Share

CHAPTER 3

"Meeting you was fate, becoming your partner was a choice, but falling in love with you was completely out of my control."

***

Tanpa terasa sebulan sudah Pandu dan Kanaya resmi menjadi sepasang suami istri. Walaupun sejak awal pernikahan, Kanaya telah mengatakan yang sejujurnya bahwa ia tidak mencintai pria tampan itu namun Pandu tetap nekat menikahi gadis cantik itu dan siap menunggu hingga Kanaya pada akhirnya benar-benar bisa mencintainya secara utuh sebagai seorang suami.

Malam itu usai mengajar di kampus, Pandu bergegas pulang karena merindukan sang istri yang memang tengah bertugas sejak beberapa minggu lalu itu dan berharap Kanaya telah kembali dari tugasnya sebagai seorang Cabin Crew dan menyambutnya dengan masakannya yang enak.

Tiba di rumah, ia segera pergi ke kamar namun tidak menemukan siapapun disana.

"Mungkin Kanaya masih di airport." pikir Pandu

Sambil menunggu kepulangan sang istri, seperti biasa ia akan membersihkan diri. Usai mandi, tiba-tiba muncul ide di kepalanya, ia pun bergegas menuju walk in closet dan memilih pakaian terbaiknya namun mendadak kepalanya terasa pusing dan perutnya juga mual.

CKLEK!

"MAS!" panggil Kanaya masuk ke kamar setelah melihat mobil sang suami terparkir di halaman rumah. "Mas, kamu disini?"

Tiba-tiba ia mendengar ada suara seseorang yang muntah di kamar mandi. Ia pun segera berjalan menuju asal suara dan memeriksanya.

Tok Tok Tok!

"Mas, kamu di dalam?" tanya Kanaya memastikan namun tak ada jawaban apapun selain suara orang yang tengah muntah.

Tok Tok Tok!

"Mas Pandu!" panggil Kanaya lagi semakin cemas

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Pandu keluar dengan wajah pucat dan tubuh lemas. Ia kaget sekaligus senang saat melihat sang istri tepat di depannya.

"Astaga, Mas. Kamu kenapa?" tanya Kanaya menggamit lengan sang suami yang tampak lemas itu agar tidak jatuh

Pandu menggeleng. "Tadinya saya mau bikin surprise buat menyambut kepulangan kamu sekaligus merayakan tepat sebulan kita menikah tapi yang terjadi malah sebaliknya, kamu yang bikin surprise saya." kata Pandu tersenyum kecewa

Kanaya tidak berkomentar apapun. Ia membantu Pandu merebahkan diri di kasur dan memintanya untuk istirahat, sementara ia akan memasak sesuatu untuk Pandu.

"Kamu gak usah mikirin apa-apa dulu ya. Sekarang kamu harus istirahat, sepertinya kamu kena maag karena sering telat makan dan begadang terus," ujar Kanaya menyelimuti sang suami. "saya akan memasak sesuatu untuk kamu. Tunggu sebentar ya."

Tiba-tiba Pandu menahan tangan sang istri. "NAY!"

"Iya, Mas?" sahut Kanaya dengan sangat lembut 

"Terima kasih ya," ucap pria bertubuh atletis itu dengan senyum bahagia yang menghiasi paras tampannya 

Kanaya mengangguk sambil tersenyum hangat lalu pamit keluar.

* *

Setelah hampir 15 menit berkutat di dapur menyiapkan makanan untuk sang suami, akhirnya semuanya beres. Segera ia letakkan di atas nampan semangkuk oat corn creamy soup yang telah ia buat tadi dan segelas air putih.

"Semoga Mas Pandu suka." harap Kanaya 

Ia pun berjalan menuju kamar. Di tangga ia berpapasan dengan sang suami yang nampak terburu-buru.

"Mas, kamu mau kemana?" tanya Kanaya menghentikan sang suami yang masih terlihat lemah

"Saya harus ke rumah sakit, ada pasien emergency yang membutuhkan pertolongan secepatnya." jawab Pandu bergegas turun  

Dengan sigap tangan Kanaya menahan sang suami. "Kamu harus istirahat, Mas. Kamu juga sedang sakit, toh di sana masih banyak dokter lain 'kan yang bisa menanganinya."

"Tidak ada Nay, dokter yang sedang bertugas juga sedang sibuk dengan pasien lain. Saya harus tetap pergi, tolong lepaskan tangan saya." sanggah Pandu bersikeras 

"Tidak! Kamu harus istirahat, saya tidak mau terjadi sesuatu sama kamu karena kamu terlalu memforsir tenaga kamu seperti ini. Tubuhmu juga butuh istirahat, Mas. Jadi saya mohon, ikuti saya kembali ke kamar ya. Saya sudah siapkan makanan untuk kamu." ajak Kanaya menunjukkan makanan yang telah ia masak untuk sang suami 

Namun Pandu tetap bersikeras pergi. Ia tidak bisa bersikap egois dan menelantarkan pasien yang membutuhkan pertolongan, lagipula ini masalah kemanusiaan bukan soal lain yang bisa ditunda sejenak.

Walaupun konsekuensinya Pandu harus menyakiti hati sang istri yang mengkhawatirkan kondisinya bahkan mengorbankan kesehatannya sendiri ia tidak peduli, yang ia pedulikan saat ini adalah keselamatan pasien itu.

"Saya benar-benar minta maaf tapi saya harus tetap pergi." lirih Pandu sebelum berangkat ke rumah sakit 

Kanaya hanya bisa terdiam memandang bayangan sang suami yang mulai menghilang dari balik pintu. Ia kecewa namun juga kagum dengan suaminya itu. Ia kecewa karena sifat keras kepalanya itu bisa saja membahayakan kesehatannya dan kagum karena dedikasinya yang tinggi pada masalah kemanusiaan khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan.

* * *

Keesokan harinya..

Kanaya tidak bisa tidur semalaman, ia terus memikirkan sang suami yang hingga pagi belum kembali. Ia cemas akan kondisi sang suami yang tengah kurang sehat, namun masih ngeyel tetap pergi.

"Kenapa Mas Pandu belum pulang juga ya sampai sekarang?" batin Kanaya penuh rasa cemas  

Tok Tok Tok!

"MAS PANDU?" serunya segera keluar dari kamar dan berlari menuju pintu depan 

CKLEK!

"Mas Pandu, kamu.. " lirih Kanaya tertahan saat melihat siapa yang datang 

"Selamat pagi!"

"Pagi." jawab Kanaya kaget bercampur cemas melihat kedatangan aparat kepolisian di kediamannya 

"Apakah benar ini kediaman Bapak Pandu Dirgantara?" tanya salah satu anggota kepolisian 

"Iya, benar. Ini kediaman Pandu Dirgantara, saya adalah istrinya." jawab Kanaya. "maaf, kalau boleh saya tahu ada keperluan apa bapak-bapak sekalian mencari suami saya?" tanya Kanaya 

"Kami baru saja mendapatkan laporan bahwa pagi dini hari tadi, mobil dengan nomor kendaraan B 1010 PND atas nama Pandu Dirgantara ditemukan mengalami kecelakaan di jalan Merdeka Barat," terang salah seorang polisi muda dengan name tag Bripka. Randy Aditya itu. "saat ini korban tengah ditangani oleh tim medis di Jakarta Metropolitan Hospital."

Kanaya syok dan segera bergegas menuju rumah sakit untuk melihat kondisi sang suami.

* *

Kanaya tiba di rumah sakit bersama beberapa anggota polisi yang tadi mengabarkan tentang kecelakaan yang dialami sang suami.

"Terima kasih banyak, Pak sudah mengawal saya sampai ke rumah sakit." ucap Kanaya masih berusaha tersenyum di antara rasa cemas dan takut yang menyelimuti hatinya kala itu  

"Terima kasih kembali, Bu. Baik, kami permisi. Selamat pagi." ujar Bripka Randy dengan ramah khas seorang abdi negara 

Usai para polisi itu meninggalkan rumah sakit. Kanaya bergegas menuju IGD untuk melihat kondisi sang suami, setelah sebelumnya menanyakan informasi tersebut pada resepsionis rumah sakit.

"MAS PANDU!" menghampiri sang suami yang terbaring lemah

"NAY?"

"Kamu baik-baik saja 'kan Mas?" tanya Kanaya duduk di samping sang suami. Pandu mengangguk seraya menampilkan senyum khasnya. "Syukurlah, kamu baik-baik saja." ucap Kanaya lega 

Tiba-tiba ekspresi Kanaya berubah. "Tadi itu kamu hampir aja bikin aku jantungan tau gak! Kamu bayangkan saja tiba-tiba ada polisi datang ke rumah kasih kabar ke aku bahwa kamu mengalami kecelakaan, aku 'kan jadi panik dan takut. Beruntungnya aku gak punya riwayat sakit jantung, kalau gak mungkin kamu gak akan melihat aku lagi setelah ini." keluhnya bangkit dan berdiri di samping ranjang rawat sang suami sambil mengeluarkan seluruh isi hatinya

Pandu hanya tersenyum menanggapi keluhan sang istri yang semakin membuat kesal Kanaya. Pandu paham sang istri pasti sangat mengkhawatirkannya, setelah sebelumnya mereka juga sempat cekcok kecil bahkan Pandu tidak kembali hingga keesokan harinya dan hal itu tentu membuat sang istri cemas, ditambah dengan kedatangan beberapa anggota polisi mengabarkan jika dirinya mengalami kecelakaan, tentunya semakin menambah kalut pikiran sang istri.

"Beruntung kamu gak terluka parah. Aku benar-benar takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.. " di interupsi oleh Pandu

"Saya minta maaf ya, sudah membuat kamu cemas." sesal Pandu menggenggam tangan mulus wanita yang telah dinikahinya satu bulan lalu itu 

Kanaya terdiam sesaat. Pandu memandang Kanaya dengan tatapan bersalah. Melihat Pandu yang nampak begitu bersalah walau sebenarnya hal itu wajar terjadi toh bukan keinginan Pandu mendapatkan musibah ini.

"Aku juga minta maaf ya, Mas karena ngomelin kamu gak jelas tadi." sesal Kanaya mengusap lembut tangan kokoh yang menggenggam tangannya itu 

"Jadi sekarang sudah pakai aku-kamu nih, gak pake saya-kamu lagi?" celetuk Pandu menampilkan wajah jailnya 

Kanaya tersadar. Ia kembali mengulang ingatannya. "Sejak kapan ia mulai bicara sesantai ini?"

"Kenapa? Kamu baru sadar, ya?" goda Pandu seraya tersenyum manis yang seketika membuat Kanaya terdiam. "Aku senang sekali jika kamu benar-benar bisa sesantai ini ketika bersamaku. Aku merasa jauh lebih dekat dengan kamu, walau aku tahu kamu belum bisa mencintaiku sebagai suami kamu namun dengan kamu bersikap demikian, itu sudah lebih dari cukup untukku." ungkap Pandu dengan senyum bahagia

Kanaya benar-benar kehabisan kata-kata dan lebih memilih pergi dengan dalih ingin membeli sarapan.

"Kamu tidak perlu berusaha menghindariku seperti itu Nay, hanya karena kamu takut jatuh cinta padaku." cetus Pandu 

Kata-kata Pandu itu seketika menghentikan langkah Kanaya. "Aku.. "

"Aku tidak akan memaksa seseorang untuk mencintaiku, sekalipun orang itu adalah pasanganku," terang Pandu dengan mantap. "karena aku yakin cinta bisa tumbuh seiring waktu dan intensitas pertemuan yang ada."

"Jangan berharap lebih dariku, Mas. Aku gak mau kamu terluka karena hal itu." lirih Kanaya sesaat sebelum keluar dari IGD

"Aku pun berharap demikian, Nay. Namun apalah daya aku hanya manusia biasa yang hanya bisa berharap namun Tuhan lah yang menentukan semuanya." batin Pandu

* * *

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status