Share

CHAPTER 2

"Love is not what you say, love is what you do."

***

Malam itu usai bertugas di rumah sakit, Pandu bergegas pulang. Tiba di rumah, ia segera menuju kamar untuk mandi dan berganti pakaian. Namun ia baru menyadari, jika sejak ia pulang, pria berwajah teduh itu belum melihat Kanaya, sang istri.

"Dimana Kanaya?" pikirnya sambil berjalan keluar dari kamar

Tiba-tiba matanya menangkap sosok Kanaya yang tengah tertidur di meja makan dengan apron yang masih menempel di tubuhnya.

"Sepertinya ia kelelahan setelah seharian berkutat dengan urusan domestik," pikir Pandu iba

Pandu berjalan mendekati sosok wanita kesayangannya yang nampak masih terlelap itu. Dipandanginya setiap inci wajah ayu yang membuatnya bertekuk lutut tersebut, dengan sekuat tenaga menahan diri untuk tidak mengecup keningnya yang mulus bak porselen.

Krukk krukk!

Tiba-tiba perutnya mengacaukan semuanya. Pandu segera menjauh dari Kanaya agar ia tidak terganggu apalagi sampai terbangun karena mendengar suara perutnya yang sudah tidak bisa diajak berkompromi ini.

Pandu beralih menuju pantry, untuk mengambil piring dan perlengkapan lainnya lalu menyiapkan makanan untuk ia makan. Makanan yang seharusnya untuk makan siang, akhirnya baru bisa ia nikmati sekarang karena terlalu sibuk di kampus dan rumah sakit.

"Mas, kamu sudah pulang?" tanya Kanaya tiba-tiba terjaga. "kenapa gak bangunin saya, saya 'kan bisa hangatin makanannya." lanjutnya menghampiri sang suami yang tengah asyik melahap masakan buatannya

"Tidak perlu. Ini juga sudah enak kok," jawab pria bernetra hazel itu sambil menikmati masakan pertama dari istrinya. "maaf ya jika saya membangunkan kamu."

"Tidak apa-apa kok, Mas. Lagipula tidak seharusnya juga saya tidur disini." ujar Kanaya seraya menampilkan senyum manis yang baru pertama kali dilihat oleh Pandu. "Mas, hari ini sibuk sekali, ya?" tanyanya kembali serius seraya menarik kursi di samping sang suami 

"Iya, hari ini jadwal saya memang cukup padat. Selain mengajar di kampus, saya juga harus ke rumah sakit karena ada operasi darurat," jelas pria bertubuh tinggi tersebut setelah menyesap air putih. "saya minta maaf ya, karena tidak bisa pulang untuk makan siang." sesalnya menatap Kanaya intens

"Tidak apa-apa kok, Mas. Saya mengerti, itu semua memang bagian dari profesionalitas kamu sebagai tenaga pendidik dan tenaga medis," jawab wanita bermata indah itu tulus. "saya juga minta maaf soal tadi pagi."

Seketika dahi Pandu berkerut. "Memang ada masalah apa tadi pagi?" monolognya

"Saya harap, Mas bisa mengerti." lirih Kanaya tertunduk menyesal 

"Saya benar-benar tidak mengerti, memang apa yang terjadi tadi pagi?" tanya Pandu dengan polosnya mencoba mengingat-ingat

Kanaya nampak ragu. "Soal.." lirihnya

Pandu menunggu pernyataan selanjutnya dari Kanaya. "Pasti soal smoothies itu kan?" tebaknya asal

Kanaya tercengang. "Bukan Mas, tapi soal sikap saya.." lirihnya tertahan

Ingatan Pandu kembali berputar ke waktu itu. Dan sejurus kemudian membuatnya tersenyum geli.

"Oh masalah itu. Sudahlah, lupakan saja. Saya mengerti bahwa kamu belum siap, saya juga minta maaf karena tidak bisa menahan diri." kata Pandu 

Kanaya terdiam. Ia masih merasa bersalah atas kejadian tadi pagi sekaligus kesal dengan sikap Pandu yang seakan tak peduli dengan permintaan maafnya.

"Sudahlah, Nay. Lupakan saja, anggap saja hal itu tidak pernah terjadi. Saya mengerti akan kondisi kamu dalam hubungan ini," terang pria berusia kepala tiga itu dengan lembut. "kamu tenang saja, saya bukan tipe lelaki yang gampang baper hanya karena masalah sepele seperti itu." katanya dengan santai

Kanaya menatap pria yang telah meminangnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan dan Pandu hanya membalasnya dengan senyuman manis andalannya.

"Sebaiknya kamu mandi air hangat lalu istirahat. Sepertinya kamu kelelahan," saran Pandu. "nanti setelah saya selesai makan, akan saya buatkan teh hijau supaya kamu lebih rileks. Kamu belum pernah coba teh hijau buatan saya 'kan? Kamu harus coba, di jamin ketagihan." ujarnya lagi dengan penuh percaya diri

"Tidak perlu, Mas. Seharusnya hal itu Mas yang lakukan bukan saya, Mas tentu lebih capek dari saya setelah mengajar dan operasi tadi," tolak Kanaya dengan halus. "lagipula saya masih bisa kok, Mas kalau hanya membuat teh saja. Dan terima kasih untuk tawaran teh hijaunya, tapi lain waktu saja, ya." sambungnya kembali tersenyum

Pandu hanya bisa mengangguk.

"Saya permisi dulu ya." ujar wanita berparas jelita tersebut beranjak menuju kamar 

Pandu kembali mengangguk lalu meneruskan aktivitasnya.

* *

CKLEK!

Pintu kamar terbuka. Terlihat dari balik pintu, masuk sosok Pandu yang membawa secangkir teh hijau.

"Silakan dicoba." ujar Pandu meletakkan cangkir teh hijau itu di nakas

Kanaya hanya bisa menarik napas panjang. "Saya 'kan sudah bilang gak perlu, Mas. Saya bisa kok, kalau hanya buat teh saja," terangnya tak enak hati. "tapi terima kasih ya, maaf merepotkan."

Pandu hanya mengangguk disertai dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari paras rupawannya lalu beranjak keluar setelah mengambil tas kerjanya.

"Mas, kamu mau kemana?" tanya Kanaya yang seketika menghentikan langkah Pandu 

"Ke perpustakaan. Saya harus memeriksa makalah mahasiswa," jawab Pandu berdiri di depan pintu kamar. "kalau kamu mau tidur, tidur saja duluan, ya."

Kanaya hanya termenung. Melihat raut wajah Kanaya yang berubah, tak ayal membuat Pandu segera menghampiri sang istri. "Kamu kenapa?" tanyanya lembut 

Kanaya menggeleng dan hanya tersenyum simpul.

"Jangan bilang kamu takut di kamar sendirian?" goda Pandu tersenyum jail 

"Tidak kok, Mas. Saya hanya kasihan sama kamu, ini 'kan sudah malam, waktunya istirahat tapi kamu masih harus berjibaku dengan pekerjaan kamu." jelas Kanaya dengan wajah muram

Pandu kembali tersenyum. "Nay, terima kasih, ya karena sudah mengkhawatirkan saya tapi saya baik-baik saja kok. Saya bahagia menjalani profesinya sebagai seorang tenaga medis dan pendidik karena itulah cita-cita saya sejak dulu."

Wanita berkulit kuning langsat khas wanita Indonesia itu hanya terdiam mendengarkan sang suami.

"Mungkin nanti kita harus ngobrol lebih banyak lagi tentang masing-masing, ya? Agar kita bisa saling mengenal satu sama lain." usul Pandu dengan antusias 

Sang istri mengangguk mantap. "Iya, Mas. Sepertinya kita memang butuh bicara untuk saling mengenal satu sama lain." sambut Kanaya tidak kalah antusias 

"Baiklah, nanti kita lanjutkan lagi, ya. Sekarang kamu istirahat." ujar Pandu lagi. "Selamat istirahat. Oh iya, jangan lupa teh hijaunya di minum supaya tidurnya lebih nyenyak." pesannya sebelum menghilang dari balik pintu

"Terkadang aku merasa bersalah karena belum bisa mencintai pria sebaik Mas Pandu. Mungkin memang benar, kami harus saling mengenal lagi satu sama lain agar lebih mudah bagi kami, khususnya aku untuk bisa membuka hatiku kembali suatu hari nanti. Walaupun aku tak yakin akan hal itu, namun entah lah siapa yang bisa tahu akan apa yang terjadi kedepannya." batin Kanaya

* *

Entah mengapa malam itu Kanaya tidak bisa tidur, mungkin karena terlalu banyak yang ia pikirkan. Akhirnya wanita cantik itu memutuskan untuk berjalan-jalan keluar kamar untuk sekedar mencari udara segar.

Tiba di depan perpustakaan, ia melihat dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, Pandu masih berkutat dengan pekerjaannya.

Nampak sesekali ia terlihat memijit pelipisnya dan melakukan stretching untuk melemaskan otot-ototnya yang mungkin mulai kaku akibat terlalu lama duduk.

merasa kasihan melihatnya dan tiba-tiba Kanaya memiliki ide. "Biar aku buatkan Mas Pandu sesuatu untuk menemaninya bekerja." pikirnya segera menuju dapur

Tok Tok Tok!

"Mas, boleh saya masuk?" tanya Kanaya namun tak ada jawaban akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk.

Sangking fokusnya, Pandu sampai tidak menyadari sang istri telah berada di hadapannya.

"NAY? kenapa kamu belum tidur?" tanya Pandu kaget saat melihat sang istri tengah berdiri mematung membawa nampan berisi secangkir hot dark chocolate

"Saya tidak bisa tidur jadi pergi keluar untuk cari angin, ketika saya lewat di depan perpustakaan saya lihat Mas Pandu sedang melakukan peregangan otot. Jadi saya berinisiatif untuk membuatkan Mas coklat panas ini supaya Mas bisa lebih rileks dan semangat lagi menyelesaikan tugasnya, karena menurut penelitian yang pernah saya baca, coklat bisa mengembalikan mood yang buruk akibat stres, kelelahan dan dapat meringankan stres itu sendiri." bebernya yang membuat Pandu tersenyum aneh sambil memandangnya. "Kenapa Mas Pandu menatap saya seperti itu?" tanyanya mulai tidak nyaman

"Saya senang mendengar kamu bicara. Ini pertama kalinya saya mendengar kamu bicara sesantai ini dengan saya," ujar pria penggemar warna putih tersebut tersenyum bahagia. "saya berharap kamu bisa selalu seperti ini."

"Silakan, diminum Mas coklat panasnya." ujar wanita bersurai hitam bergelombang tersebut meletakkan cangkir coklat panas itu di meja kerja sang suami lalu bergegas pergi

Namun tangan kokoh pria itu menghentikan langkahnya. "Terima kasih ya atas coklat panasnya." kata Pandu tulus dengan senyuman manis yang tidak terlupakan 

Kanaya hanya tersenyum lalu pamit. "Saya permisi."

Pandu tersenyum puas melihat pipi mulus sang istri bersemu karena dirinya. Di sisi lain, Kanaya pun kembali ke kamar dan membaca novel favoritnya untuk menghilangkan rasa gugup yang entah karena apa, hingga akhirnya ia pun terlelap sampai pagi.

* * *

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status