Share

45. Ammar jadi Saksi

Pagi-pagi sekali, masih pukul lima kurang delapan menit. Usai sholat jamaah subuh, Adam bergegas memanasi motor, lalu pergi tanpa kembali pamit ke rumah Abah. Sebabnya semalam Adam sudah dari sana, mengajak Muha. Sayangnya Muha tak bisa ikut dikarenakan sedang menjalani ujian semester.

Udara pagi menusuk kulit, apalagi semalam hujan deras mengguyur seluruh kecamatan di Sandur. Jaket parasut yang memeluk kaos hitam, tak juga memberi Adam rasa hangat. Pukul enam sudah naik perahu, bibir Adam pucat dan kering. Adam menggigil. Ya, tubuh manusia memang punya upaya adaptasi sendiri, tubuh bisa merespon cepat kondisi lingkungan agar senantiasa bertahan serta berfungsi dalam keadaan normal, atau biasa disebut homeostasis.

"Abang kedinginan, ya?" Tanya anak buah perahu yang cuma semata wayang.

Adam mengangguk, sambil menggosokkan telapak tangan. Matahari yang ditunggu malah berselimut awan hitam. Sudah tahu musim hujan, Adam tak membawa baju lain.

"Ini diminum kopinya, Bang. Mungkin kurang man
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status