Share

CHAPTER 4

"I can never tell you that I love you because I am afraid you'll run away."

***

Keesokan harinya..

"Aku 'kan sudah bilang sama kamu, Mas jangan pergi tapi kamu masih ngeyel dan akhirnya apa?" omel Kanaya kembali menumpahkan emosinya terkait kecelakaan yang menimpa sang suami beberapa waktu lalu 

Pandu hanya bisa mendengarkan omelan sang istri dengan hati lapang. Ia sedang tidak minat untuk berdebat dengan sang istri.

Tok Tok Tok!

"Siapa sih yang datang malam-malam begini?" keluh Kanaya kesal karena berani-beraninya mengganggu sang singa betina yang tengah marah

CKLEK!

"PAPA MAMA?" seru Kanaya tak bisa membendung perasaan kagetnya 

Ternyata yang datang adalah Abhimanyu dan sang istri, Wiyana.

"Kenapa sih Papa dan Mama pakai acara kesini segala, aku 'kan belum puas ngomelin Mas Pandu yang bandel itu!" batin Kanaya kesal 

Karena sepertinya pasangan paruh baya itu berkunjung disaat yang kurang tepat, saat anak dan menantu mereka tengah adu argumen.

"Papa, kok tidak bilang dulu mau kesini?" menyambut kedua orangtuanya itu dengan wajah seadanya menunjukkan emosinya yang sesungguhnya 

Pandu menghampiri mertuanya tersebut. "Papa, Mama." sapanya menyalami pasangan paruh baya itu seperti biasa 

"Bagaimana kondisi kamu, Pandu?" tanya Abhimanyu membuka pembicaraan 

Pandu tersenyum. "Seperti yang bisa Papa lihat sendiri, sekarang kondisi saya sudah jauh lebih baik, tapi masih harus banyak istirahat dulu." jawab Pandu 

Abhimanyu mengangguk paham. "Syukurlah kalau demikian. Papa yakin kamu akan segera pulih, apalagi ada Kanaya disisi kamu." ucap Abhimanyu tersenyum 

Pandu mengangguk seraya tersenyum simpul sedang Kanaya masih nampak kesal.

"Oh iya, Pa. Papa dan Mama menginap disini 'kan?" pancing Kanaya seakan gembira kedatangan kedua orangtuanya 

"Sepertinya tidak sayang, karena besok Papa masih banyak urusan yang harus diselesaikan di kampus dan Mama juga ada klien penting kan Ma yang akan datang besok ke restoran." terang Abhimanyu yang sangat disyukuri oleh Kanaya 

"Iya sayang. Jadi kapan-kapan saja ya kami menginapnya, lagi pula tidak enak sama Pandu, dia 'kan butuh ketenangan. Nanti kalau kami disini, yang ada merepotkan kalian. Kasihan Pandu, dia lebih butuh kamu." timpal Wiyana seakan mengerti situasi yang tengah terjadi 

"Tidak apa-apa kok, Ma. Saya senang jika kalian menginap, rumah terasa lebih ramai." sanggah Pandu yang seketika membuat Kanaya tercengang

"Tapi kamu 'kan perlu banyak istirahat, tidak apa-apa lain waktu saja." tolak Wiyana melirik sang puteri semata wayang yang nampak kesal dengan keputusan sang suami 

"Tidak masalah kok, Ma. Saya baik-baik saja, kalian menginap disini ya. Saya akan siapkan kamarnya." bujuk Pandu beranjak dari sana 

Pasangan suami istri paruh baya itu hanya bisa terdiam memandang menantunya itu.

"MAS PANDU TUNGGU!" cegat Kanaya menahan sang suami yang terlihat masih lemah. "Biar aku saja yang siapin kamarnya, kamu duduk saja temenin Papa dan Mama."

Pandu menatap dalam Kanaya. "Apa kamu sudah tidak marah lagi padaku?" batinnya lalu beralih pada kedua mertuanya.

"Iya Pandu, biar Kanaya saja yang siapkan. Kamu istirahat saja, ayo kemari duduk disini sama kami." ajak Wiyana menepuk ruang hampa sofa di sampingnya 

Kanaya membantu sang suami duduk di sofa bersama kedua orangtuanya.

"Sebentar ya Pa, Ma, Mas. Aku tinggal ke kamar dulu." pamit Kanaya bergegas menuju kamar tamu

"Iya sayang." jawab Wiyana 

Akhirnya malam itu Pandu bersama kedua mertuanya duduk berbincang di ruang tamu sembari menunggu Kanaya yang tengah mempersiapkan kamar untuk kedua orangtuanya.

"Mama senang sekali, melihat Nay bisa kembali perhatian pada orang lain, iya 'kan Pa?" lirih Wiyana berusaha mencairkan suasana yang nampak dingin itu

"Maaf sebelumnya, Ma. Jika saya menanyakan hal ini," lirih Pandu. "memang sebelumnya Kanaya sosok yang seperti apa? Apakah sangat berbeda dari yang sekarang?"

"Lima tahun lalu, Kanaya pernah berada di titik terendah dalam hidupnya saat ia harus kehilangan pria yang nyaris menjadi suaminya," terang Wiyana menerawang ke masa lampau. "pria itu tewas dalam kecelakaan pesawat yang dalam sekejap membawanya pergi jauh dari sisi Kanaya, meninggalkan Kanaya bersama luka yang teramat dalam hingga nyaris merenggut nyawanya."

Pandu tertegun. Ia mulai berpikir mungkin inilah alasannya kenapa Kanaya belum bisa membuka hatinya kembali. Ia pernah terluka yang teramat dalam.

Abhimanyu menghela napas dalam. "Kanaya pernah beberapa kali berniat mengakhiri hidupnya namun selalu gagal dan puncaknya ia harus di rehabilitasi di salah satu rumah sakit kejiwaan karena menderita depresi berat pasca kejadian itu."

"Kanaya pernah depresi, Pa?" tanya Pandu seolah tak bisa mempercayai apa yang telah didengarnya itu  

Abhimanyu mengangguk lemah. "Iya, namun beruntungnya dia bisa bangkit lagi walau dengan susah payah. Mungkin karena itulah dia begitu sulit untuk membuka hatinya kembali untuk orang baru karena masih ada trauma dan luka yang belum pulih, yang mungkin bisa saja terulang kembali." ungkap Abhimanyu dengan mata berkaca-kaca

"Karena itu juga Mama minta Papa untuk segera menikahkan Kanaya, dan Papa memilih kamu dengan harapan kamu bisa mengembalikan jati diri Kanaya yang dulu, menyembuhkan luka yang pernah ada di hatinya dengan semua nilai positif yang kamu miliki." jelas Abhimanyu kembali tersenyum kala mengingat momen ia meminta Pandu menikahi Kanaya 

Pandu ikut tersenyum. "Saya benar-benar tidak mengira bahwa Kanaya pernah berada di titik terendah dalam hidupnya. Saya berharap, saya tidak akan mengecewakan Papa dan Mama yang sudah memilih saya untuk menjadi penawar luka bagi Kanaya. Saya benar-benar menghargai itu, terima kasih Pa, Ma atas kepercayaan yang telah kalian berikan kepada saya." kata Pandu 

Kanaya terlihat menuruni tangga yang seketika membuat pembicaraan itu berakhir begitu saja. "Pa, Ma kamarnya sudah siap. Kalau kalian mau istirahat, silahkan." jelas Kanaya datang

"Iya sudah, Mama mau ke kamar dulu deh. Papa mau ikut?" tanya Wiyana seolah memberi isyarat agar membiarkan pasangan muda itu menyelesaikan masalah mereka 

"Ikut dong. Kami ke kamar dulu ya, Pandu kamu juga istirahat ya." pesan Abhimanyu menepuk pundak sang menantu kesayangan yang segera di angguki oleh Pandu 

"Kamarnya di sebelah kanan, pintu kedua." ujar Kanaya 

"Ajak suami kamu ke kamar sana, biar dia cepat sembuh." bisik Abhimanyu agak 'nakal' sebelum naik ke atas yang hanya di respon Kanaya dengan senyum tipis 

Kanaya masih berdiri mematung sedang Pandu masih termenung bersama pikirannya sendiri.

"MAS!" panggil Kanaya mendekati sang suami. Pandu menoleh dan mendapati sang istri telah berdiri di sampingnya. "aku minta maaf, ya." sesalnya tertunduk malu 

"Minta maaf untuk apa? Kamu 'kan tidak salah, apa yang kamu katakan tadi memang benar adanya dan aku tidak akan menyangkal itu semua. Aku yakin, kamu melakukan itu karena kamu peduli padaku." terang Pandu dengan nada yang sangat tenang dan datar bagai tak ada emosi di dalamnya 

Kanaya terdiam. Pandu bangkit dari sofa dan berdiri berhadapan dengan sang istri.

Dipegangnya pundak sang istri. "Terima kasih karena sudah berusaha menjadi istri terbaik untukku." kata Pandu tersenyum simpul lalu pamit ke kamar

Tiba-tiba punggung Pandu menghangat, Kanaya memeluknya dari belakang. "Aku benar-benar minta maaf, Mas. Aku janji, akan berusaha untuk bisa mencintai kamu. Aku janji."

Pandu terdiam sesaat berusaha mengendalikan perasaannya. "Nay, aku tidak pernah memaksa kamu untuk bisa mencintaiku jika memang kamu tidak menginginkannya. Aku siap menunggu hingga waktunya tiba dan kamu bisa menjadi istriku yang seutuhnya. Aku rela menunggu waktu itu tiba walau hingga akhir usiaku nanti kamu baru bisa mencintaiku, aku rela."

Kanaya terdiam. Ia merasakan guncangan aneh di hatinya kala mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut sang suami.

"Kamu jangan tidur kemalaman ya, nanti kamu sakit." pesan Pandu mengelus lembut tangan sang istri yang tengah mendekapnya erat itu yang seketika membuat pelukan Kanaya mengendur hingga akhirnya terlepas dan Pandu pun beranjak untuk kembali ke kamar

"Entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku, Mas." lirih Kanaya menatap bayangan sang suami

* * *yang mulai menjauh

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status