Bab 176. Rencana Pilu Deva dengan Tasya“Ya, kalau kau bersedia, Mas Fajar akan menjadi milikmu! Dia akan menikahimu segera. Aku sendiri yang akan membantu pernikahan kalian.”“Bu Sonya bohong! Bukankah Bu Sonya yang akan menikah dengannya? Aku mendengarnya tadi.”“Itu hanya karanganku. Sengaja untuk memanas manasi Alisya. Bagaimana mungkin aku mau menikah dengan supirku sendiri. Pakai otakmu!”“Oh, begitu?”“Ya, jadi bagaimana, kau mau? Kalau kau tak mau juga sama saja. Kau akan dipecat dan disingkirkan oleh dia. Aku juga akan membeberkan pengkhianatan kamu saat membawa Adante ke taman kota. Saat itu kau ditelpon oleh Mas Fajar ketemuan di taman kota, lalu Adante hilang, bukan? Bayangkan, apa yang akan dilakukan oleh majikanmu bila dia tahu semua ini!”“Kalian menjebakku! Mas Fajar yang memintaku datang ke taman kot wktu itu. Tetapi aku harus membawa Adante. Dia sengaja kan, karen ingin menculik Adante?”“Wah, kau salah besar! Yang menculik Adante siapa, hem? Mas Deva, kan? Buk
Bab 178. Permintaan Talak Alisya“Kalau begitu, saya permisi. Mau ke rumah sakit, gantikan Raja jagain mama. Mari, Pak Damar!” pamit Deva lalu beranjak pergi.“Ya. Jangan lupa sidang cerai kita, Mas!” Sekali lagi lagi Alisy mengingatkan.“Iya, aku pasti datang. Aku akan setujui permintaan cerai kamu, Sya!” sahut Deva menoleh sekali lagi. Bibirnya tertarik sedikit, senyum pahit terbit di sana.“Terima kasih, Mas! Aku lega mendengarnya. Tapi, boleh enggak aku minta talak sekarang?” pinta Alisya seraya menatap lekat. Tepat di manik mata Deva.Pria itu tercekat, bibirnya terbuka sedikit seolah hendak mengucap kalimat. Namun, demi melihat mata lembut Alisya, dia urung bersuara. Kalimat yang gagal terucap itu membuat dadanya sesak. Permintaan Alisya terlalu sulit untuk dia kabulkan saat ini.“Mas, aku minta ditalak!” ucap Alisya mengulang permintaannya.“Maaf, Sya! Apakah itu merupakan syarat yang harus aku penuhi supaya bisa diterima bekerja di perusahaan kamu?” lirih Deva menundukkan waj
Bab 179. Rencana Tasya dan Rena“Tidak akan, sudahlah, ayo, kita tidur!” Alisya bangkit dari duduknya, lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Bu Ainy mengikutinya. Langsung masuk ke kamar yang dia tempati berdua suaminya.Sebelum masuk ke kamar utama, Alisya memeriksa dulu keadaan anak-anaknya.Kamar Adante terlebih dahulu. Bocah tampannya sudah terlelap. Setelah merapikan selimut dan mengecup kening si bungsu, Alisya menuju kamar Rena. Kosong, tak ada siapa-siapa di sana. “Rena? Kamu di mana, Nak?” panggil Alisya buru-buru keluar. Langkahnya terhenti saat mendengar samar suara orang sedang berbincang.Sumbernya dari arah kamar Tasya, itu seperti suara Rena dan Tasya. Mereka sedang berbicara, terdengar begitu serius. Apa yang sedang mereka bicarakan? Sejak kapan mereka berdua akur? Bukankah Tasya sangat membenci Rena? Atau mereka sebenarnya malah sedang bertengkar lagi? Karena khawatir kedengaran dari luar, jadi tengkarnya seperti orang berbincang? batin Alisya penuh kebingungan.B
Bab 180. Racun Maut Untuk Alisya Atau Buat Fajar[Jam sembilan pagi ini, kami tunggu kau di Café Rumah Kayu. Kau tahu tempat itu?] Sebuah pesan masuk ke ponsel Ayu, melalui aplikasi hijau. Bunyi notif itu membuat sang babysitter terbangun dari tidurnya pagi ini.Gadis itu tiba-tiba berdebar. Bunyi notifikasi pesan masuk itu saja sudah mampu membuatnya merasa gamang. Ditambah lagi dengan kalimat perintah dari nomor Fajar. Dulu, bila mendapat pesan masuk dri nomor itu, sontak Ayu merasa sangat senang. Hati yang penuh kerinduan, tiba-tiba penuh bunga.Namun, sekarang nomor Fajar adalah momok baginya. Meskipun sebuah rencana besar tengah dia siapkan untuk sang kekasih gelap. Rencana yang akan segera dia lakukan untuk membalaskan dendam dan sakit hatinya.[Kok, cuma di read? Jawab! Bisa enggak?] Kembali sebuah pesan masuk.[Siap, saya pasti datang! Jam sembilan, kan? Sebelum jam sembilan, aku sudah berada di tempat.] balasnya kemudian.[Ok, sampai nanti!]Ayu menutup telepon, berpikir ker
Bab 181. Jeratan Alex“Aku tidak selingkuh, Lex! Selingkuh dengan siapa, coba?” Sonya berusaha menutupi gugupnya dengan sikap sewajar mungkin. Kedua sudut bibirnya tertarik, senyum manis mekar di sana. Sementara dadanya berdegup hebat.“Tidak selingkuh? Lalu pria ini, Sayang?” selidik Alex seraya melirik Fajar dengan sudut matanya.“Oh, dia Fajar, supir mama aku. Karena Mama sudah ditalak oleh papa, Fajar jadinya nyupirin aku.”“Sekaligus pacarin kamu?”“Bukan, lah, Fajar udah punya pacar, Lex. Ini, wanita ini pacar dia. Bahkan mereka akan menikah.” Sonya menunjuk Ayu dengan dagunya.Sontak Fajar dan Ayu terkejut. Tetapi Sonya segera menginjak kaki mereka di bawah meja. Keduanya pun paham apa yang Sony inginkan.“Oh, ya? Begitu?” Alex mengernyitkan kening, menatap Fajar dan Ayu bergantian dengan mata menyipit. “Kamu pikir aku percaya? Apakah ada seorang majikan menemani supirnya ngedate?” sindir pria itu terkekeh kecil.“Begini, Lex. Fajar mau melamar perempuan ini ke orang tuanya. J
Bab 182. Minuman Beracun Buat Fajar“Kita berangkat sekarang, ya!” ucap Alex melepas tubuh Sonya. Sekali lagi dia meremas dada wanita itu, lalu mengeluarkan tangannya dari balik dress. Mobil itupun mulai melaju perlahan, meninggalkan halaman parkir café.Sementara di dalam café, Fajar hanya mampu menatap kepergian mobil itu dengan tatapan penuh tanya. Kehadiran Alex dan sikap Sonya yang begitu menurut dan patuh kepada pria itu, menyisakan rasa penasaran. Dia sudah begitu dekat dengan Sonya selama ini. Semua tentang kehidupan pribadi Sonya sudah dia ketahui. Namun, tentang Alex, sedikitpun dia tak tahu.Sepertinya Alex adalah kekasih Sonya. Sikap Alex bahkan lebih seperti seorang suami memperlakukan istri. Terbukti dari cara Alex menatapnya tadi. Sonya juga terlihat begitu gugup. Dia tak mengakui kalau Fajar adalah kekasihnya, bahkanberusaha meyakinkan Alex kalau dia adalah kekasih Ayu. Kenapa? Apa yang disembunyikan oleh Sonya dari dia sebenarnya.Kalau benar Sonya memiliki pac
Bab 183. Maut Mendekati Fajar“Ayu, maafkan aku!” ucap Fajar seraya bangkit dari duduknya, kemudian beranjak ingin pergi.“Tunggu, Mas!” Ayu segera berdiri, menangkap lengan pria itu. “Mas Fajar mau ke mana. Mas masih dalam keadaan stress, jangan pergi dulu! Duduk dulu, Mas!” bujuk gadis itu. Dia harus berusaha agar Fajar tidak pergi. Setidaknya sampai Fajar meneguk minumannya. Ayu tak ingin rencana balas dendamnya gagal.“Lepaskan tangan kamu, Yu! Aku sedang emosi. Aku butuh waktu sendiri. Jangan sampai kaau menjadi sasaran emosiku!” Fajar berkata sedikit kasar.“Lampiaskan saja ke aku, Mas! Aku siap menjadi sasaran kekecewaan Mas Fajar. Aku sayang sama kamu, Mas! Aku enggak akan tenang membiarkan kmu pergi dalam kedaan kacau begini.” Ayu menyempurnakan dramanya.“Yu, kamu sadar enggak apa yang kamu ucapkan barusan? Aku itu sudah nyakitin perasaan kamu! Aku sudah membuat kamu kecewa. Kamu sudah mendengar semuanya, bukan, kalau sebenarnya aku sudah mau menikah dengan Sonya?”“Aku uda
Bab 184. Fajar Meregang Nyawa“Sekarang kita minum, yuk! Lalu, aku minta waktu Mas Fajar,” bujuk Ayu mulai mengarahkan Fajar menuju sasarannya.“Waktu buat apa, Sayang?” tanya Fajar mengecup jemari Ayu. Sikap sok manis dan pura-pura romantis itu teramat memuakkan bagi Ayu. Dia sangat paham kalau Fajar hanya berpura-pura. Pria licik itu hanya ingin memanfatkan dirinya.Namun, dia harus menahan perasaannya. Misi ini harus tetap dituntaskan. Sandiwarapun dia lanjutkan.“Aku minta waktu buat Mas buktiin kalau Mas Fajar serius mau jalin hubungan denganku meski cuma sembunyi-sembunyi. Biar aku semangat jalankan rencana ini,” rengeknya pura-pura manja.“Baik, kamu mau apa, hem?” Fajar mengelus pipi dan bibir gadis itu.“Aku kangen, Mas.”“Lho, ini kita sudah bertemu, kan?”“Aku pengen … em … aku pengen … itu ….”“Pengen apa, bilang saja! Pasti akan aku kabulin. Asal jangan minta belikan sesuatu saja. Aku enggak punya uang.”“Aku pengen berduaan aja sama kamu, Mas. Pengen bermesraan, git