Share

Bab 21.  Bukan Rasa Sesaat

"A-aku sayang kepadamu," ucapnya dengan menggeser kursinya ke arahku.

Hatiku yang sejak tadi berdebar semakin bedegup kencang. Ini anugrah atau cobaan?

Cangkir Capucino yang sedari tadi aku pegang, aku letakkan di atas meja.

Aku tersenyum kemudian tertawa terkekeh, bersamaan usahaku menekan desiran yang menyelusup begitu dalam. Memenangkan logika yang ada untuk menyingkirkan rasa yang mulai mencandui hati ini. Aku tidak mau terjebak dengan rasa picisan ini.

"Mas Ilham, sadar tidak ucapan yang baru saja. Jangan terkecoh dengan rasa sesaat. Itu hanya perasaanmu karena kebetulan sekarang hanya aku temanmu. Kita belum lama kenal, bahkan kita belum saling tahu. Iya, kan?" kataku berusaha meyakinkannya.

Dia menggeleng tanpa menyurutkan tatapan yang meneduhkan ini. Aku menghela napas, berusaha menguatkan diri dan tidak terhanyut dengan romansa yang dia ciptakan.

"Maaf, saya wanita dewasa yang tidak mau terjebak dengan perasaan seperti itu. Atau bermain-main dengan perasaan hati seperti an
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status