"Apa aku salah dengar?" tanya Stefen.Laura merasa ada kekhawatiran atas kecerobohan dari salah satu pelayannya yang menyebabkan kesalahpahaman pada kaisar.Laura berkata dalam hatinya. Aku melihat ada ketakutan di wajah Rose, itu pasti perbuatannya. Jika Stefen tau itu perbuatan dia, aku yakin Stefen akan membunuhnya."Anda sudah salah dengar, Yang Mulia. Memang aku yang mengirim bunga itu," ucap Laura.Stefen terlihat mencerna perkataan Laura dan terkejut mendapat pengakuan jika bunga itu memang Laura yang mengirimnya."Barusan ... aku cuma linglung karena baru bangun."Stefen merubah emosinya menjadi tersenyum menggoda. Laura merasakan ada titik bahaya yang akan terjadi sehingga ia membalikkan badannya dan berjalan menuju tempat tidur. Baru tiga langkah dan Stefen langsung memeluk pinggangnya dari belakang."Aku sangat senang kalau kau memang begitu," ucap Stefen membuat Laura bingung."Yang Mu-" Laura hendak ingin membicarakan sesuatu pada Stefen, namun Stefen menarik kepala Laura
Laura kini sedang beristirahat di luar istana Nest di halaman sejuk milik pangeran Max.Dari kejauhan, Max yang kebetulan melewati jalan tamannya melihat Laura yang sedang menikmati pemandangan luar. Dari ujung kaki sampai wajah Laura, Max menatap setiap inci dari wanita itu. Akhir-akhir ini ia terus memikirkan Laura, sampai akhirnya Max menghampiri Laura sembari membawa burung beo kesayangannya."Red, aku boleh duduk di sini?" tanya Max."Hai Max. tentu saja.""Kudengar kemarin kamu tumbang karena demam. Apa kamu sudah merasa baikan?" "Ya. Lumayan.""Oh ya. Aku sudah menemukan guru-guru yang akan mengajarimu, semuanya lancar-lancar saja.""Max. Terima kasih, kamu benar-benar sangat baik," ucap Laura. Ia merasa bersyukur mendapatkan teman sebaik pangeran Max. Entah apa yang bisa ia lakukan untuk membayarnya kembali."Aku minta maaf, Red. Kudengar kamu memecat Rose dari pelayan pribadimu, padahal kubilang aku akan memberimu pelayan-pelayan yang terbaik," lirih Max, merasa melakukan ke
Stefen terus mencari kejelasan dari warna darah dan jejak kaki yang ada di tanah, selama 5 tahun menjadi kaisar, yang dia sibukan selain berlatih juga ia mengumpulkan banyak informasi tentang beragam ras di muka bumi. Stefen terus membuka memori di kepalanya mengenai informasi yang pernah dia dapatkan dari apa yang pernah dia baca mengenai berbagai ras."Klan Ungu." Akhirnya Stefen yakin dengan penemuannya. Darah kental hitam kemerahan yang merupakan dari salah satu korban klan Ungu."Ini, jejak kaki klan Ungu," jelas Stefen. Menurut penemuan yang dibaca Stefen, mereka adalah klan penyembah alam dan menolak membunuh makhluk lainnya, sehingga mereka hanya bisa mengonsumsi cahaya matahari pada saat terbit dan bulan di tengah malam. Tangisan mereka akan menghasilkan butiran air bertekstur keras seperti batu permata yang merupakan bebatuan magis murni, sangatlah berharga.Stefen bergegas kembali menaiki kudanya mengikuti jejak darah kaki klan Ungu sampai akhirnya tiba di lokasi klan Ungu
Stefen dan pasukannya berhasil membuat beberapa ras tunduk dan menyetujui penawarannya. Stefen beristirahat di hutan yang terdekat dan mendirikan beberapa kamp. Atas kemenangannya, Stefen menggelar minum bersama pasukannya, minuman bir dengan kualitas terbaik dari kota Ziarkia.Keesokan harinya, pasukan Ziarkia kembali ke istana. Penyambutan kemenangan dan kedatangan kaisar yang kembali dirayakan di istana dengan meriah, hiasan lampion di dinding yang terpampang di seluruh permukaan luar istana. Semua tentara dan orang-orang yang ada di istana menunduk hormat, sementara para pelayan menaburkan bunga di sepanjang jalan.Tebaran senyum bagi pasukan Ziarkia terpancar indahnya atas keberhasilan mereka. Sampai seorang wanita bangsawan berdandan mencolok dan mengambil alih perhatian, ia begitu anggun berjalan menghampiri kaisar. Sementara Stefen mengernyit heran dengan kedatangan wanita itu."Putri Astra Caroline."Begitu namanya disebut Astra tersenyum senang, 5 tahun tidak berjumpa dan ia
Astra kembali ke kamarnya, tempat yang diberikan di istana Ziarkia, merasa sangat kecewa yang dia dapatkan, Astra memanggil pelayan khusus yang menjadi budak siksanya.Seorang gadis muda sedang berdiri di sisi kamar Astra."Kemari kau," perintahnya. Gadis itu menurut dan menghampiri Astra, sementara pelayan lain membawakan rotan yang disiapkan untuk memukul. Si gadis mengeratkan kedua tangannya di balik sisi kedua paha dengan menahan rasa sakit dari pukulan rotan itu.Plak, plak, plakKetika memukul, Astra seolah menatap gadis itu Estel di masa lalu."Sudah lama aku tidak merasa kesal seperti ini selama 5 tahun terakhir! Apa menurutmu aku itu tidak layak? Siapa yang berani mengambil hatinya itu? Aku adalah wanita bangsawan paling sempurna di sisinya, siapa yang menghalangi jalanku?" geram Astra. Bagaimana bisa Stefen membandingkannya dengan lelaki seperti Estel?"Anda adalah wanita tercantik, Yang Mulia," jawab lirih gadis itu sambil menahan kesakitan. Sementara sambil memukul, Astra
"kamu tidak bercanda mengatakan itu, kan?" tanya Red, mereka berdua sudah seperti teman sejati, bahkan Red juga tidak canggung berkomunikasi biasa terhadap Laura sekarang. Tapi saat mendengar Laura mengucapkan membunuh kaisar, Red membeku tak percaya. "Aku lihat, kaisar benar-benar mencintaimu, bagaimana bisa kamu mengatakan kamu ingin membunuhnya?"Nafas Laura masih terengah-engah tak beraturan. Ia benar-benar merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya."Aku memiliki banyak rahasia, tapi belum bisa kukatakan padamu, Red. Ini demi kebaikanku juga dirimu," terang Laura.Red, masih melihat nonanya kesakitan."Apa yang bisa kulakukan untuk meredakan sakitmu?" cemas Red."Berikan aku air dingin, aku merasa panas. Tubuhku terasa terbakar.""Baiklah, aku akan siapkan sekarang."Red terburu-buru menyiapkan air dingin sesuai perintah Laura, dengan cepat Laura pergi ke bak mandi dan membiarkan bajunya ikut tenggelam bersama tubuhnya. Ia menenggelamkan badannya di bak mandi yang seukuran kolam s
"Maaf, Max. Kau harus ingat bahwa kini aku adalah wanitanya kaisar, tidak semudah itu kamu bisa mendekatiku. Dan lagi, aku tidak bisa dekat denganmu terlebih untuk saat ini. Aku pamit Max."Laura sebenarnya tidak tega untuk mengucapkan kalimat yang akan membuat Max sedih, tapi ia harus melakukannya demi dirinya dan Max. Ia harus melakukan misinya untuk membunuh Stefen. Laura mulai berjalan pergi bersama Red menaiki kereta kuda, sementara Max menatap sendu kepergian Laura.Ini salah. Aku tidak mengizinkan siapa pun masuk ke dalam hatiku. Max, maafkan aku."Kamu tidak mengucapkan selamat tinggal yang baik padanya," ucap Red mengawali percakapan."Pertama kamu menolak sang kaisar, sekarang kamu juga menolak pangeran, apa yang ada di pikiranmu? Dua orang termasyhur itu tampaknya serius memandang dirimu, Nona!" Laura tidak membalas semua perkataan Red yang mengunjing dirinya. Yang ia pikirkan sekarang adalah untuk melenyapkan Stefen dan menyiksa orang-orang yang telah membuatnya menderita.
"Oh Astaga, begitu romantisnya Yang Mulia," ucap Red, membuat sadar Laura yang menarik tangannya dari genggaman Stefen.Laura pun turun dari kereta, langkah pertama yang ia lihat adalah suasana yang begitu indah dan ramai di hadapannya."Ini ....""Sebuah perayaan kedatangan wanitaku," goda Stefen.Semua pasukan tentara militer berbaris di sisi jalan dan memberikan hormat pada Laura dan kaisar yang berjalan bersamaan."Tidakkah ini berlebihan?" tanya Laura."Apanya yang berlebihan? Ini tidak berlebihan sama sekali, bagi orang yang tidak bisa mengucapkan rasa terima kasih dari penyembuhan dan meninggalkan tugas untuk melayani kaisar, menurutmu, seharusnya aku berbuat apa?" timpal Stefen.Laura menggigit bibirnya kesal. Dia yang memberikan perayaan kedatangannya yang begitu mewah, tapi juga lidahnya berbisa bagai ular. "Kau harusnya sadar, aku seharusnya memberikan hukuman yang sangat berat padamu karena menolak kaisar," ujar Stefen."Baiklah, berikanlah aku hukuman."Semua orang diseki