(Peringatan: Episode ini diperuntukan untuk usia 25+ dikarenakan adegan yang tidak pantas dibaca anak dibawah umur. Harap bijak dalam membaca.)
Syahna membelalakan mata ketika Varsha mengatakan kalimat tersebut."Kau sakit, beristirahatlah!" Syahna melepaskan cengkraman tangan itu kemudian berlalu.Varsha hanya menghela napas. Kemudian, ia menatap langit-langit kamar Rumah Sakit dengan perasaan bertanya-tanya.Kenapa Nyonya Keiyona mengatakan bila Fabian merupakan anak pungut? Apa yang sebenarnya tidak diketahui Fabian selama ini?Varsha memutuskan untuk kembali ke kediaman Fabian. Mengingat bahwa tugasnya mempelajari bisnis Triasono group masih banyak. Rasa sakit akibat pukulan itu tidak seberapa untuk Varsha. Ia harus belajar lebih keras agar Fabian tidak kecewa digantikan olehnya."Tuan, Tuan Fabian ada di ruangan." Frans memberitahu Varsha yang baru saja tiba.Varsha tertegun sejenak, kemudian ia berjalan mengVarsha yang tengah berdiri di ruang bilas itu menyambar sabun, membersihkan tubuh dari banyaknya hal kotor yang hampir sepanjang malam itu dilakukan.Sisa-sisa peluh dan cairan tak senonoh yang kini menjadi bagian dari hidupnya.Ia menyikat gigi kuat-kuat. Membersihkannya dari mulut yang sudah meraup bagian intim wanita dengan serakah. Tanpa terasa bagian gusinya berdarah karena terlalu kuat menyikat. Varsha meludah, menarik napas panjang karena semua bertentangan di dalam personanya.Perangai Varsha kini perlahan-lahan berubah, ia benar-benar seperti nyawa yang hidup dalam raga lain. Tatapan matanya yang dulu penuh kesedihan, kini berubah menjadi tatapan yang tajam dan siap memangsa siapapun di hadapannya.Benaknya teralih pada kenangan masa lalu. Kenangan yang mungkin tidak ingin diingatnya. Masa dimana ia benar-benar berada di titik terlemah.Masa-masa profesinya menjadi sales parfum. Sebenarnya itu bukan profesi rendahan ji
Hari Sabtu. Varsha hampir lupa hari karena terlalu sibuk. Ia menggeliatkan tubuhnya, dan menyadari bahwa ponselnya terus saja berbunyi."Ck, siapa yang membangunkanku sepagi ini!" umpat Varsha dengan mata yang setengah terpejam.Layar ponsel itu menunjukan nama "Keyhan" sebagai penelefon. Varsha memencet tombol hijau dan mengangkatnya."Ya?" Varsha menggaruk kepalanya."Kakak, kau terlambat untuk sarapan pagi bersama! Ayah marah!" tegur Keyhan sambil setengah berbisik.Varsha terperanjat. Jam menunjukan pukul sembilan pagi."Im sorry for that, Key. Aku akan segera kesana!" Varsha mematikan ponsel.Ia bergegas mandi, nampak Frans sudah masuk dan menyiapkan pakaian untuk Varsha."Tuan, anda bisa sarapan terlebih dahulu." Tutur Frans.Varsha yang tengah menyikat gigi menyembulkan kepalanya."Apa Tuan Giandra akan marah besar?" tanya Varsha.Frans tersenyum dan menggeleng.
Varsha menatap Pak Beno sambil tersenyum. Ia mulai paham peran pengusaha besar bagi tokoh politik di Indonesia sangat besar.Jadi, mulai saat ini kepemipinan sebuah daerah pun menjadi kuasanya juga? Varsha tertawa kecil, betapa mudahnya jari rapuh itu akan menunjuk sesuatu."Kupertimbangkan, Pak Beno." Varsha menyesap minuman yang disuguhkan.Pak Beno menyeringai penuh arti. Beliau menyodorkan sekotak cerutu mahal yang entah dari negara mana beliau mendapatkannya."Kau sangat menyukai cerutu bukan? Ambillah, ku berikan special untukmu." Pak Beno menyodorkan.Varsha tidak tahu bagaimana rasa cerutu. Ia mengambil sambil tersenyum."Sogokan anda terlalu murah, Pak." Varsha yang mulai terbiasa itu terkekeh.Pak Beno tertawa terbahak-bahak."Anak pintar! Bahkan kini Suryakancana Group benar-benar menyokong Tuan Diran agar menjadi Menteri Kesehatan. Kekuatan dua group besar telah membawa perubahan besar
Varsha bisa melihat jelas bahwa itu adalah sosok adiknya yang tengah dijambak perempuan tua. Ia hendak membantu, namun teringat akan posisinya sebagai Fabian.Dan terakhir, ia membantu adiknya namun berujung petaka."Dimana harga dirimu wanita miskin?! Kubunuh kau!!!" teriak wanita tua itu.Alvia terlihat menangis. Namun tidak ada yang melerai. Varsha hanya menggenggam tangannya erat- erat menahan segala macam emosi yang memenuhi raganya."Fabian, aku tidak nyaman. Bisakah kita pergi dan mencari tempat lain?" tanya Syahna.Varsha mau tidak mau mengiyakan. Ia adalah Fabian sekarang, jangan sampai adiknya tahu!Syahna bergegas membayar bakso, sementara Varsha menatap ke arah kerumunan. Nampak, adiknya itu tengah disoroti kamera dan juga ditampar oleh wanita tua tersebut."Ayo...!" bisik Syahna.Varsha berusaha mengenyahkan perasaan khawatir itu. Ia pergi meninggalkan kios bakso bersama Syahna.
Keyhan melepaskan coat sambil menatap lurus ke arah jendela kamarnya. Jendela kamar yang dulu diisi untuknya duduk dan bermain gitar, kini sudah lama tempat itu hanya menjadi tempat tinggal para tanaman dan juga hiasan-hiasan taman.Keyhan menghela napas. Tubuh tampannya itu membuka kancing pakaiannya satu persatu. Hingga nampak tubuhnya yang atletis itu terpampang."Alen Dimitri!" panggil Keyhan pada ajudannya.Seorang pria muda menghampiri Keyhan dan menganggukkan badannya."Selamat sore Tuan Keyhan, adakah yang bisa saya bantu?" tanya Alen.Keyhan membalikkan badannya, menatap Alen seksama."Bawakan aku gitar dan beberapa sound system. Jangan lupa sambungkan pianoku pada sound." Keyhan memberi perintah.Alen mengangguk."Segera kami siapkan, Tuan."Sebenarnya Keyhan cukup stress berat. Di usia semuda itu, ia sudah banyak sekali mengerjakan urusan perusahaan.Karena ia pewaris tahta
(Bab ini mengandung adegan 21+ diharapkan kebijakan dalam membaca terhadap adegan yang disajikan. Selamat membaca.)"Sejak kapan kau menyukai Fabian?" tanya Tuan Diran pada Syahna.Syahna tersenyum dan menyelipkan rambutnya yang terurai. Memang kedekatan yang terjalin antara Ayah dan anak itu cukup intim."Ayah tak mengapa jika aku menyukainya?" tanya Syahna.Tuan Diran tersenyum, ia menengadahkan kepalanya keatas sambil menghela napas."Perasaan suka itu bisa muncul kapan saja Syahna, Ayah juga dulu suka pada Ibumu sejak pertama kali bertemu!" Tuan Diran terkekeh.Syahna mengangguk, ia tahu betul bagaimana perjalanan cinta kedua Orangtuanya yang rumit. Ia kemudian menatap Ayahnya."Jika aku menyukai pria yang bukan kalangan Orang kaya, bagaimana?" tanya Syahna.Tuan Diran menaruh gitarnya, menangkupkan kedua tangannya."Lelaki miskin tak mengapa, asal ia benar-benar berusaha mengubah hidupnya!
Fabian membelakkan matanya saat mendapati Alvia pulang dalam keadaan babak belur.Apa yang terjadi pada adik Varsha itu? Apa ada sesuatu yang menyebabkannya seperti itu?"Kenapa lu?!" tanya Ibu.Alvia menangis sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat."Ibu... lelaki itu memiliki isteri!" Alvia menangis tersedu-sedu.Fabian telah menduga gadis itu jual diri. Memang, tidak adakah pekerjaan lain yang lebih layak untuk keberlangsungan hidup? Kenapa wanita merendahkan dirinya sendiri hanya demi harta?"Otak lu dimana Via?! Jelas-jelas pria itu tua bangka. Masih aja lu pacarin! Lihat diri lu!" bentak Ibu."Aku gak tahu Bu, dia mengaku duda!" Alvia meringis menahan memar yang sakit. Bahkan sekujur tubuhnya menerima cakaran.Fabian benar-benar iba. Adik Kakak itu sama-sama mengalami perundungan! Apakah ia malaikat, atau iblis untuk mereka berdua?"Lebih baik sembuhkan luka Alvia dulu Bu, kemudian m
"Siapa yang saling jatuh cinta, Alindra?" tanya Varsha sambil menatap lekat-lekat Alindra."Apa?!" Alindra menautkan kedua alisnya.Kata-kata cinta Fabian semalam itu, apa? Kenapa ia menuturkan kata-kata cinta yang sudah membuat Alindra berharap banyak?!"Cinta harus ada kata saling, dan antara kita berdua hanya kau yang jatuh cinta." Varsha menyeringai dengan tatapan tajam.Iris Alindra terbelalak. Tidak, pasti Fabian tengah berbohong di hadapan Orangtua mereka! Alindra yakin itu supaya mereka baik-baik saja!"Kau tidak perlu menyembunyikan apapun lagi, Fabian! Kita saling mencintai!" Alindra menekan nada bicaranya.Varsha menyeringai, ia menatap Alindra lekat-lekat."Kau terbawa perasaan karena kita tidur bersama ya? Dengar, laki-laki bisa tidur bersama dengan siapa saja tanpa perasaan. Dan... kau bukan satu-satunya wanita yang sudah kutiduri...." Varsha terkekeh, menikmati penderitaan Alind