Share

Bab 4. Khawatir

Bella khawatir tentang putrinya yang tinggal di lingkungan yang salah jika harus melewati hari dan malam yang sulit seperti sekarang. Dia berpikir keras sambil keluar dari rumah tantenya. Wanita tua itu memang sangat merepotkan jika Bella tidak waspada.

"Apa Kau keponakan mami?" pertanyaan dari seorang gadis yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos ketat berjalan mendekat.

"Hmm."

"Perkenalkan, aku Lisa." Dia mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan wajah cerianya.

"Bella," sahut Bella.

"Kau tinggal di sebelah tempat tinggalku, jangan sungkan ya!" seru Lisa.

"Tentu."

Bella berlalu pergi menuju kontrakannya. Meski di jawab dengan lugas, tapi Lisa tampak menyukai Bella dari raut wajah yang bersemangat tersenyum mengikuti Bella. Sadar diikuti, Bella berhenti berjalan.

"Aw!" rintih Lisa menabrak punggung Bella.

"Apa yang sedang Kau lakukan?" tanya Bella.

"Aku kan juga mau ke tempatku."

"Hmm, jalan di depan," tegas Bella.

Lisa berjalan melewati Bella sambil mengamati setiap lekuk wajah wanita di hadapannya lantas tertuju pada tubuhnya dengan tinggi hampir sama dengannya sekitar 160an. Gadis itu menerka hingga mengagumi wanita yang sudah di peringati oleh Mona untuk tidak mengusiknya.

Bella berlalu pergi masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan Lisa yang usianya jauh lebih muda darinya menatapnya lekat sedari tadi.

"Apakah anak seusianya juga melakukan hal berat? Ternyata dunia tidak bisa aku tebak apa-apa," gumam Bella memilih untuk membuatkan makanan hari ini.

Siang hari saat Bella selesai bersih-bersih, seseorang mengetuk pintu membuatnya bertanya siapa yang tahu keberadaannya kecuali Aria pulang.

Pintu terbuka Lisa berdiri sambil menyodorkan beberapa camilan ke hadapannya.

"Apa ini?"

"Ini camilan, La!" jawab Lisa.

"Kau menyebut namaku?" tatap Bella.

"Mungkin usia kita tidak jauh beda," lugas Lisa.

Bella mengernyit heran, nampak jelas jika Lisa jauh lebih muda dari parasnya.

"Mami bilang Kau seusia denganku 30 kan?" tambah Lisa.

"Kau 30?" balas Bella.

"Ya, anggap segitu."

"Anggap?"

"Ini ambil saja, dan yah. Itu kiriman dari orang tuaku makanya aku bagi, lagipula Kau tidak mau jika memakan makanan dari sana kan," ucap Lisa masuk tanpa di persilahkan oleh Bella.

"Apa aku begitu mudah sampai memperbolehkanmu masuk?" tatap Bella.

"Astaga aku bahkan sudah memberimu camilan. Tapi Kau tidak mengizinkanku masuk?" protes Lisa.

"Apa aku menerimanya?" Bella masih tidak percaya dengan orang-orang sekitarnya.

"Baiklah, aku tidak akan menggodamu lagi. Ambil saja, tapi nanti aku akan membutuhkanmu untuk melakukan sesuatu dan Kau tidak boleh menolaknya!" Lisa berlalu pergi setelah keluar tanpa mendengar penolakan Bella.

Hari ini, Bella berniat untuk mengatur ulang kegiatannya selama tinggal sambil mencari tempat tinggal baru. Dia pergi keluar setelah mengunci pintu rumah. Siapa yang akan mengira jika kompleks yang tenang tempatnya tinggal, di malam hari sangat mengerikan hingga membuat Bella khawatir akan perkembangan putrinya.

"La!" panggil Lisa mengejar Bella.

Sambil nafas tersenggal, Lisa mencoba berbicara. "Kamu mau kemana?"

"Apa aku juga harus melapor kegiatanku?"

"Bukan itu, apa yang akan aku jawab jika Mami atau anakmu bertanya?"

"Aku sudah memberitahu anakku dan untuk wanita itu, dia sudah besar pasti mengerti," ucap Bella.

Bella pergi tanpa menghiraukan panggilan Lisa yang takut disalahkan Mona yang sudah memintanya mengawasi Bella.

Bukan hanya pergi dari tempat tinggalnya, Bella sekarang tidak tahu sedang di mana. Dia berdiri di depan perusahaan besar, dia tidak berpikir bisa bekerja lagi. Tapi berdiri di sana cukup membuatnya tenang, namun tiba-tiba ada banyak mobil berwarna hitam mewah datang masuk ke sana membuat pormasi rapi di depan perusahaan berbaris menyambut kedatangan seseorang yang Bella kira itu adalah seorang pejabat.

"Apa harus seantusias itu menyambut seseorang?" gumam Bella mundur beberapa langkah berniat berlalu pergi dari sana.

Seorang pria berpakaian rapi dengan warna jas putih bersih keluar dari mobil di sambut hormat oleh semua yang audah berbaris menyambutnya. Dia sempat merasa ada yang kurang dari penyambutannya, Noah Xavier Ivanov seorang pengusaha sukses yang menjadi incaran para pengusaha dari kalangan atas. Dia tinggi tegap saat berdiri memperhatikan mereka yang menunduk atas penyambutan. Hanya saja Noah merasa ada yang memperhatikannya hingga dia menoleh ke arah pintu gerbang perusahaan, ada seorang wanita berdiri memalingkan wajah darinya.

Meski heran ada seseorang yang enggan melihatnya, Noah tidak memperdulikannya dan berlalu pergi dari sana masuk ke perusahaan.

"Melelahkan sekali punya atasan yang harus menerima penyambutan dan penghormatan merepotkan seperti itu, aku harap seumur hidup tidak bertemu hal semacam itu," gumam Bella berlalu pergi dari sana.

Waktu hampir sore saat Bella hanya berjalan-jalan sambil membeli keperluan di rumah, dia juga lupa jika hari mulai gelap itu akan berbeda jika dia tidak cepat kembali ke rumah. Dia berjalan cepat tapi tidak bisa dia pungkiri tetap harus melewati perusahaan yang tadi dia sempat melihat rutinitas perusahaan itu dalam menyambut kedatangan atasannya.

Bella lupa tentang putrinya yang menunggu dia, saat sampai sudah ada Aria yang sedang bersama Lisa berbincang di teras kontrakan.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" pertanyaan Bella megejutkan Lisa dan Aria bergegas berlari menyambut kedatangan ibunya.

"Ibu sudah pulang? Aku menunggumu di sini di temani Kak Lisa," ucap Aria.

Bella mengangguk melihat ke arah Lisa, dia takut lingkungan tempat tinggalnya mempengaruhi pertumbuhan Aria. "Masuk!" ajak Bella dibalas anggukan Aria.

Seperti biasa, malam ini juga tidak bisa dilewati dengan mudah. Beruntung Bella melihat Aria sudah tertidur pulas kali ini, tetap saja dia khawatir jika hal itu malah mengganggu putrinya yang masih belum mengerti keadaan.

Di tempat lain, sebuah mobil sudah terparkir di depan gerbang yang di tuju dari awal mereka berniat pergi.

"Apa ini tempatnya, Tuan?" tanya Leo pada Noah.

"Aku akan menghubunginya."

Baru Noah mengeluarkan ponselnya, sebuah ketukan di balik kaca menghentikannya. Seorang wanita sudah menemuinya lebih dulu.

"Apa Kau akan menundanya? Apa Anda mau masuk Tuan." Seorang wanita berpakaian terbuka membuat Noah mendengus kesal.

"Katakan pada Mona untuk menemuiku saja nanti di tempat kunjungan," tegas Noah.

"Apa Anda yakin, Tuan?"

"Hei, kenapa tidak turun!" teriak wanita itu lagi.

Bella yang menyelinap keluar melihat suasana di luar kompleks membuat dia tidak percaya di malam hari seramai itu bahkan percis seperti sebuah club malam seperti biasa. "Dia bekerja keras membuka tempat seperti ini?" gumam Bella.

Sebuah tangan menarik Bella ke arah gang sempit antara bangunan, dia pikir itu adalah penculik atau pria mesum yang biasa dia lihat di tempat tantenya. Noah bahkan masih sadar dengan apa yang dia lakukan, menutup mulut Bella menggunakan tangannya juga tidak dia sadari menghindar dari kejaran para wanita yang sedari tadi memaksanya keluar.

"Ini gara-gara wanita itu!" rutuk Sean.

Bella mengerutkan dahi melihat pria dihadapannya bahkan malah menyekapnya seperti itu. Mulutnya mulai pengap hingga dia menggigit kuat tangan yang di gunakan Noah untuk menutup mulutnya.

"Arwh!" teriak Noah melepas tangannya dari mulut Bella yng sudah menatap tajam ke arahnya.

"Pria mesum dari mana ini yang mencoba menculikku?" tatap Bella.

"Mesum, menculik?" Noah tidak percaya akan apa yang dia dengar.

Bella menginjak kaki Noah agar pria itu menjauh darinya, dia lupa sudah terlalu jauh keluar dari rumah. Tidak memperhitungkannya, Bella memilih pergi dari sana tanpa mengkhiraukan Noah yang menahan sakit dari gigitan Bella.

"Apa dia anak anjing menggigitku begitu saja?" rutuk Noah melihat Bella masuk ke dalam kompleks seperti dugaannya wanita di sana bekerja untuk Mona.

Noah pergi dari sana tidak jadi bertemu teman lamanya dan pergi setelah Leo menemuinya untuk menghindar dari kejaran para gadis malam yang berharap pada pelanggannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status