Share

31. Tetes terakhir

Ketika matahari memanggang jalanan berdebu, Ammar masih bergerak gelisah. Bersembunyi di bawah pohon beringin. Angin yang berhembus kencang tak mampu menyejukkan diri Ammar. Sudah lebih dari satu jam setengah Ammar menunggu teman Adam yang ia sendiri belum tahu namanya.

Umi dan Abah pun sama gelisahnya dengan Ammar. Beberapa kali Umi melakukan panggilan telepon untuk menanyakan sudahkah ia dapatkan darah tersebut. Ammar menjawab belum. Ia ragu untuk mengungkap kebenaran bahwa bukan dirinya yang berhasil menyelamatkan Ayudia. Resah kembali bergelayut, Ammar tak ingin nama Adam membumbung tinggi di lisan Abah, Umi. Terutama Ayudia.

Tiga puluh menit kemudian, Abah kembali menghubungi. Abah sempat memaki Ammar karena tak bergerak juga. Sebenarnya bukan memaki, namun kondisi Ammar yang tengah sensitif, menganggap usulan-usulan yang Abah lontarkan adalah sebuah ujaran kemarahan.

Tak tahan bolak-balik di teror oleh Abah serta Umi. Akhirnya, Ammar mengaku juga. Mengatak

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status