasakan, menunggu ibunya mengajaknya untuk keluar dari sana memang membutuhkan waktu lama apalagi mereka masih membicarakan banyak hal saat ini.

"Aria mencari toilet dulu, Bu."

Bella mengangguk membiarkan putrinya pergi ke toilet. Dia kembali menatap Mona yabg sedang meminum kopinya yang baru saja datang.

"Apa Kau akan memberitahu orang tuaku tentang aku tinggal di tempatmu?" tatap Bella.

Mona tertegun mendengar pertanyaan Bella yang dimana apa yang sempat dia pikirkan akan memberitahu orang tua Bella tentang dia yang bermasalah dengan rumah tanggantnya.

"Aku tidak akan melakukannya jika Kau memberitahuku tentang masalahmu," balas Mona, dia senang bisa menekan Bella yang keras kepala.

"Aku di usir mertuaku dan tidak mendapatkan apapun," jelas Bella tanpa ragu.

"Apa mereka gila! Bukankah ada anak di antara kalian, seharusnya bagian putrimu itu mutlak?" Mona ikut kesal mendengarnya.

"Apa Kau masih akan memberitahu mereka?" tatap Bella.

Mona berpikir sejenak, dia tidak tahu jika Bella memiliki kehidupan yang rumit hingga dia harus mencari tempat tinggal sendiri dengan anak gadis yang menjadi tanggungannya.

"Aku pikir Kau memiliki kehidupan yang baik mengingat wajahmu yang cantik," ucap Mona.

"Apa Kau sedang mempertanyakan keberuntunganku?" tatap Bella.

"Haha, mana mungkin! Kau adalah wanita paling beruntung dengan paras dan kecerdasan yang menakjubkan. Hanya mereka yang bodoh, mengabaikanmu tanpa pertimbangan." Mona pikir dia sudah mulai membaik bicara dengan Bella sesantai itu.

"Ikutlah denganku, kau boleh melakukan apaoun yang kamu mau. Lakukan sesukamu di sana," ajak Mona.

Bella akhirnya memilih ikut bersama Mona berjalan keluar dari sana bersama dengan Aria yang begitu penurut membuat Bella merasa bersalah pada anaknya itu.

Aria meraih tangan ibunya menggenggam erat tanpa ragu. Bella merasa jauh lebih baik, ketika Aria memahami apa yang sexang dia khawatirkan tentang putrinya yang terpaksa harus hidup di lingkungan baru. Hal yang lebih mengejutkan ketika ternyata Mona tinggal di sebuah komplek yang cukup bagus dengan beberapa rumah dari beberapa unit dan luasnya area milik tantenya membuat Bella mengagumi tantenya tanpa di duga.

"Bu, ini luas sekali!" seru Aria berjalan lebih dulu dari mereka.

Langkah kaki mereka memperhatikan perumahan yang cukup besar, cukup membuat mereka menyadari jika Mona bukan seperti yang dia duga.

"Aku ajak kalian ke yang paling ujung," ucap Mona.

Masuk ke dalam sebuah rumah yang lebih cukup menurut Bella hingga dia mendapatkan fasilitas yang juga dapat dia gunakan.

"Ini kuncinya, mulai sekarang kalian yang merawat. Nanti datang ke rumah utamaku, kita bicarakan sesuai harga yang kau punya."

Bella mengangguk, dia melihat Mona yang tidak terdengar menikah sekarang malah memiliki kehidupan yang di luar dugaan. Menjadi wanita kaya dan cukup di segani orang-orang yang berpapasan dengannya tadi.

"Nenek kaya ya Bu!" seru Aria.

Bella hanya mengangguk, meski begitu dia tetap harus menerima ketentuan harga sewa yang belum di pastikan. Dia tahu tidak mungkin tempat sebagus itu di hargai dengan jumlah yang murah.

"Aku harus cepat dapat pekerjaan," ucap Bella.

"Aria temani mencarinya Bu!" seru Aria.

"Kita akan ke sekolahmu, tidak ada acara ikut mencari pekerjaan," tegas Bella.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status