Share

20. Tekanan


Hidup itu terbagi dua. Abadi dan fana. Namun, entah yang mana Zahra berada diantara dua golongan hidup. Bahkan saat ia dihujani dengan rasa sakit pun ia masih terjebak di dalam kecemasan. Seakan tabir itu begitu kokohnya mengukung Zahra dalam dimensi waktu yang tidak masuk akal.

"Zahra?"

Wajah lelaki tirus dengan kulit putih susu menyapa pagi Zahra. Dia duduk membawa segelas air putih dan sepiring nasi. Zahra terdiam beberapa detik. Ia mengumpulkan kesadaran penuh setelah beberapa hari terkecamuk peristiwa sehari yang lalu.

"Kenapa kamu kembali?" Bibir Zahra yang kering pucat teratup. 

"Kamu makan dulu, ya." Lelaki itu membantu Zahra duduk, tetapi tangan Zahra lebih dulu menampik tangannya. "Zahra."

"Jinbun!" Zahra mendorong piring yang dibawa Raden Patah hingga nasinya jatuh berserakan. "Kamu harusnya malu! Meninggalkan aku dan menyelamatkan aku tanpa membawa serta ayahku!"

"Jadi, kamu masih tidak percaya jika a

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status