Kamu nggak mau ajak aku bulan madu, Mas?” tanya Ghea dengan manja malam hari itu. Adit baru saja selesai menelepon Rani dan mengatakan jika ia sedang mengurus pekerjaan. Lelaki itu menoleh ke arah Ghea. “Aku belum bisa pergi dalam waktu lama. Nanti akan aku atur supaya kita bisa berbulan madu,” kata Radit.Ghea mengembuskan napas sedikit kecewa. Tapi, inilah resikonya menjadi istri kedua. Tidak masalah, yang paling penting saat ini anak dalam kandungannya memiliki Ayah.“Mas ....” Perlahan Ghea mendekati Adit, lalu mulai memeluk tubuh Adit sambil membelai dada lelaki yang sudah menjadi suaminya itu perlahan. Adit adalah lelaki normal, seperti kucing jika disodori ikan ya jelas tidak akan menolak. Dan kemudian apa yang semestinya terjadi mereka lakukan kembali. Kali ini Ghea tidak perlu memberikan obat perangsang. Ia mengeluarkan semua kepintarannya di atas ranjang, sehingga membuat Adit benar-benar merasakan apa yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan dari Rani. Dan pagi itu, Adi
Adit hanya bisa pasrah saat Pak Tomi mengantarnya dan Gea ke bandara. Yang saat ini ia pikirkan adalah reaksi sang istri. Tentu nanti dia tidak akan bisa menjawab telepon Rani karena Ghea akan marah dan Adit sudah berjanji untuk bersikap adil kepada kedua orang istrinya itu. "Kalian bersenang-senang ya, Ayah membelikan kalian tiket pulang pergi. Satu minggu di sana, jangan pikirkan apa-apa. Kalau perlu matikan handphonemu supaya Rani tidak bisa menghubungi. Nanti ayah yang akan membuat alasan kepadanya. ayah akan menjemput kalian ketika kalian pulang," kata Pak Tomi. "Pasti kami akan bersenang-senang, Yah. Ayah jangan khawatir, mas Adit akan menjagaku dengan baik," kata Ghea. Sepasang pengantin baru itu pun melangkah masuk untuk check in. Sementara Pak Tommy langsung pulang ke rumahnya. Saat melihat suaminya pulang sendiri Bu Ana tentu saja mengerutkan dahi. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh suami dan anaknya itu. "Kok pulang sendiri sih? Mana Adit? Dari
"Kandungan kamu kan masih kecil juga. Tadinya aku baru akan memberitahu kepada Rani ketika kandunganmu berusia 7 bulan. Aku akan mengadakan selamatan untuk anak kita sekaligus juga aku akan memberitahu Rani. Kalau kandunganmu sudah besar Rani mungkin akan maklum," kata Adit."Masa iya harus menunggu kandungan gue besar dulu baru kamu mau memberitahu istrimu? Aku ini juga istri kamu, Mas!" Hardik Ghea dengan kesal."Sudahlah Ghea! Kamu jangan terlalu banyak menuntut sama aku. Malam itu adalah kesalahan, masih untung aku mau bertanggung jawab. Tapi tolong, kamu jangan memaksaku seperti ini. Sekarang kita masih dalam bulan madu jadi kita nikmati saja dulu lah," kata Adit. Lelaki itu tidak mau memikirkan hal-hal lain dulu. Saat ini ia juga sedang berpikir bagaimana cara memberitahu pernikahan keduanya kepada Rani. Sementara Ghea sendiri sedang berpikir, saat ini kandungannya sudah 2 bulan. Adit memberitahu 7 bulan lagi, maka orang-orang akan curiga dan tahu jika anak ini bukanlah anak A
Setelah bermain dengan Tasya, Adit memutuskan untuk tidur. Ia sengaja mengunci ponselnya. Ia takut jika nanti Rani tidak sengaja membaca chatnya dengan Ghea.Sementara Rani sama sekali tidak curiga kepada Adit hingga ia membuka tas milik suaminya itu. Rani terkejut karena melihat ada baju tidur wanita di dalam tas itu.Adit yang belum terlalu lelap sempat melihat Rani membuka tasnya. Tapi saat Rani mengeluarkan baju tidur wanita dari dalam tas Adit langsung terkejut. "Kamu cari apa?" Tanya Adit gugup."Ini pakaian tidur siapa Mas?" Tanya Rani.Matilah ia! Adit ingat jika pakaian itu dibeli oleh Ghea. Memang baju itu belum dipakai, bahkan mereknya pun masih terpasang. Tetapi, jika ia memberikan kepada Rani, Ghea pasti akan marah. Bagaimana bisa mereka begitu ceroboh begini."Itu pakaian untukmu," jawab Adit dengan cepat. "Kalau yang ini aku percaya, untukku karena masih ada labelnya. Tapi, yang ini punya siapa?" Tanya Rani. Ternyata ada dua baju tidur dalam tas Adit. "I-itu baju ba
"Kamu dan Adit bertengkar, Ran?" Tanya Bu Ana saat Rani ke dapur untuk membuat makanan Tasya."Enggak kok, Bu. Kenapa Ibu bisa berpikiran kalau aku dan Mas Adit bertengkar?" Tanya Rani. "Tentu saja Ibu mendengar dan sekarang kalian tadi. Tadinya Ibu mau mengajakmu dan Tasya pergi sebentar. Baru saja mau mengetuk pintu terdengar Adit memarahimu, ada apa?" Rani menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Wanita itu pun menceritakan tentang pertengkarannya tadi dengan Adit."Saya ingin berpikir positif, Bu. Tapi ini memang di luar kebiasaan Mas Adit. Tiba-tiba saja membelikan saya pakaian yang sebelumnya tidak pernah saya sukai," kata Rani."Apakah mungkin jika Adit ...." "Jika Mas Adit kenapa, Bu? Apakah ibu memikirkan apa yang sedang saya pikirkan?" Tanya Rani."Adit selingkuh maksudmu?" Tanya Bu Ana. Rani langsung menundukkan kepala dia merasa tidak enak kepada Ibu mertuanya itu. Tetapi, saat ini memang hal itu sudah terlintas dalam benak Rani. Saja dia belum mempu
"Kamu bukannya ke toko? Kenapa malah di sini dan bersama Ghea?" Tanya Bu Ana.Wanita itu benar-benar terkejut saat melihat Adit dan Ghea sedang bersama. Begitu juga dengan Rani, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan suaminya di mall ini."Aku tadi kebetulan mau belanja Bu. Terus ketemu Ghea, jadi kami jalan bersama," jawab Adit dengan cepat."Kamu Jangan berpikiran jelek dulu Mbak, ngeliatin akunya nggak usah sinis gitu," kata Ghea kepada Rani.Rani langsung mengerutkan dahi sambil menatap dia dari atas sampai bawah. Perasaan dia tidak melirik Ghea sama sekali, lalu kenapa wanita itu mengatakan jika dia melirik sinis kepadanya?"Saya nggak ada sinis sama kamu. Kamu aja yang terlalu baper kali. Padahal aku nggak berpikiran yang aneh-aneh kok. Tapi karena kalian seperti maling yang tertangkap, aku jadinya berpikiran aneh-aneh," jawab Rani."Kamu nggak usah berpikiran aneh-aneh Ran, aku sama dia nggak ada apa-apa kok. Aku tadi mau belanja buat kamu dan Tasya. Tadinya memang mau ka
"Apa yang kamu lakukan di sini? Kalau suamiku sampai tau bagaimana?!" pekik Ghea sambil menarik tangan David masuk. "Kamu sudah gila!" seru Ghea saat mereka sudah berada di dalam apartemen."Aku berhak menanyakan hal ini, selama ini hubungan kita sudah jauh. Dan aku tahu alasanmu menikah dengan lelaki itu karena menutupi kehamilanmu kan? Tidak mungkin kamu hamil secepat itu dengan suamimu. Bayi yang ada dalam kandunganmu itu adalah anakku kan?" Cecar David.Dia memicingkan mata kemudian mendorong bahu David."Berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak. Bayi dalam kandunganku ini adalah anak dari suamiku."David mendecih, "Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan dan rencanakan?""Apa yang aku pikirkan dan yang aku rencanakan bukan urusanmu! Aku hanya mau anak ini memiliki masa depan yang cerah. Kamu pikir gajimu itu berapa banyak? Tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhanku. Sementara Adit, dia itu memiliki orang tua yang kaya raya. Tokonya ada di mana-mana, kehidupanku akan
Ghea terdiam mendengar pertanyaan David. Tentu saja ia tidak ingin meninggalkan Adit. Apalagi Adit memiliki harta yang cukup dibandingkan dengan David.“Tentu saja aku akan meninggalkan dia,” jawab Ghea. David menghela napas panjang penuh kelegaan. Dia pun membelai rambut Ghea perlahan.“Kamu udah cek ke dokter kandungan? Apa anak kita sehat?” tanya David. “Bulan lalu sudah, tapi bulan ini belum. Aku belum berani cek up bersama dengan Adit karena dia tahu usia kandunganku kan baru dua minggu,” kata Ghea. “Kalau gitu, besok pagi kita ke dokter,” kata David. “Kamu mau nginep di sini? Nanti kalau mas Adit tiba-tiba ke sini bagaimana?” tanya Ghea.“Kan kamu sendiri yang bilang dia sedang di rumahnya,” jawab David.Ghea menghela napas panjang dan mengembuskannya. Ia pun langsung berinisiatif menghubungi Adit. Ghea: Mas, kamu tidur sini mala