Share

Part 21

“Udah mateng belum, Dek? Tumben nih, aku udah kerasa lapar.”

Mas Lutfan datang menghampiriku. Jam di dinding belum genap pukul enam, masih seperempat jam lagi. Tapi dia sudah meminta makan kepadaku. Tumben sekali.

“Tumben kamu, Mas? Belum ada jam enam lho ini,” ucapku.

Tanpa sengaja aku melihat ibu mertua tersenyum puas. Tapi mulutnya belum  berkomentar apa-apa. Biasanya beliau langsung berkomentar.

”Ya … mungkin, karena tadi malam, Dek. Hehe ….”

Seketika tanganku mencubitnya. Bisa-bisanya berbicara seperti itu dihadapan banyak orang. Meski mereka memahami, aku tuh yang merasa malu. Nadanya pun sepertinya bercanda dan sedang meledekku, tapi apa pun itu, aku tetap malu.

“Aduh Dek, sakit,” pekiknya seraya memegang lengan bekas cubitanku.

Aku tak membalas ucapan mas Lutfan, hanya saja mataku mengisyaratkan jika aku tak suka.

<
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status