Bab 86
"Senang sekali rasanya. Akhirnya sekarang aku bisa ketemu langsung sama Mas George malam ini. Berasa seperti mimpi saja!" ujar Zea tersenyum simpul. Tatapan kebahagiaan terpancar di wajahnya. Sedangkan George hanya bersikap datar.
"Ya, aku juga cukup senang bisa bertemu sama wanita secantik kamu di sini, Zea." balas George. Dalam hatinya, ia berucap demikian hanyalah sebagai trik belaka. Senyum Zea semakin lebar dengan pujian dan sanjungan yang dilontarkan oleh George. Dalam hati ia berkata "kecantikanku memang bisa menaklukan siapa saja. Termasuk lelaki sedingin George." Zea merasa nenang. "Kamu amat cantik dan muda, Zea. aku tidak yakin jikakalau kau datang kemari sendirian. Lihatlah! Banyak lelaki yang melirik ke arahmu!" George melihat kepada beberapa pasang mata yang menatap Zea dengan sorot mata nakal. Ya pengunjung bar rata-rata memang lelaki matBab 87"Ada apa, Zea? Kau kelihatan gugup?" George bertanya. "Hmm . Tidak! Tidak ada apa-apa. Hanya kesal. Sebab tadi ada seorang laki-laki yang mencoba untuk menggodaku. Iseng, kukatakan saja kalau aku sudah punya pasangan. Ketika kau datang, dia malah buru-buru pergi. Mungkin dia merasa segan padamu." Zea menggandeng tangan George.George menuruti langkah Zea menuju ke kursi bar, dimana mereka duduk sebelumnya. Raut mukanya tidak menunjukkan kecurigaan apapun.The Exotic Bar, merupakan salah satu bar terbaik yang ada di kota tersebut. Sesuai dengan namanya, bar terseybit di bentuk dan didesain sedemikian rupa dengan suasana eksotik namun terkesan elegan. Suasana cukup menghibur dengan suguhan-suguhan menu khas hiburan malam yang membuat para penggemarnya ketagihan untuk datang ke sana. Ditambah dengan pelayanan para bartender yang berwajah ayu nan rupawan, semaki
Bab 88"Laki-laki yang teramat aneh! Sok suci. Lihatlah kau, George! Akan kudatangi istri yang kau banggakan itu!" Zea melangkah geram. "Zea, mau kemana kamu?" Arza berteriak ketika melihat Zea melangkah cepat menujuj ke arah keluar bar. Zea semakin memprcepat langkah kakinya. Ia merasa malas jika pria itu mendekat. Sudah pasti lelaki itu akan melemparkan banyak pertanyaan soal pekerjaan Zea yang bisa di katakan tidak berhasil. Zea merasa kecewa pada dirinya sendiri. Merasa malu. Sebab ia sama sekali gagal untuk merayu George.Zea tetap tak peduli. "Zea! Tunggu!" Arza kembali berteriak. "Aku sedang ada urusan penting! Tidak ada waktu lagi untuk berbicara denganmu." tanpa menopleh lagi Zea berlalu.***Nadine sedang melangkah menuju ke salah satu butik miliknya yang sselama ini ia per
Bab 89 Namun Zea berpura-pura menyembunyikan keterkejutannya. Sama sekali ia tidak ingin harga dirinya jatuh di depan Nadine, wanita yang ia anggap sebagai saingan berat dalam misinya meraih cinta George "Oooh, kau bangga telah memiliki butik seperti ini? Padahal semua ini kau dapatkan dari uang George, bukan? Haha ... kau pikir aku tidak tahu apa." ucap Zea asal menebak. "Maaf, aku tak perlu menggunakan uang George jikalau hanya untuk sekedar memiliki butik seperti ini. Aku bukan wanita sepertimu yang hanya bisa bertumpu pada uang laki-laki. Meskipun itu pada suamiku sendiri. Apalagi kepada suami orang lain. Ah tidak, Zea! Asli, itu bukanlah sifatku." Nadine menyambung ucapan. Zea kembali merasa tersindir. "Tak perlu kau berkata seperti itu. Bagaimanapun kau bicara, aku bisa melihat, bahwa kamu bukanlah siapa-siapa. Bukan
Bab 90 Arza hanya diam tak banyak berekspresi ketika Zea sibuk membahas masalah George. Sepertinya lelaki itu sudah bosan dengan celotehan Zea. Ruangan kamar yang bernuansa gelap, yang merupakan kamar apartemen yang di sewa Arza sejak dua bulan lalu, seolah menjadi saksi atas pertengkaran Zea dan Arza yang kerap kali terjadi. "Aku sudah mengeluarkan banyak uang untukmu, Zea! Namun kau belum juga berhasil untuk menggoda laki-laki tersebut." ujar Arza mendengus. "Hal wajar jika kau mengeluarkan banyak uang. Aku juga sudah banyak membuang waktu dan ruang untuk menjalankan keinginanmu." balas Zea. "Tapi, kalau usahamu tidak membuahkan hasil, ya sama saja bohong!" potong Arza seperti berkeluh kesah, kecewa. Ia kecewa dengan cara kerja Zea. "Belum apa-apa kau sudah mengatakan kakau aku tidak berhas
Bab 91"Selamat siang, Pak George! Menikmati betul sepertinya." Seorang laki-laki menghampiri George yang tengah menikmati makan siang di resto perusahaan. Pikiran George yang sedang tertuju pada wajah Nadine istrinya, kurang begitu berkenaan dengan seseorang yang baru saja datang tersebut. Jelas, Ia yang tengah mengalami gejolak masalah dalam rumah tangganya merasa terganggu. Namun George tetap memaksakan diri untuk menoleh. Ia menghembuskan nafas panjang setelah melihat siapa yang datang. Rasa benci dan jijik menghampirinya. Akan tetapi, kebencian itu terkalahkan oleh rasa penasaran dengan apa lagi yang akan dilakukan oleh laki-laki yang baru saja datang tersebut, membuatnya berpura-pura untuk berlaku sebiasa mungkin. "Iya, Arza." jawab George datar.
Bab 92Ruangan di resto tidak terlalu ramai pengunjung. Ditambah dengan jam istirahat siang yang masih begitu panjang, membuat Arza bisa lebih banyak menghabiskan waktu untukmengobrol bersama Georga siang itu. "Pak, maaf jika perkataanku lancang dan kurang berkenan." tutur arza.George meneguk minuman beraroma jeruk yang terhidang di hadapannya. "Tidak, Arza! Kau tidak lancang sama sekali." Arza bisa bernafas lega. Setidaknya Arza tidak terlalu sungkan untuk bicara lebih lanjut. "Aku juga senang bisa mengajakmu bicara. karena dalam pandanganku kau cukup bijak dalam hal ini." George menyambung ucapannya. Ucapan George semakin meyakinkan hati Arza untuk berbicara panjang lebar. Arza merasa peluangnya untuk memprovokasi George sungguh terbuka lebar. "Aku tidak bermaksud berlebihan. Ha
Bab 93 Arza kembali memutar otak. Kali ini ia sadar harus bertindak lebih berhati-hati dari sebelumnya. "Maaf, Pak. Sekarang zaman telah begitu canggih. Orang-orang bisa menggunakan berbagai cara untuk mengibuli kita. Selama ini memang Nadine selalu bepergian bersama Pak George. Tapi apakah Pak George bisa memastikan kalau ia selalu melakukan hal baik? Kurasa tidak. kedua mata kita tidak mungkin dua puluh empat jam tidak lepas dari orang-orang yang kita sayang. Termasuk ketika Papak pergi keluar kota mengemban tugas perusahaan misalnya." ucap Arza berhati-hati. George nampak berpikir. Entah apa yang ia pikirkan, Arza tak tahu itu. Yang Arza tahu adalah harapan agar Tuhan berkenan membuat George percaya dengan kata-kata yang ia ucapkan. Harapannya terlalu besar untuk itu. Dendam kesumat Arza yang terlalu besar untuk George membuatnya nekat. Meskipu
Bab 94Zea tersenyum puas memandang lelaki yang tengah berbaring di tempat tidurnya.Tiba-tiba saja sebuah panggilan masuk dari seseorang dengan nama Alea muncul di layar ponsel milik George. Dengan sengaja, Zea mematikan panggilan tersebut. Clink! Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel George. Dengan mudahnya Zea bisa membuka pesan itu. Sebab sebelumnya, ia telah mengetahui jika ponsel George harus di buka dengan metode sidik jari George. Berita ini Zea dapatkan dari Arza. [Pa, mengapa telepon Alea nggak di angkat?Ini hari udah malam, kenapa masih belum pulang juga? Alea jadi khawatir.] "Oooh pesan dari putri bungsunya." Zea menyeringai tipis. Dengan cepat Zea menuliskan pesan balasan untuk Alea. [Nak, nggak usah nungguin Papa pulang, y