Share

Bab 158

Kutangkupkan kedua tangan di depan dada, berharap permohonanku dikabulkan.

"Boleh, asal masih sanggup aja."

Ia menghembuskan napas, lalu bibirnya tersenyum. Aku mengangguk menyetujui.

"Oke, tunggu, ya."

Tangan kanannya meraih bahuku, sementara tangan kirinya menekan beberapa nomor, kemudian meraih gagang telepon di atas meja.

"Hallo. Ya, saya mau pesan salad sayur sama jus alpukat, nggak pakai gula, tapi pakai madu. Ya, masing-masing dua. Kamar nomer, 208. Oke, makasih, saya tunggu, ya."

Klik. Gagang telepon telah kembali ke tempatnya. Kini ia meraih daguku dengan ujung jarinya.

"Udah, ada lagi, Nyonya Dirgantara?"

Ditatap lekat wajah ini, hingga aku tersipu sendiri.

"Terima kasih, Kak. Udah, habis ini udah, deh."

"Malem lho, ini, apa nggak papa minum jus?" tanyanya.

"Nggak tau juga, heran juga kenapa sekarang makanku banyak."

Aku menggaruk kepala yang tak gatal. Heran sendir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status