Ya Tuhan, apa aku di takdirkan untuk tidak menjadi wanita yang sempurna? Di saat aku ingin menjadi wanita yang sempurna, dia malah menghentikannya! gumam batin Naya seraya melipat bibir mungilnya.
Naya menoleh menatap bunda Elena yang tertidur di sampingnya. Wajahnya yang cantik terlihat begitu lelah usai kontrol beberapa menit yang lalu.
Drt ...
Naya terkejut saat handphone miliknya berbunyi.
Sesaat, dahinya mengernyit melihat nomor tak di kenal menghubungi nomornya.
Siapa? batin Naya bertanya seraya mengangkat telepon yang masuk.
"Halo!" jawab Naya lirih.
(Kamu di mana?)
Naya terkejut saat Alen yang menelpon dirinya.
Ya Tuhan, handphone ini kan hadiah dari mas Alen. Bagaimana bisa aku bertanya-tanya siapa yang menelponku! kata batin Naya menyeringai.
(Naya, apa kamu mendengarkanku?)
Suara Alen yang khas telah mengejutkan Naya.
"Iya, Mas. Aku baru selesai mengantar bunda kontrol. Sebentar lagi
"Spesialis dokter kandungan? Apa mbak Naya?" Dirga menyunggingkan senyumnya. Benar-benar kabar yang sangat menggembirakan bagi keluarga besar Towsar jika apa yang Dirga pikirkan terjadi pada naya."Apa aku harus memberitahu kabar baik ini sama bunda? Tapi, kalo aku bocorkan rahasia ini aku takut mas Alen marah besar padaku. Argh, sudahlah! Biarlah mas Alen yang memberi tahu kabar baik ini pada semua. Aku harus hargai privasi mereka!" ucap Dirga seraya masuk ke dalam mobil.Di dalam, Naya dan Alen seakan tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut dr.Anggara."Maaf, Pak Alen. Tapi, Pak Towsar sudah menyuruh saya untuk tidak mengabulkan permintaan itu." Perkataan dr. Anggara yang membuat Alen mendesah sebal.Di balik kekecewaan yang tersirat dari wajah Alen, ada hati yang gembira dengan berita tersebut.Naya menunduk dan bersyukur dengan kenyataan yang mulai berpihak padanya.Beberapa menit kemudianDirga terkejut saat meliha
Alen menutup pintunya kembali dan berjalan menghampiri naya. Dia memang sempurna! Lebih dari sempurna. Tapi aku tak bisa menjadikan dia menjadi istri sesungguhnya seperti apa yang opa dan bunda inginkan! Andai Eila yang ada di posisi naya, mungkin aku tak akan melewatkan momen berharga saat bersamanya. Bagaimana kabar kamu sekarang, Eila? Argh, apa yang aku katakan? Tak seharusnya aku mengharapkan wanita yang telah terang-terangan menolak diriku! gumam batin Alen terkejut saat Naya menggeliat dan tersenyum ke arahnya. "Mas !" ucap Naya terbangun dari tidurnya. Alen mendesah dan dengan cepat melepas tangan mulus milik istrinya itu. "Tidurlah!" kata Alen mengambil bantal dan bergegas untuk tidur di sofa yang berada tak jauh dari tempat tidur. Naya seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Kedua matanya tak berhenti mengerjap menatap alen yang menghindar darinya. Rasa bersalah kini mulai menghampirinya. Apa aku s
Ya Tuhan, begitu manis kata-kata yang terucap dari mulut suamiku. Ia sangat lancar mengatakannya seperti layaknya orang yang sedang di mabuk cinta. Lembut dan manis!Lamunan naya seketika buyar. Kaki Alen yang berada di bawah meja mulai menyenggol kaki kanannya yang tak jauh dari kaki panjangnya itu.Dua alis tebal yang dimiliki suaminya bergerak ke atas ke bawah mengisyaratkan sesuatu padanya."Iya!" jawab Naya mulai tersenyum ke arah ibu ana yang sudah menunggu jawabannya sedari tadi.Ibu ana menyunggingkan senyumnya. Ia menoleh ke arah keponakannya yang selalu memasang muka yang datar pada semua orang setiap melihatnya."Syukurlah! Akhirnya jawaban dari gosip itu pecah juga," kata Ibu Ana yang membuat Naya mengernyit heran dengan ucapan mantan bossnya itu."Jawaban? Jawaban apa Bu?" tanya Naya penasaran."Ya, jawaban ...," kata ibu Ana terhenti saat Alen menyelanya."Sebentar lagi acara akan segera di mulai. Su
Ya Tuhan, bagaimana bisa aku melepaskan wanita sebaik naya. Dan tak seharusnya aku mempercayai segala ucapan laura waktu itu. Laura, semua ini gara-gara kamu!" ucap Arga terkejut saat sopir pribadinya menghentikan mobilnya secara tiba-tiba."Ada apa, Pak?" tanya Arga terkejut saat ada wanita yang menggebrak mobilnya."Hei, keluar!""Laura!" kata Arga terkejut saat wanita yang telah melintas di pikirannya kini telah berada di hadapannya."Bisa-bisanya mau nabrak orang! Keluar!" teriak Laura kembali. Kedua matanya memicing, kedua tangannya menopang di pinggang memperlihatkan dirinya yang marah akan kecerobohan dari sang sopir.Apa-apaan dia! gumam batin Arga melirik sopir pribadinya yang akan turun menghadapi Laura."Biar saya saja yang mengatasi wanita gila itu!" ucap Arga menghentikan langkah sang sopir.Tanpa banyak buang waktu, Arga turun dari mobil dan menghampiri laura yang terus saja menendang mobil miliknya.Laura terkejut dan seakan t
Langkah Alen terhenti. Tegakan salivanya mengalir dengan paksa melihat istrinya terlihat muram saat perkataan yang keluar dari mulut si pembawa acara.Pasti dia teringat dengan kedua orangtuanya! batin Alen melangkah menghampiri.Bunda merasa kasihan melihat menantu kesayangannya terlihat sangat sedih."Apa Kanaya sama sekali tak mempunyai keluarga?" tanya opa menatap naya dengan rasa penasaran."Kata Alen, dia hidup sebatang kara. Elena juga belum tau pasti, latar belakang kanaya gimana?" ucap bunda Elena membuat opa menoleh seketika ke arahnya."Jadi kamu belum tau latar belakang naya bagaimana?" Opa mendesah saat Elena menggelengkan kepala."Trus, bagaimana kalo ternyata latar belakang keluarga naya jauh dari kita, Elena?"Bunda tersenyum. Dengan lembut, belaian tangannya mulai meraih tangan ayahnya yang sudah keriput."Elena yakin, naya memiliki latar belakang yang bagus, Ayah. Alen tak mungkin mencari istri yan
"Apa yang ia lakukan? Apa dia tak risi tidur menggunakan gaun seperti itu?" gumam batin Alen menutup kedua matanya kembali saat Naya berbaring menghadap dirinya."Padahal, aku hanya ingin minta tolong untuk membuka resleting gaun ini, Mas. Tanganku tak sampai menggapainya. Andai saja, mas Alen sabar menunggu aku ganti baju di sana, mungkin saat ini aku sudah tidur lelap, seperti Mas Alen. Jujur, Mas! Aku juga capek, aku lelah!" lirih naya yang mengejutkan Alen.Pejamkan saja mata kamu, Naya. Pasti kamu akan bisa tidur dengan sendirinya! gumam batin Naya mencoba untuk memejamkan kedua matanya.Matahari pagi mulai memunculkan cahayanya. Semilir angin berhembus menembus ke arah jendela yang sudah terbuka di balik kamar milik pengantin baru itu.Alen menyeringai. Kedua matanya tak berhenti menatap wajah cantik dan imut yang di miliki naya."Mas, Jika boleh, ijinkan aku memakai kimono yang biasa mas pakai. Aku ingin sekali memakainya!" K
BrakNaya terkejut saat Alen melempar berkas itu tepat di atas meja."Apa aku menyuruh kamu yang mengantar berkas ini?" ketus Alen memicing."Bukan begitu, Mas. Hanya saja, Dhaniel ...," kata Naya terhenti saat tangan Alen mengkodenya untuk diam.Tok tokNaya dan Alen menoleh."Masuk!" kata Alen datar.Lentik indah bulu mata naya tak berhenti mengerjap saat sekertaris suaminya datang menghampiri. Cantik, menawan dan mempesona terlihat jelas di diri sang sekretaris itu."Maaf, Pak. Semua staff sudah menunggu di ruang rapat!" kata sekretaris cantik itu terlihat begitu sempurna."Baik, saya akan segera ke sana!" jawab Alen dengan senyum tipisnya.Dahi naya mengernyit. Ia tak menyangka jika sang suami bisa bersikap sopan pada orang selain dirinya."Baik, Pak. Kalo begitu saya permisi!" ujar sekretaris itu pergi sembari tersenyum ke arah naya.Naya memaksa untuk tersenyum meski h
Aku menatapmu karena aku sangat merindukanmu, Mas. Rindu ini semakin besar sejak mas alen pergi tanpa ke kantor tanpa sepengetahuanku. Ya Tuhan, baru kali ini merasakan hal tak biasa dalam diriku. Rasa sayang ini, rasa cinta ini seakan sudah mendarah daging dalam tubuhku!" gumam batin Naya melirik ke arah tangan suaminya."Mas, nanti kalo di jalan melewati apotek, Kita berhenti dulu, ya. Aku mau beli ...," kata Naya terhenti."Jangan terlalu sering minum obat tidur, aku tak suka mempunyai istri yang kecanduan mengkonsumsi obat tidur!" tutur Alen menoleh ke arah naya sebentar dan fokus mengemudi kembali."Tapi, Mas!""Jangan membantah!" kata Alen yang membuat naya terdiam seketika.Naya seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Ia bingung dengan apa yang dilakukan oleh suaminya.Kenapa mas Alen membahas tentang obat tidur? Aku ke apotek kan hanya untuk membeli vitamin buat Surti! gumam batin naya seraya melipat bibir mungilnya. Ta