"Pergilah kau!" teriak Stefen pada Laura, dengan lehernya yang masih terasa sakit, Laura buru-buru keluar dari kamar sang kaisar, hingga ia sampai di pintu dan menyadari jika kepala pelayan menguping semuanya. Tapi dia tidak peduli, yang ia pedulikan adalah untuk pergi dari kekaisaran dan menjauh dari Stefen.Sementara kepala pelayan bingung dengan hal yang ia dengar dari wanita itu."Kurasa yang ingin didengar Yang Mulia adalah rasa terima kasih darinya, tapi ... ia malah mengucapkan bahwa ia membencinya, aku khawatir akan terjadi sesuatu," cemas Kepala pelayan istana.Laura kini sudah berada di dalam kamar khusus di istana, ia melihat cermin dan memperhatikan wajahnya, bayangan ketika ia menyamar menjadi laki-laki itu muncul di sampingnya sambil tersenyum."Apa aku ini berbeda dari sebelumnya? Wajahku sampai tak bisa dia kenali sama sekali," lirih Laura. Sontak dua pelayan pribadinya yang berada di dalam kamar terkejut bahwa nonanya sudah bisa bicara."Nona, Anda ... bisa bicara?" t
"Anda ....""Duke Samuel Val Kilmer. Orang yang telah membelimu di pelelangan. Aku dipanggil secara langsung oleh kaisar, kalau kau sudah berkelakuan sangat buruk terhadapnya!" ucapnya dengan nada dingin.Ini pertama kalinya Laura berbicara dengan orang yang telah membelinya, pria tua itu bertemu dengannya hanya karena Stefen. Hati Laura semakin cemas. Apakah tindakannya ini salah? Berterus teranglah agar ia tidak diperintahkan untuk mendekati Stefen lagi."Ikuti aku!" ucap Duke Samuel.Ia mengajaknya ke sebuah ruangan. Memberikan pengawal sekantong koin emas, agar dirinya dibebaskan untuk memakai ruangan itu, hanya untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting. Sebenarnya apa yang ia inginkan? batin Laura."Kedua pelayanmu tetap diam di luar! Kita hanya bicara di dalam berdua saja dengan suara pelan!" pinta Duke Samuel.Ketika memasuki ruangan, Duke Samuel memperhatikan Laura dengan teliti. Terakhir kali dia melihatnya di pelelangan, wanita di hadapannya ini penuh dengan bekas luka
Dalam rapat kali ini di ruang pribadi kaisar mengenai pemilihan calon permaisuri.Baron dengan pemikirannya masih teringat dengan gadis berambut biru, sementara Kirim melihat beberapa dokumen yang pantas untuk memilih calon permaisuri dalam waktu dekat. Sampai akhirnya Duke Harvis datang ke ruangan."Sepertinya, kali ini yang mulia tidak akan hadir lagi," ucapnya. Baru saja pernyataan itu dilontarkan dan kaisar muncul di hadapan mereka.Duke Harvis, Kirim dan Baron langsung berdiri dan memberi penghormatan dengan kedatangan kaisar Stefen Angelo Collin."Hormat kami pada Surya negeri ini!" "Mari kita mulai rapatnya," ucap Stefen."Kami sudah mempertimbangkan siapa saja yang pantas menjadi calon untuk Anda nikahi," terang Kirim sembari memberikan dokumen."Menurutku, kandidat terbaiknya adalah putri tertua dari duke darius yang tinggal di barat. Astra Caroline."Mata Stefen melotot tak percaya."Kirim. Bukankah kau sudah tau rumorku tentang dia? Kau lupa dia telah menyembunyikan Estelku
Pangeran Maxwell melihat ke arah telapak tangan Laura." Hanya demi menangkap keong di taman, Anda rela basah kuyup," ucap pangeran Maxwell.Laura tak menanggapi pernyataan itu, tapi malah mengajaknya untuk mencari keong yang lain di taman pada pangeran Maxwell."Aku sudah bisa bicara sekarang.""Kaisar sepertinya benar-benar memperdulikan Anda.""Sebenarnya aku merasa sangat canggung jika pangeran memanggilku begitu sopan. Aku berharap kita bisa bicara lebih santai," ucap Laura sembari tersenyum menatap pangeran."Ngomong-ngomong kenapa Anda mencari keong-keong di taman?" tanya pangeran Maxwell. Sekarang wanita di hadapannya ini adalah rakyat istimewa istana, tidak seharusnya dia bersikap layaknya wanita bangsawan yang tidak menyentuh hewan kecil seperti keong di rerumputan."Ah itu ... aku merasa keong itu memberikan rasa geli dan menyenangkan. Bagaimana? Anda tertarik mencari keong bersamaku?" tanya Laura. Sementara pangeran Maxwell cukup terkejut dengan jawaban Laura, dia tidak b
Sudah tengah malam, tapi kali ini kaisar tidak ditemani oleh wanitanya. Padahal, Baron yang diajak ke kamarnya kali ini berharap berkenalan dengan wanita itu. Tapi, yang ia lihat adalah Stefen yang sudah terlihat mabuk dan mengajaknya minum."Ini sudah larut, kenapa kamu ingin mengajakku bicara? Bukannya biasanya wanita itu menemanimu?" tanya Baron penasaran. Siapa tahu dia bisa melihat wanita itu."Lupakan dia! Aku sedang membencinya! Aku cuma ingin mengajakmu minum-minum denganku," jawab Stefen ketus."Stefen, kau sudah terlihat mabuk.""Aku masih mau minum lebih banyak lagi, Baron, kau masih ingat soal SERK? Kita mengubur mereka yang tewas dan melatih anggota baru, benar-benar siklus tanpa akhir yang memuakkan," Stefen berbicara sambil sesekali menyesap minumannya."Aku tidak tau, apa kamu masih ingat atau tidak?""Sedari tadi kamu berbicara omong kosong, apa maksudnya?" tanya Baron yang sudah mulai kesal."Estel. Sudah 5 taun kita mencarinya, menurutku kita biarkan saja kali ini da
Di kediaman istana, semua orang sibuk membicarakan kaisar mereka yang bertingkah aneh semenjak wanitanya tidak berkunjung beberapa hari ke istananya. Stefen jadi pemabuk dan emosinya tidak stabil. Orang-orang menyangka jika kaisar sudah kehilangan wanitanya."Mereka bilang, kaisar sedang gila sekarang!" bisik pengawal dan pelayan di sekitar istana. "Aku juga sudah dengar. Kudengar kaisar mendatangi wanita-wanita ke kamarnya dan dia menanyakan hal yang aneh," imbuh yang lain.Kenapa kamu bisa bicara?Kenapa rambutmu bukan berwarna biru?Itulah pertanyaan Stefen.Sampai suatu saat Kirim berada di luar kamar Stefen dan terkejut ketika ketauan oleh Baron."Ada apa?" tanya Baron. "Ron, untung saja kau datang. Aku sudah tidak punya ide lagi sekarang, saat rapat dia bilang akan menobatkan salah satu wanita yang akan menjadi selirnya, tapi baru saja dia menyatakan untuk berubah pikiran!"Kirim yang bertanggung jawab terhadap kaisar merasa khawatir untuk ke depannya. Reputasi dan kekuatan kai
"Apa aku salah dengar?" tanya Stefen.Laura merasa ada kekhawatiran atas kecerobohan dari salah satu pelayannya yang menyebabkan kesalahpahaman pada kaisar.Laura berkata dalam hatinya. Aku melihat ada ketakutan di wajah Rose, itu pasti perbuatannya. Jika Stefen tau itu perbuatan dia, aku yakin Stefen akan membunuhnya."Anda sudah salah dengar, Yang Mulia. Memang aku yang mengirim bunga itu," ucap Laura.Stefen terlihat mencerna perkataan Laura dan terkejut mendapat pengakuan jika bunga itu memang Laura yang mengirimnya."Barusan ... aku cuma linglung karena baru bangun."Stefen merubah emosinya menjadi tersenyum menggoda. Laura merasakan ada titik bahaya yang akan terjadi sehingga ia membalikkan badannya dan berjalan menuju tempat tidur. Baru tiga langkah dan Stefen langsung memeluk pinggangnya dari belakang."Aku sangat senang kalau kau memang begitu," ucap Stefen membuat Laura bingung."Yang Mu-" Laura hendak ingin membicarakan sesuatu pada Stefen, namun Stefen menarik kepala Laura
Laura kini sedang beristirahat di luar istana Nest di halaman sejuk milik pangeran Max.Dari kejauhan, Max yang kebetulan melewati jalan tamannya melihat Laura yang sedang menikmati pemandangan luar. Dari ujung kaki sampai wajah Laura, Max menatap setiap inci dari wanita itu. Akhir-akhir ini ia terus memikirkan Laura, sampai akhirnya Max menghampiri Laura sembari membawa burung beo kesayangannya."Red, aku boleh duduk di sini?" tanya Max."Hai Max. tentu saja.""Kudengar kemarin kamu tumbang karena demam. Apa kamu sudah merasa baikan?" "Ya. Lumayan.""Oh ya. Aku sudah menemukan guru-guru yang akan mengajarimu, semuanya lancar-lancar saja.""Max. Terima kasih, kamu benar-benar sangat baik," ucap Laura. Ia merasa bersyukur mendapatkan teman sebaik pangeran Max. Entah apa yang bisa ia lakukan untuk membayarnya kembali."Aku minta maaf, Red. Kudengar kamu memecat Rose dari pelayan pribadimu, padahal kubilang aku akan memberimu pelayan-pelayan yang terbaik," lirih Max, merasa melakukan ke