Share

Dua Puluh Tujuh

Jadwal persidangan pukul 15.00. Masih bisa kusempatkan bekerja, dari pada izin terus malah tidak enak dengan yang lain. 

"Sidang mau aku temani nggak, Wid?"

"Nggak usah."

"Kalau berubah pikiran bilang, ya."

Aku mengangguk saat Nina memberikan tawaran. Namun, sepertinya lebih baik sendiri. Toh, sudah di temani Pak Wawan, pengacaraku.

Kenapa aku jadi tidak sabar menyandang gelar janda? Ah ... menyebalkan. Hal ini mungkin karena aku sudah muak dengan kelakuan mereka. 

"Wid, iparmu baru anak magang saja gayanya selangit. Dengar-dengar, dia mau nikah?"

"Dengar-dengar, tapi nggak tahu, deh."

"Nggak jadi katanya."

"Lah, kenapa?"

"Si cowok cuma bisa kasih mahar lima belas juta, tapi ibunya minta tiga puluh juta."

Miris, dulu saja saat menikah denganku, Mas Reno hanya memberikan aku lima belas juta. Sekarang, menikahkan anak gadisnya seperti sedang menjualnya.

Tidak heran dulu saat kami lamaran saja

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status